Mohon tunggu...
Nidha Ul Khasanah
Nidha Ul Khasanah Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa sosial humaniora yang berusaha untuk humanis

Pendatang baru di Kompasiana, yang tidak tahu menahu harus menulis apa

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bisnis dengan Teman: Diawali dengan Semangat, Diakhiri dengan Hubungan yang Tak Lagi Hangat

26 Januari 2021   01:14 Diperbarui: 26 Januari 2021   01:27 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : makingdifferent.com

Sejak masa pandemi, saya semakin sering melihat postingan media sosial teman-teman saya yang penuh dengan jualan. Dari yang menjadi reseller, dropshipper, hingga yang benar-benar memproduksi barangnya sendiri. Tapi sayangnya tidak semua dari mereka bertahan untuk terus memasarkan jualannya. Banyak juga yang mengaku tidak bisa terus lanjut karena berbagai permasalahan.

Salah satu permasalahan yang diceritakan oleh seseorang adalah mengenai bisnis bareng temannya yang berujung pada konflik dan terhentinya bisnis itu sendiri. Partner dalam membuka usaha memang menjadi perkara yang penting dan kerap bikin pusing tujuh keliling.

Ketika memulai untuk berbisnis tidak semua orang memutuskan untuk melakukannya sendiri. Ketidakberanian akan banyak risiko dan berbagai faktor lain, membuat seseorang berpikir untuk mengikutsertakan temannya sebagai rekan dalam membuka bisnis

 Keputusan untuk berbisnis bersama teman memang mendatangkan keuntungan dan kemudahan dalam berbisnis. Kemudahan tersebut antara lain :

Menemukan tempat bertukar pikiran yang nyaman dalam bisnis

Bisnis memang kerap terdengar menggiurkan dengan keuntungan-keuntungan yang bisa didapatkan. Tapi jangan salah, risiko yang dihadapi pun banyak dan berat. Untuk itu pelaku bisnis apalagi pemula tentu membutuhkan partner yang bisa diajak untuk bertukar pikiran dalam bisnis. Tentu partner ini tidak bisa sembarangan orang.

Ketika partner tersebut adalah teman sendiri, yang sudah sudah kenal dan mungkin sudah nyaman, maka proses bertukar pikiran akan semakin mudah untuk dijalankan, bahkan terasa tidak ada beban.

Kerja sama yang bagus

Yapp, kerja sama menjadi poin penting ketika memulai bisnis. Dengan adanya partner, kamu tidak harus melakukan semuanya secara sendirian. So, jika kamu membuka bisnis dengan teman yang sudah kamu kenal, maka kerja sama mudah banget dilakukan. Tidak ada rasa canggung jadi bisa langsung cas cis cuss.

Mengurangi beban

Ketika memulai berbisnis, berarti sudah siap dengan segala risiko dan beban yang akan muncul. Permasalahan serius juga tidak menutup kemungkinan akan datang.

Apalagi jika kamu melakukannya sendiri, atau mempunyai partner tapi tidak dekat secara emosinal. Jadi keputusan menjadikan teman sebagai partner bisnis sangat memudahkan kamu dalam berbagi beban. Selain itu, karena kamu melakukannya dengan teman yang sudah nyaman, kegiatan bisnis yang kamu lakukan pun terasa ringan.

Menguatkan persahabatan

Selain berdampak pada perkembangan bisnis, menjadikan teman sebagai partner dalam berbisnis juga berdampak pada persahabatan kalian lho. Karena sudah menjalankan panas perih bisnis bersama (ceilehh), persahabatan kalian juga makin kuat.

Eits, tapi tunggu dulu. Seperti koin recehan yang memiliki dua sisi, begitu pula dengan keputusan berbisnis bersama teman. Selain kemudahan-kemudahan yang didapatkan seperti yang disinggung sebelumnya, berpartner dengan teman sendiri dalam berbisnis juga rentan memunculkan konflik.

Lebih beratnya konflik tersebut bukan hanya di lingkup bisnis, tapi juga bisa berimbas ke jalinan pertemanan atau persahabatan kalian. Ini dia, beberapa risiko yang akan kalian dapatkan ketika berbisnis dengan teman. Risiko tersebut antara lain:

Komitmen yang rendah

Bukan hanya hubungan kakak-adekan, pacaran, teman tapi mau, atau rumah tangga aja yang butuh komitmen, bisnis juga sangat membutuhkan komitmen. Komitmen ini terasa double jika kamu memiliki partner dalam membuka bisnis tersebut.

Bukan hanya soal mengontrol diri untuk tetap konsisten dan maju dalam berbisnis, namun juga partner kamu yang harus seirama untuk perkembangan bisnis tersebut. Berbisnis dengan teman sendiri, terasa nyaman karena sudah kenal.

Tapi "nyaman dan sudah kenal" inilah yang bisa menjadi boomerang dalam menjalankan bisnis itu sendiri. Karena merasa bahwa sudah berteman dan bahkan sangat dekat, sehingga tidak ada rasa pakewuh atau segan. Hal ini memicu proses bisnis yang kurang berkembang dan stuck.

Pembagian Untung yang bikin buntung

Melibatkan partner dalam berbisnis berarti harus bagi hasil mengenai untung dan rugi. Karena bisnis bersama teman sendiri, sehingga cenderung mengalir saja dalam prosesnya, toh dengan teman sendiri ini.

Tidak ada kesepakatan yang tegas dan jelas perihal bisnis. Hal ini menjadi bibit masalah ketika keuntungan tersebut didapatkan. Karena tidak semua individu walaupun sudah menjalin pertemanan akan legowo jika itu perihal uang dan keuntungan.

Tidak enakan yang berujung jadi boomerang

Banyak orang menganggap bersama teman maka akan lebih terbuka sehingga semuanya terasa nyaman. Eits, tapi tidak selalu kita akan terbuka kepada teman. Termasuk perihal menegur dan semacamnya. Sebagai rekan dalam menjalani bisnis, tentu ada saja jalan terjal yang dilewati. Ketika rekan yang dalam hal ini adalah teman sendiri tidak lagi sejalan, atau terdapat kelalaian dan kekurangan pada kinerjanya, maka menegur sudah seharusnya kita lakukan.

Tapi tidak semua orang berani untuk menegur, termasuk kepada temannya sendiri. Bahkan banyak juga yang merasa kepada teman sendiri justru bingung bagaimana menegurnya.

Apalagi jika teman tersebut sudah pernah ditegur namun tetap berlanjut kelalaiannya. Tidak dipungkiri rasa tidak enakan tersebut akan menjadi penghambat a.k.a boomerang untuk keberlangsungan bisnis itu sendiri. Selain perihal perkembangan bisnis, ini juga bisa jadi pemicu "makan ati" karena memendam rasa kesal tapi merasa tidak enak untuk menegur.

Hubungan pertemanan yang renggang

Naasnya lagi jika bisnis yang kalian lakukan justru berujung pada hubungan pertemanan yang renggang. Ketika bisnis yang sedang dijalankan mengalami banyak kendala, maka berdampak pula pada hubungan pertemanan.

Hal ini semakin terasa renggangnya jika beberapa poin yang disinggung sebelumnya, seperti tidak enakan dan rendahnya komitmen terjadi dalam menjalankan bisnis bersama teman.

Jika hal itu terjadi, maka bukan hanya bisnis saja yang tidak lagi berkembang, tapi juga perteman yang putus ikatan. Duhh, nggak enak banget kan, kalau bisnis bersama berujung tidak lagi saling menyapa.

Ketika memutuskan untuk meulai bisnis, berarti kita sudah siap akan banyak risikonya. Bukan hanya soal modal, penegluaran maupun keberhasilan akan pemasukan, namun perihal partner dalam berbisnis juga bisa menjadi pemicu problem dalam perkembangan bisnis. Teman kerap menjadi opsi paling membuat "nyaman" dalam menentukan partner untuk bisnis.

Tapi tidak dipungkiri banyak juga hambatan dan konflik yang bisa saja muncul. Sehingga sangat perlu untuk berpikir secara mendalam dan selektif untuk menenetukan teman sebagai bagian dalam membangun bisnis.

Jika teman tersebut benar-benar kamu kenali dan dekat, tentu konflik yang kemungkinan muncul tidak lagi menjadi masalah, karena kamu sudah mengenalnya bukan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun