Saat membuat tulisan penuh pengalaman pribadi ini, di luar sedang terguyur hujan yang cukup deras. Akhir-akhir ini hujan memang bak seorang sahabat, karena saking seringnya datang.
Hujan kerap digambarkan dengan nuansa berbau romantis. Padahal hujan menjadi salah satu keadaan yang menghambat aktivitas, dari berbagai aktivitas yang harus dilakukan di luar ruangan hingga hal sederhana seperti membeli makanan.
Membeli makanan sudah sering menjadi pilihan seseorang dalam memenuhi kebutuhan akan makanan, karena tidak semua orang bisa dan luang untuk memasak. Namun perihal membeli makanan pun tidak berarti terlepas begitu saja dari hambatan.
Hambatan tersebut berupa cuaca yang tidak mendukung seperti hujan, pekerjaan yang menumpuk sehingga tidak sempat untuk keluar membeli makanan, atau alasan paling mantap yang sering saya rasakan, yang tidak lain adalah karena malas atau mager aja. Dengan adanya keadaan tersebut layanan delivery makanan sangat dibutuhkan.
Namun beberapa waktu silam tampaknya delivery makanan masih terbatas pada restoran tertentu saja sehingga variasi makanan pun terbatas. Tapi kehidupan memang penuh dengan perubahan dan perkembangan. Kini bisa kita saksikan teknologi yang merambat pada hampir seluruh lini kehidupan, termasuk soal layanan pemesanan makanan.
Layanan ojek online yang kita gunakan sekarang juga menawarkan banyak fitur seperti taksi online, layanan pengantaran barang, layanan berbelanja, dan tentunya layanan membeli makanan atau delivery makanan.
Adanya layanan untuk memesan makanan menghadirkan banyak variasi makanan dari berbagai restoran, kedai, dan sejenisnya. Bahkan warung super mini yang letaknya di pojok gang kecil pun bisa kita nikmati makannya melalui layanan ini.
Perihal memesan makanan melalui ojek online, saya memiliki pengalaman tersendiri dalam mengaksesnya. Sebagai sobat (masih) misqueen yang hemat dan cermat.
Saya cukup akrab dengan berburu diskon pada makanan, mencari kode promo yang menguntungkan walaupun tidak jarang syaratnya membuat saya mengurungkan niat (seperti promo dengan minimal pembelian yang membuat dompet saya minder).
Dilema memilih jenis makanan dengan harapan mendapatkan makanan dengan rasa yang enak tapi harga murah dan porsi melimpah, jiakhh.
Selain kebiasan-kebiasan tersebut yang lebih condong ke arah besarnya bugdet yang tersedia, pertimbangan dalam memilih makanan untuk dipesan juga didasarkan pada rating atau penilaian yang disematkan pada setiap penjual.Â
Rating biasanya dimaknai sebagai gambaran kualitas. Ketika ratingnya bagus atau tinggi maka sejalan dengan kualitas makanan tersebut yang juga bagus. Benarkah?
Ketika memesan makanan via ojek online umumnya dimulai dari jenis makanan apa yang dinginkan, misal saja martabak, maka akan muncul berbagai restoran dan sejenisnya yang menjual martabak lengkap dengan jenis dan harganya. Lantas konsumen akan memilih martabak mana yang akan dipesan dan transaksi siap dilakukan.
Tapi sebelum melakukan transaksi berupa pemesanan, tentu muncul berbagai pertimbangan. Pertimbangan ini muncul dari berbagai kategori seperti harga makanan, jarak yang berpengaruh pada besarnya ongkir (ongkos kirim), juga adanya promo atau diskon yang tengah berlangsung. Kategori-kategori tersebut secara gamblang dapat dilihat dan dicek dalam aplikasi.
Namun lebih dari itu, terdapat rating atau penilaian yang umumnya diartikan dari kualitas restoran dan makanan yang dijual. Umumnya restoran atau penjual yang memiliki rating tinggi akan mendapat kepercayaan yang lebih tinggi dari konsumen. Sedangkan resto dengan nilai rendah kurang dilirik oleh konsumen.
Kepercayaan tersebut mendorong konsumen untuk memilih restoran tersebut untuk memesan makanan. Namun sayangnya tidak semua penilaian yang disematkan pada setiap penjual benar-benar mempresentasikan kualitas makanan resto tersebut.Â
Pernyataan ini mengingatkan saya pada beberapa pengalaman dalam memesan makanan melalui layanan ojek online. Pada awal pandemi saya cukup sering memenuhi kebutuhan makanan melalui layanan ojek online.
Suatu hari saya memilih penjual dengan rating lumayan tinggi. Namun ketika datang makanan yang saya dapatkan memiliki pengemasan yang rentan merusak makanan dan rasa yang sangat kurang.Â
Pun sebaliknya, saya pernah memesan makanan dengan penilaian atau perolehan bintang yang lumayan rendah dibanding resto yang menyajikan menu serupa.
Namun ketika makanan tersebut datang justru dikemas dengan aman dan memiliki rasa yang enak (tentu perihal enak atau tidak adalah hal yang subjektif).
Melihat lebih lanjut atas pengalaman saya yang tidak seberapa tersebut, sepertinya memang rating pemesanan makanan memiliki representasi yang luas.

Senada dengan ketika saya memesan makanan dengan rating cukup rendah tapi rasanya enak, ada hal lain yang saya sadari, yaitu porsinya yang sedikit.
Sehingga rating yang disematkan pada setiap penjual makanan di aplikasi ojek online memang mempresentasikan banyak kategori. Bukan hanya soal rasa makanan, namun juga porsi, harga, kebersihan, keamanan kemasan. Â
Penilaian berupa bintang atau rating penjual makanan di aplikasi ojek online memang tidak selengkap simbah (read: google), yang menyediakan penilaian lebih lengkap beserta review dari individu yang sudah mengonsumsinya.
Pada aplikasi ojek online hanya berupa rating namun tidak menyediakan ulasan dari konsumen-konsumen sebelumnya.
Sehingga ketika mempertimbangkan penjual yang akan dituju untuk memesan makanan, konsumen hanya bisa mendasarkan besaran rating atau bintang yang didapatkan tanpa ulasan di baliknya.
Tapi seperti kata mutiara yang marak beredar, bahwa segala hal membutuhkan proses. Begitu pula perihal rating dan review dalam layanan pemesanan makanan melalui ojek online.
Bagi saya pribadi, memilih makanan untuk dipesan pada layanan ojek online sangat menggiurkan. Bagaimana tidak, saya seperti menjelajah dari satu restoran ke restoran lainnya sekaligus mengetahui menu beserta harganya tanpa keluar rumah, bahkan bisa saya lakukan sambil rebahan.
Tidak hanya itu, dalam menjelajah antar restoran via aplikasi ojek online ini tidak akan menghasilkan sapaan bernuansa teguran dari pelayan atau penjual dengan kata-kata seperti "Pesan apa Kak?" yang membuat kita sungkan untuk memilih makanan lebih lama.
Sehingga "kegojek" rating tidak masalah sepertinya, berikutnya lebih teliti saja dalam membeli. Nah, ngomongin soal "kegojek" dari rating makanan di aplikasi ojek online kamu pernah punya pengalaman apa nih?.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI