hari ini ketika asik menggeser update an instagram story dari teman2, saya agak terkejut ketika ig story menampilkan screenshot sebuah status facebook. iya, teman laki laki saya menscreensot sebuah status facebook milik seseorang dan diungah ke instagram story.
tulisan dalam status itu begitu mengusik pikiran saya. kira2 begini bunyinya :
 "dahulu wanita berjilbab itu tampak anggun dan islami. sekarang jilbab telah menjadi trend dalam berbusana. bagi para jomblo memilih jodoh akan terasa sulit. khawatir terjebak oleh cassing yang bagus tapi mesin di dalamnya kacau. wanita solihah jadi tersembunyi di antara barang rongsokan yang telah dikemas menawan"
perkatannya begitu mengusik saya sebagai seseorang dengan dua identitas, wanita dan umat islam.
secara lebih luas, sebagai seorang manusia. saya meyakini bahwa keputusan untuk ber gama maupun tidak ber agama adalah keputusan paling personal dari seseorang. yang hanya melibatkan dia dengan tuhannya, ataupun dia dengan hatinya. dalam lingkup yang lebih sempit,sebagai umat islam saya juga meyakini bahwa mengenakan jilbab adalah hak setiap muslimah yang wajib dihormati pilihannya. mengingat salah satu ayat yang memerintahkan pemakaian jilbab dikaji secara kontekstual.
sehingga pemakaiannya menjadi tidak wajib, sementara sebagian yang lain mengkaji dari sisi yang lain sehingga menjadi wajib. apakah yang satu lebih benar daripada yang lain ? wallahu alam,kebenaran hanya milik allah. itulah mengapa tak patut rasanya untuk merasa paling benar dalam berusaha menjalankan perintah perintah Nya.
terkait penggunaan kata "dahulu" dalam unggahan tersebut, si penulis tak jelas mengungkapkan batasan tahun untuk "dahulu". Â tetapi saya akan mencoba memberikan gambaran dari "dahulu" secara historis. maraknya penggunaan jilbab di indonesia berkaitan dengan dimulainya revolusi iran tahun 1979. munculnya republik islam iran di bawah pimpinan ayatullah khomeini terjadi karena ketidak puasan rakyat terhadap pemerintahan reza pahlevi yang dianggap sekuler,berbenturan dengan nilai dan identitas islam yng amat dijunjung tinggi, dan ketidak puasaan yang lainnya. perempuan di masa itu mendapat hambatasn untuk memakai jilbab, hingga di masa kepemerintahan ayatullah, perempuan ahirnya diwajibkan memakai jilbab.
Di indonesia sendiri di masa tersebut, pemakaian jilbab masih terkendala regulasi pemerintah. pemerintah orde baru pernah mengeluarkan SK yang melarang pemakaian jilbab di sekolah sekolah,dimana keputusan tersebut dikeluarkan melalui kementrian pendidikan. maraknya perjuangan wanita iran sewaktu melakukan revolusi sambil menggunakan hijab yang beritanya menyebar luas di media internasional ditengarai menjadi inspirasi wanita muslim indonesia untuk tetap berjilbab. sementara penggunaan jilbab sendiri mulai menjadi tren di tahun 2000an. jadi, ini adalah "dahulu" versi saya
"dahulu wanita berjilbab itu tampak anggun dan islami" . saya menilai pernyataan ini sebagai murni preferensi penulisnya. tak ada yang salah jika penulisnya lebih menyukai wanita berjilbab karena menurutnya tampak anggun. tetapi kata "islami" penggunaanya sedikit mengusik. pertanyaan saya kemudian adalah "apakah di jaman sekarang wanita berjilbab itu tidak tampak islami ? apkah 'tampak islami' ini saat ini telah memudar ?" bukankah seharusnya jilbab memang menjadi salah satu identitas wanita islam ? walaupun memang bukan hanya agama islam saja yang wanitanya menggunakan pakaian tertutup dan penutup kepala serupa jilbab. atau pertanyaan saya berikutnya yang lebih sederhana adalah "apa definisi dari tampak islami ? " . karena tak bisa mendapat konfirmasi dari penulisnya, saya mengasumsikan "islami" sebagai perilaku yang mematuhi dan mempunyai nilai nilai islam dialamnya. jika memang demikian, secara sederhana kita tidak mungkin dapat mengukur iman seseorang, terlebih jika tidak benar benar kita kenal.Â
"sekarang jilbab telah menjadi trend dalam berbusana" . saya kali ini setuju dengan pernyataan ini bahwa memang sejak awal tahun 2000an pemakaian jilbab semakin masif. terlepas pemakaiannya dikarenakan aspek teologis maupun mode.Â
"bagi para jomblo memilih jodoh akan terasa sulit. khawatir terjebak oleh cassing yang bagus tapi mesin di dalamnya kacau" saya asumsikan, memilih jodoh adalah memilih calon istri. saya tidak setuju pada siapapun yang berpersepsi pemakai jilbab berkorelasi dengan semakin "islami"(merujuk asumsi sy di paragraf sebelumnya) seorang wanita. karena ketika memakai jilbab dengan alasan teologis maka sang wanita menganggap mematuhi satu perintah yang ia anggap wajib.
Bagaimana dengan perintah yang lain ? harusnya juga dibuktikan dengan kepatuhan pelaksanaannya pada perintah tersebut. tak mungkin satu parameter digunakan mengukur indikator yang lain. setidaknya ini yang saya pelajari di bangku akademis agar tidak terjadi salah ukur. ketika sudah mempunyai kesadaran untuk tidak mengkaitkan jilbab dengan keimanan, maka tidak mungkin seseorang mempersepsikan keduanya berkorelasi, tidak mungkin ada lagi perasaan takut "tertipu" cassing. kritik saya berikutnya adalah menjadi tak layak jika para wanita pemakai hijab yang ini berkemungkinan menipumu. jika tidak ingin merasa ditipu,maka jangan berpersepsi. wanita juga bukan handphone dan alat elektronik.
Wanita bukan barang. jilbab juga bukan cassing untuk menutupi barang yg dipakaikan oleh pemiliknya. berhenti menganalogikan wanita sebagai barang yang dikuasai pemiliknya, ingin dipasang lepas casingnya oleh pemiliknya. wanita adalah manusia yg mempunyai akal dan berdaya,memakai jilbabpun memutuskannya menggunakan akalnya, bukan dipakaikan pemiliknya seperti casing hp yg menjadi propertimu. Â mesin didalamnya kacau ? tetap sama, sikap wanita tidak sama dengan mesin. tetapi jikapun mengikuti analogimu rasanya tak ada manusia yg saat ini cukup bodoh jika membeli handphone hanya dari rupa cassingnya tanpa melakukan pengukuran sekecil apapun itu terhadap performa mesinnya.
"wanita solihah jadi tersembunyi di antara barang rongsokan yang telah dikemas menawan" kritik soal kalimat ini rasanya hampir senada dengan kririk sebelum sebelumnya. tetapi saya ingin menyoroti satu fenomena yang cukup kontradiktif dengan statement ini. sadar atau tidak, beberapa tahun ini di indonesia sedang ada satu gerakan yang masif untuk mengajak perempuan memakai jilbab. mulai dari pendakwah, dan saya rasakan sendiri pengaruh ajakan tersebut di lingkungan saya. saya melihat satu persatu teman mulai menggunakan jilbab.Â
Saya secara personal merasa senang jika mereka meyakini apa yang dijalankan. puncak dari gelombang ini adalah ketika ada seorang public figur yang memutuskan melepas jilbabnya, yang kemudian disusul reaksi banyaknya kecaman terhadapnya. tidakkah kamu sadari hai penulis statement bahwa jika mengikuti analogimu, saat ini di indonesia sedang ada gerakan mengemas barang dengan menawaan? hingga yang mencoba melepas kemasan tersebut dikecam publik. opini publik dibangun tak hanya oleh satu atau dua orang, tetapi orang2 yang mempunyai opini senada. dan saat ini sayangnya opini yang dominan adalah opini untuk menilai iman dari jilbabnya :)
there is good hijaber and bad hijaber. there is also good non hijaber ad bad non hijaber, judge them from what they do, not from what they wear. let allah do the rest in judgement day
nothing is personal here. saya hanya mengkritik argumennya ya, bukan oragnya/penulisnya ;)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H