Mohon tunggu...
Nidaul Haq
Nidaul Haq Mohon Tunggu... Pustakawan - Me

Suka baca novel

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Budaya Korupsi, Praktik Curang di Sekitar Kita

28 Januari 2025   01:04 Diperbarui: 28 Januari 2025   01:04 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Haruskah kita menutup mata dan abai terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Yang kemudian mengakibatkan kita mati rasa dan tiada peduli dengan keadaan dan kenyataan yang sedang terjadi.

Budaya korupsi praktik curang sudah membudidaya dalam kehidupan tiap2 individu dalam masyarakat, meskipun tidak semua orang korupsi, namun tidak dapat dipungkiri itu ada dan bisa kita lihat dengan kepala mata sendiri.

Lalu apakah kita hanya berdiam diri saja, tanpa melakukan apapun? Ingatlah sebuah nasihat, jika kita tak mampu melakukan tindakan untuk mencegah hal tersebut, maka cukup doakan agar apa yang terjadi segera diperbaiki atau di akhiri, baik melalui tangan tuhan itu sendiri dengan cara yang terkadang tidak bisa kita ketahui.

Apakah kita menormalisasi praktik curang dalam kehidupan, sehingga tidak ada rasa bersalah, tidak ada rasa sedih, yang ada di depan mata, apapun caranya, tujuan hidup dengan praktik curang bisa terealisasi, begitukah aturan hidup?

Mengapa begitu tidak tahu malu, melakukan korupsi dengan terang-terangan ataupun tersembunyi, begitu mudahkah hidup dengan praktik curang, tanpa peduli dengan hisab api neraka.

Di dunia fatamorgana, apa yang indah belum tentu indah seperti bayangan, kenyataan terkadang menjadi sebuah kejadian yang berkebalikan.

Seperti halnya, tersangka korupsi yang wara wiri di televisi, dengan senyum indahnya, tapi tidak akan menjadi indah bagi rakyat yang merasakannya.

Masyarakat menjadi semakin merugi, kerugian dan kemiskinan dalam materi, tidak mampu berpendapat dan tertekan dalam kapitalisme kepemimpinan yang memuakkan, membuat muntah dan kesal setengah mati.

Apakah memang begini gaya hidup para elit politik, meskipun tidak semua menerapkan praktik curang dalam kehidupannya.

Apakah tidak bisa kita menerapkan budaya hidup sehat bukan hanya secara fisik, tapi secara mental dan keseluruhannya.

Apakah kita tidak bisa, membudidayakan budaya hidup yang bergotong royong, bertenggang rasa, menyingkirkan kepentingan pribadi, mengutamakan kepentingan umum, menyejahterkan hidup masyarakat, dan tidak seenaknya berbuat dzalim dan memanfaatkan orang lain demi keuntungan pribadi.

Tanya pada hatimu, apakah kamu masih punya nurani, tidak memutar balikka sejarah atau mengada2kan sejarah yang palsu,

Sekali lagi, hidup adalah bagaimana kamu ingin dikenang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun