Mohon tunggu...
Nida Nafisah
Nida Nafisah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Kecil

Perjalanan hidup sering menjadi inspirasi saya saat menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku dan Suami, Berhasil Menipu Kerabat Kami

27 Januari 2025   06:24 Diperbarui: 27 Januari 2025   06:24 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Berjualan makanan itupun hanya membuka Pre-Order saja karena dalam beberapa waktu ternyata ku rasakan punya anak dua tahun menguras tenaga juga, ternyata pekerjaan di rumah menjadi tidak efektif kalau pengorganisasiannya masih urak-urakan. Aku yang masih belum bisa mendisiplinkan diri dan masih terdistraksi dengan susunan kegiatan yang sering berantakan, karena bersama anak dua tahun ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Ternyata menjadi ibu capeknya setiap hari, walau waktunya hanya dipakai bermain dengan anak saja, entah dari mana rasa itu.

Atas dasar itu, aku yang hanya ibu rumah tangga dan suamiku staf pemerintahan biasa, sebenarnya kami serba kekurangan dalam hal materi. Kami tak pernah mengeluhkan itu kepada orang lain, sampai sekarang aku tidak pernah bilang pada orang lain kalau aku tidak punya uang. Kalau aku benar-benar kesusahan, aku tak pernah bilang kalau kita sebenarnya hanya punya uang 100.000 untuk seminggu pada orang lain.

Karena aku tahu, itu akan menjatuhkan harga diri suamiku, aku sendiri tidak bisa ikut andil dalam proses pencarian rezeki, jadi pasti orang lain menilai suamiku terlebih dahulu. Ia akan dianggap tidak becus mencari uang jika aku membicarakan kekurangannya pada orang lain. Ditengah kerjasama yang kami bangun itu, atas pengelolaan sabar yang kami kuatkan, setiap hari kami berhasil menipu orang lain dengan kesederhanaan kami.

Kerabatku yang sering menanyakan apakah kami punya uang atau tidak, sampai sekarang masih menanyakan hal yang sama, sepertinya dia ingin melihat indikator seberapa kami dapat dihormati dan dihargai. Padahal jika dilihat, dia telah memiliki mobil, anak-anaknya sehat dan ceria, mereka berdua adalah pekerja yang karirnya sedang cemerlang, dan mungkin mereka sangat lebih dari cukup untuk hidup. Entah kenapa, mereka sering bertanya pada kami, "Apakah ada uang yang bisa kami pinjam barang sebentar? Minggu depan janji kami kembalikan," katanya.  

Terus seperti itu setiap minggu, seperti terlihat kami banyak uang. Padahal kami morat-marit dan lebih rumit dari mereka, ujian ekonomi kami lebih berat daripada mereka, tapi kami tak pernah memperlihatkannya pada orang lain. Mereka tertipu atas perilaku kami selama ini, mereka tertipu atas kehidupan yang kami jalani sampai sekarang, mereka telah tertipu dengan kesederhanaan kami.

Ada uang atau tidak, kami tidak pernah menyengaja membeli pakaian, perhiasan atau apapun itu. Jadi ada atau tidak adanya uang kami tak pernah menjadi tiba-tiba membeli atau memamerkannya, bila hanya cukup untuk lauk makan saja, kami terbiasa untuk tidak jajan. Ya, kami berhasil menipu kerabat lain dengan gaya hidup yang biasa saja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun