Hari ini, mungkin kita tak dapat bersua dan bercengkrama dalam kata,
tak dapat bercakap-cakap dan bercerita tentang kekonyolan dunia,
Yang membuat diri kadang tertegun oleh sebuah cerita,
Olok-olok dunia yang terkadang membuat diri terlupa akan kehakikian,
Memang setiap masa ada waktunya, saat secercah harapan menguak kabut tabir di pagi hari,
Memang setiap masa ada waktunya, saat tak ada lagi mentari menyinari,
Entah siapakah diantaranya yang masih setia menemani,
Mungkin saja tak ada, terlupakan oleh waktu yang tak bisa diam menanti,
Mungkin saja hari ini cahaya mentari menguak panas tubuhmu,
Namun bisa saja di lain hari, rintik hujan membasahi dirimu,
Tak ada yang abadi, meski kau menginginkan keabadian ada untukmu,
Namun manusia tiada kuasa, yang ada lengah melawan waktu,
Yang tertinggal dari cerita manusia,
Hanya kenangan yang lekat terpatri dalam ingatan pribadi,
Seperti halnya aku yang tiada luput dari cerita,
Tentang aku, kau dan kita yang berderai air mata, Â mengenang masa lalu yang tlah usai,
Yang tersisa dalam diri hanya kenangan,
Pada akhirnya, hakekat dunia adalah fana,
Keabadian hanya milik semesta, yang tak dapat dipungkiri adanya,
Dunia tiada pernah hakiki, hanya semu membuat lena mata,
Pernah kau katakan, ingin terkenang menjadi memori indah dihati insan,
Aku fikir, semesta tlah menerima pintamu,
Dan aku menjadi saksi sebuah cerita itu,
Tanpa kau meminta aku menjadi saksi perjalanan hidupmu,
Doa dan air mata menjadi saksi,
Bahwa kasih sayang untukmu adalah  kenyataan,
Meski tiada manusia sempurna,
Meski kekurangan mengikuti diri,
Meski terdapat kekhilafan dalam perbuatan,
Meski dunia tlah membuat diri terlena,
Biarlah semesta mengampuni dengan segala kasih sayang-Nya.
22 Agustus 2022 15:09
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI