Peluang dan tantangan implementasi RPC
Â
    Pertumbuhan ekonomi ASEAN diperkirakan tumbuh sebesar 4,7% di 2023, dan mencapai 5,0% di tahun 2024, angka ini tercatat melebihi pertumbuhan ekonomi dunia yaitu sebesar 2,7% di tahun 2023. Bank Indonesia sebagai bank sentral yang dimiliki Indonesia diharapkan lebih jitu melihat peluang yang ada. Bank Indonesia diharapkan mampu meningkatkan perannya dalam melakukan upaya akselerasi perdagangan dengan menggunakan mata uang lokal sesuai cetak biru MEA 2025.
     Derajat integrasi ekonomi akan berbanding lurus dengan manfaat efisiensi moneter, dalam penerapannya hal ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia dalam kepemimpinan ASEAN 2023. Indonesia melalui bank sentralnya dan berbagai stakeholder diharapkan untuk mampu mendorong penggunaan RPC dengan lebih masif sehingga dapat menjadi stimulus moneter yang efektif dalam rangka meningkatkan integrasi ekonomi ASEAN. Dimana target utama dari sistem pembayaran ini adalah para pengusaha dan masyarakat ASEAN itu sendiri. Manfaat yang diharapkan Indonesia dan negara pelaku RPC adalah peningkatan kesejahteraan para pelaku usaha di negaranya masing masing. Sayangnya, pelaku usaha khususnya di Indonesia masih banyak yang melakukan transaksi dengan menggunakan dolar AS. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia dan ASEAN untuk menetapkan suatu kebijakan dan upaya berkelanjutan agar mendorong pelaku usaha dan masyarakat untuk melakukan transaksi dalam mata uang lokal, khususnya pada perdagangan intra ASEAN. Tanpa adanya kolaborasi dari pihak pemerintah dan swasta, penerapan konektivitas pembayaran ASEAN tidak akan berjalan maksimal dan akan berdampak pada tidak maksimalnya integrasi ekonomi kawasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H