Pembangunan karakter pemimpin yang berbasis kebatinan akan membantu menciptakan sebuah kepemimpinan yang berintegritas. Dalam konteks ini, ajaran Ki Ageng Suryomentaram tetap relevan sebagai sarana untuk memperkuat karakter dan moralitas seorang pemimpin di era modern yang penuh tantangan.
Â
Pertanyaan
1. Mengapa kebatinan Ki Ageng Suryomentaram sangat relevan dalam konteks pencegahan korupsi di zaman modern?
Ajaran kebatinan Ki Ageng Suryomentaram sangat relevan dalam konteks pencegahan korupsi di zaman modern karena ia menawarkan suatu pendekatan yang mendalam terhadap pembentukan karakter, pengendalian diri, dan pemahaman spiritual yang dapat mengatasi akar penyebab korupsi—yaitu keserakahan, kesombongan, dan keinginan berkuasa yang berlebihan. Ajaran beliau mengutamakan kesadaran diri, pengendalian nafsu, serta hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan dan sesama. Dalam masyarakat modern yang sering kali terjebak dalam budaya materialistik dan kepentingan pribadi, prinsip-prinsip kebatinan ini menjadi sangat penting sebagai penyeimbang terhadap godaan kekuasaan dan harta yang sering kali memicu praktik korupsi.
Berikut beberapa alasan mengapa ajaran Ki Ageng Suryomentaram sangat relevan dalam mencegah korupsi di zaman sekarang:
1. Pengendalian Diri sebagai Landasan Etika
Ki Ageng Suryomentaram menekankan pentingnya pengendalian diri, yang dikenal sebagai konsep "ngling"(mengendalikan nafsu) dan "ngemban"(menjaga amanah). Dalam kebatinan beliau, seseorang harus mampu mengendalikan segala bentuk keinginan duniawi, termasuk ambisi yang bisa mengarah pada perilaku tidak etis, seperti korupsi. Pengendalian diri ini melibatkan disiplin batin untuk tidak tergoda oleh kemewahan, kedudukan, atau kekuasaan. Di dunia modern, godaan untuk mengambil jalan pintas demi kekayaan atau kekuasaan sangat kuat, tetapi dengan adanya pengendalian diri yang diajarkan oleh Ki Ageng, seseorang dapat menahan diri dari praktik-praktik koruptif yang merugikan orang lain dan merusak integritas.
2. Menjaga Hati dan Pikiran (Suci Batin)
Salah satu ajaran utama Ki Ageng Suryomentaram adalah pentingnya menjaga kebersihan hati dan pikiran. Dalam kebatinan beliau, "suci batin" bukan hanya berarti menjauhi perbuatan buruk, tetapi juga mencakup kebersihan niat dan pikiran dalam setiap tindakan. Korupsi sering kali dimulai dari niat yang tidak bersih, seperti keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang banyak. Dengan menjaga kebersihan hati dan niat, seseorang akan lebih mampu melihat dunia ini dengan lebih bijaksana dan berfokus pada pelayanan publik yang tulus, bukan pada kepentingan diri semata.
3. Pemahaman Tentang Amanah dan Tanggung Jawab
Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan bahwa kehidupan adalah amanah yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab. Prinsip "ngemban" (memikul amanah) mengajarkan bahwa setiap posisi atau jabatan yang dipegang oleh seseorang adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan dan masyarakat. Ini sangat relevan dengan konteks pencegahan korupsi, karena sering kali praktik korupsi muncul akibat pemimpin atau pejabat yang menyalahgunakan amanah untuk keuntungan pribadi. Dalam ajaran Ki Ageng, seorang pemimpin harus selalu ingat bahwa jabatan atau kekuasaan yang dimilikinya adalah titipan yang harus dijaga dengan penuh integritas. Keberhasilan seorang pemimpin tidak diukur dari materi yang diperolehnya, tetapi dari kesuksesannya dalam menjalankan tugas dengan adil dan penuh tanggung jawab.
4. Keharmonisan dengan Alam dan Sesama
Ki Ageng Suryomentaram menekankan pentingnya harmoni  dalam hubungan antara manusia, Tuhan, dan alam. Korupsi sering kali terjadi ketika individu atau kelompok merasa terpisah dari masyarakat atau alam semesta, yang pada gilirannya mengarah pada keserakahan dan pemanfaatan sumber daya secara tidak adil. Dengan mengamalkan ajaran Ki Ageng untuk selalu menjaga keseimbangan dan keharmonisan dengan sesama, seseorang akan lebih cenderung untuk bertindak dengan rasa keadilan dan menghindari eksploitasi terhadap orang lain atau lingkungan. Kepentingan kolektif lebih diutamakan daripada kepentingan individu, yang merupakan dasar penting dalam membangun masyarakat yang bebas dari korupsi.