Mohon tunggu...
Nidaul Haq
Nidaul Haq Mohon Tunggu... Pustakawan - Me

Suka baca novel

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Seberapa Penting Koneksi bagi Kenaikan Karier Pekerjaanmu?

2 Agustus 2023   10:26 Diperbarui: 2 Agustus 2023   10:33 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Kamu sudah puluhan tahun bekerja, tapi kenyataan masih begitu saja?  Benarkah tanpa koneksi tiada harapan bagi karir pekerjaanmu?

Kenyataan di dunia kerja terkadang memang menyakitkan. Tak seindah apa yang kamu bayangkan. Tak sempurna seperti yang diinginkan.  Terkadang terjegal di tengah jalan, dibegal saat langit mulai gelap dan kamu lelah. Lalu kamu kembali ke titik nol, pasrah dan berharap masih ada keajaiban. Kemudian mulai abai, yang terpenting masih kerja, karena mencari kerja jauh lebih sulit, lebih baik bertahan mencari sebongkah uang untuk bekal hidup meskipun hidup kembang kempis gaji menipis, jauh dari kata sejahtera.

 

Tidak mudah bagi calon pekerja baik fresh graduate atau yang sudah berpengalaman, mendapatkan pekerjaan layak dengan gaji UMR, rata-rata pekerja di Indonesia mendapatkan gaji di bawah UMR. Selain gaji dibawah UMR,  yang pas-pasan dalam mencukupi kebutuhan hidup, kehidupan pekerja semakin membuat frustasi ketika karir tak menanjak, berhenti di pertengahan jalan tidak ada perkembangan, tertekan dalam menghadapi pekerjaan, atasan atau bos yang selalu memerintah dengan pekerjaan melimpah, tidak manusiawi dalam memperlakukan bawahannya, status pekerjaan kontrak yang tak dapat dipastikan, terasa makin hari makin sulit, terkadang hutang yang sedikit demi sedikit menjadi bukit.

 

Bekerja menjadi kuli/buruh memang ada yang menyenangkan tapi terkadang lebih banyak yang sengsara karena gaji yang tidak sesuai dengan UMR karena rata-rata gaji buruh di Indonesia itu di bawah UMR. Maka tidak mengherankan jika ada buruh atau pekerja yang melakukan segala cara untuk mendapatkan keuntungan lain yang dapat membantu mencukupi kebutuhan hidupnya. Melakukan pekerjaan sampingan baik dilakukan dengan cara halal atau cara yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Yang terpenting bagi pencari nafkah, kebutuhan hidup terpenuhi. Meskipun tidak menutup mata, yang sejahtera dalam ekonomi tidak lepas dari jerat korupsi untuk menambah pundi-pundi kekayaan.

 

Kompetensi atau kemampuan seseorang dalam bekerja kadang akan kalah dengan pekerja yang mengandalkan koneksi. Maka tidak heran budaya uang pelicin atau lainnya menjadi budaya negatif yang  diwajarkan bagi sebagian orang ditengah masyarakat. Ada uang urusan lancar, tak ada uang urusan pun terasa sulit dan terlupakan. Sehingga seharusnya kita memerlukan pondasi sebagai iman dan kekuatan, bahwa hidup tak hanya mengandalkan orang lain, berhubungan baik itu pasti namun harus dia sadari, dia tak bisa sendiri. Tetap bekerja dengan niat yang baik, legowo dengan pekerjaan yang dicintai, meski gaji tidak sesuai harapan.

 

Perlu strategi yang matang dalam memutuskan beberapa poin penting dalam pekerjaan. Jika atasanmu misalnya berulah, mementingkan diri sendiri dan toxic salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah resign, kemudian mencari tempat bekerja yang lebih manusiawi, yang mampu menghargai diri kita sebagai manusia. Meskipun resign bukan hal yang mudah, namun orang yang memiliki kualitas akan selalu dicari dan diperlukan dalam bidangnya. Memang perlu pemikiran dan perencanaan yang matang agar tidak salah dalam mengambil keputusan.

 

Namun kesehatan mental lebih utama daripada ketika kita membiarkan diri tercebur dalam lingkungan yang toxic, dapat dipastikan tidak akan ada kenyamanan, keamanan dalam bekerja. Dunia sehari-hari penuh dengan pertarungan yang tidak seharusnya. Pekerjaan sudah membuat penat namun kita harus berjibaku dalam keadaan yang tidak nyaman, misal berantem setiap hari dengan sejawat, curiga atau lainnya yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Depresi dan tertekan karena lingkungan kerja yang toxic, yang semakin lama membuat hilang semangat kerja.

 

Meskipun koneksi diperlukan, bersikap wajar dan tidak mementingkan keuntungan pribadi adalah kunci yang harus kita pegang dalam menjalani kehidupan. Hal-hal baik yang kita lakukan meskipun kita tidak memetik panen dalam waktu yang bersamaan, alangkah lebih dijalankan dengan tulus dan sepenuh hati. Akan sangat melelahkan jika kita hanya mengeluh, berdiam diri tanpa kata dan tindakan. Lebih baik mengembangkan diri, membangun potensi positif yang dapat menambah skill dan pengetahuan diri kita.

 

 

Jadilah orang yang dicari dalam bidangmu, maka kamu bisa disebut kompeten

Jadilah yang ahli, maka kamu selalu yang terdepan

Jadilah orang yang berpengetahuan, agar kamu tidak menjadi yang terbelakang

Jadilah orang yang beradab, maka orang lain menghargaimu 

Meskipun kamu tak banyak tahu, tetaplah jadi pembelajar kehidupan

 

 

           

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun