Mohon tunggu...
Azizah Nida Ilyas
Azizah Nida Ilyas Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

wanna be a jurnalist, keep trying and fighting for my dreams

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bad News is Good News, Still Exist or Not?

26 Maret 2013   23:54 Diperbarui: 4 April 2017   17:55 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi seorang wartawan mencari berita dan mewartakannya pada masyarakat sudah menjadi “makanannya” sehari-hari. Mencari peristiwa yang memenuhi nilai berita, mengolahnya menjadi sebuah wacana berbobot yang layak untuk diberitakan.

Saat mencari “makanannya” itu tentu ada aturan yang berlaku. Ada sebuah paradigma yang mengatakan BAD news is GOOD news. Berita buruk adalah kabar baik bagi para wartawan, paradigma ini masih ada dan berkembang hingga saat ini.

Tetapi masihkah itu berlaku? Pemberitaan yang buruk terlalu sering dipertontokan pada masyarakat. Pemberitaan mengenai korupsi, pembunuhan, pelecehan seksual, peredaran obat-obat terlarang, kemiskinan, bencana alam, dan segudang masalah lain yang terjadi di negeri ini.

Berita kebobrokan negara yang tak henti-hentinya ditanyangkan oleh media massa sebenarnya dapat berdampak pada khalayak luas. Dampak inilah yang harus diwapadai. Sebagai warga negara tentu memiliki keinginan memperbaik bangsanya, begitu juga dengan wartawan.

Mengubah paradigma pewarta tentang BAD news is GOOD news merupakan langkah awal yang dapat dilakukan. Pemberitaan yang harus ditampilkan pada khlayak tidak harus selalu berita negatif. Jusrtu yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah berita-berita positif yang dapat mendongkrak semangat menuju perubahan yang lebih baik.

Dengan mengubah paradigma tersebut, tentu tayangan berita tidak akan selalu negatif. Pada dasarnya berita-berita negatif merupakan pembodohan bagi masyarakat awam. Jika berita-berita yang disajikan adalah berita-berita tentang prestasi bangsa, tentu rakyat akan lebih mengapresiasinya.

Mereka juga sudah bosan melihat keburukan bangsanya sendiri, sudah waktunya mereka mengetahui bangsanya juga masih memiliki harta berharga yang bisa dibanggakan. Bukankah dengan pemberitaan seperti itu akan menimbulkan semangat baru bagi rakyat ?

Opini publik, cara padang masyarakat, bahkan pola tingkah laku masyarakat sangat bergantung pada media massa. Dalam ilmu komunikasi medium atau media diartikan sebagai alat menyalurkan gagasan isi jiwa dan kesadaran manusia.

Pengertian tersebut menjelaskan bagaimana sebuah media massa dapat mempengaruhi kesadaran dan isi jiwa manusia. Segala hal yang tersaji dalam media massa tentu akan diserap langsung oleh masyarakat.

Memang ada beberapa klasifikasi khalayak, salah satunya adalah khalayak kepala batu (opposite/ critical audience) yang cenderung menentang atau berlawanan dengan dampak yang diberikan media. Namun, jumlahnya hanya sedikit bila dibandingkan dengan khalayak yang menerima sepenuhnya efek dari media (preffed audience).

Bagaiman jika preffed audience jumlahnya lebih banyak? Itu artinya akan lebih banyak lagi yang terpengaruh dengan pemberitaan negatif? Harusnya sebagai pewarta berita, wartawan sadar benar dengan fungsi mereka sebagai penyampai kebenaran dan agen perubahan sosial.

Wartawan memiliki hak untuk memilih peristiwa apa yang akan diberitakan atau tidak. Dengan prinsip BAD news is GOOD news yang mereka terapkan tentu akan berdampak pada masyarakat. Bagaiman jika dampak yang tercipta di masyarakat adalah dampak negatif?

Semakin banyak berita negatif yang diberitakan media massa, semakin banyak pula BAD things yang diperoleh masyarakat. Opini publik yang berkembang di masyarakat menjadi negatif, cara pandang mereka  terhadap situasi sosial politik yang sedang terjadi pun akan berubah.

Dan pada akhirnya pola tingkah laku mereka akan selalu terbawa arus negatif.  Dalam teori social identification prilaku seseorang akan dipengaruhi oleh prilaku orang lain disekitarnya. Mislanya dalam sebuah pemberitaan yang selalu ditayangkan adalah kasus korupsi yang dilakukan pejabat negara. Bisa jadi khalayak terpengaruh.

Ia beranggapan, opini publik yang berkembang tentang kasus korupsi tidaklah buruk karena korupsi dilakukan oleh banyak orang disekitarnya, tersangka korupsi juga masih bisa dibela dan hukumannya ringan. Cara pandangnya tentang korupsi berubah, dan pada akhirnya ia memberanikan diri untuk bertindak sama dengan orang-orang (koruptor) disekitarnya.

Hal inilah yang menjadi pertimbangan, bagaimana seharusnya seorang pewarta dan media membenahi kembali apa yang akan disajikannya untuk masyarakat. BAD news is GOOD news sudah tidak berlaku lagi apabila para pewarta ingin mencerdaskan bangsanya.

~Nida Ilyas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun