Dia meminum teh tersebut perlahan. Wajahnya yang tadi tampak letih sekarang terlihat lebih rileks. Aku merasa bahagia bisa memberikan sedikit kenyamanan padanya.Â
Dia mengangkat tangan kanannya ke depan dada, telapak tangan terbuka menghadap wajahnya. Dengan gerakan lembut namun pasti, jari-jari kedua tangannya membentuk huruf 'V' dan saling bersilangan di depan dada.Â
Aku tersenyum ramah, meski kebingungan dengan gerakannya kali ini. Namun, aku merasakan kehangatan dan ketulusan dari gerakan anak tersebut.
"SIAPA NAMAMU?" tanyaku sambil berteriak, memecah kesunyian di antara kami.
"RAMA."
"RAMA, TEMANMU MANA?"Â
Dia menggeleng kepalanya pelan. "MEREHA HIDAK MENGERHI AHU."
Aku menghela napas panjang. Rasanya berat melihatnya harus menghadapi kesepian diusia sekecil ini.
Aku meraih kedua tangannya. "SEKARANG, KAMU TIDAK SENDIRIAN LAGI."
Senyum kecil mulai terlihat di wajahnya, memberikan secercah harapan di hatiku.
Rama kembali meneguk teh hangat yang kini tersisa setengah cangkir. Setelahnya dia tersenyum lebar sambil meletakkan ujung jari telunjuk dan ibu jari di dekat mulut, lalu menggerakkannya ke depan sampai membentuk jempol ke atas.