Mohon tunggu...
Nidiyah Aini
Nidiyah Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA I PRODI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS I NIM 43223010002

Mata kuliah: Pendidikan Anti Korupsi Dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito S.E.,AK.,M.SI., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Aristotle

23 Oktober 2024   09:32 Diperbarui: 23 Oktober 2024   09:39 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Pentingnya Keadilan dalam Pengambilan Keputusan

Plato dan Aristoteles sama-sama menekankan pentingnya keadilan sebagai prinsip utama dalam kepemimpinan. Bagi Plato, pemimpin ideal (filusuf raja) harus memahami keadilan sejati dan menerapkannya dalam kebijakan yang mereka buat. Aristoteles juga melihat keadilan sebagai kebajikan utama yang harus dimiliki seorang pemimpin untuk menjaga keseimbangan dan kesejahteraan dalam masyarakat. Di dunia modern, keadilan dalam pengambilan keputusan masih menjadi isu sentral, terutama dalam hal pemerataan kesempatan, kesejahteraan sosial, dan kesetaraan hak. Kepemimpinan yang adil menciptakan kepercayaan dan rasa hormat di antara bawahan dan masyarakat luas. Pemimpin yang adil mampu membangun organisasi yang inklusif, di mana setiap individu merasa dihargai dan diakui.

4. Kepemimpinan Berbasis Pengetahuan dan Kebijaksanaan

Socrates percaya bahwa pemimpin yang baik harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hal-hal yang ia pimpin. Pemimpin yang tidak memiliki pengetahuan yang benar, menurut Socrates, akan membuat keputusan yang salah dan tidak bertanggung jawab. Dalam konteks modern, hal ini sangat penting mengingat kompleksitas masalah yang dihadapi oleh pemimpin, baik di pemerintahan, bisnis, atau organisasi non-pemerintah. Di era informasi yang cepat berubah, pemimpin dituntut untuk memiliki pemahaman yang kuat terhadap isu-isu yang sedang dihadapi, seperti perkembangan teknologi, globalisasi, dan perubahan iklim. Kepemimpinan berbasis pengetahuan, yang dicontohkan oleh tokoh klasik, memastikan bahwa pemimpin mampu menavigasi lingkungan yang terus berubah dengan bijaksana.

5. Kepemimpinan yang Berorientasi pada Kepentingan Umum

Filsuf klasik sering kali menekankan bahwa pemimpin harus berorientasi pada kebaikan bersama (*common good*), bukan hanya mengejar keuntungan pribadi atau kekuasaan. Aristoteles menekankan bahwa pemimpin harus bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Pemimpin yang baik harus bertindak bukan untuk keuntungan pribadi, melainkan untuk kebaikan publik. Dalam dunia modern, tantangan ini terlihat jelas di sektor publik dan swasta, di mana pemimpin sering kali dihadapkan pada dilema antara keuntungan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang bagi masyarakat. Pemimpin yang memprioritaskan kesejahteraan umum, sebagaimana yang diajarkan oleh filsuf klasik, akan lebih dihormati dan dianggap sukses dalam jangka panjang karena mereka berkontribusi pada kemajuan sosial yang berkelanjutan.

6. Pentingnya Kepemimpinan yang Mendidik dan Menginspirasi

Aristoteles dan Plato melihat pemimpin tidak hanya sebagai seseorang yang memberi perintah, tetapi juga sebagai pendidik yang membimbing bawahannya menuju kebajikan dan kehidupan yang lebih baik. Aristoteles menyebutkan bahwa pemimpin yang baik harus mampu mendidik orang lain, bukan hanya secara teknis, tetapi juga moral. Pemimpin yang mendidik adalah mereka yang dapat menginspirasi orang lain untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka.

Dalam kepemimpinan modern, hal ini terlihat dalam pentingnya kepemimpinan yang transformasional, di mana pemimpin berusaha untuk mengembangkan kemampuan dan potensi bawahan mereka. Pemimpin yang mampu menginspirasi timnya untuk berkembang secara pribadi dan profesional akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, kolaboratif, dan inovatif.

7. Ketahanan Emosional dan Pengendalian Diri

Socrates dan Aristoteles menekankan pentingnya pengendalian diri dan ketahanan emosional bagi seorang pemimpin. Menurut mereka, pemimpin yang tidak mampu mengendalikan emosi akan sulit membuat keputusan yang rasional dan adil. Pengendalian diri adalah kebajikan yang memungkinkan pemimpin untuk tetap tenang dan berpikir jernih dalam situasi sulit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun