Mohon tunggu...
Mukaromah Nida
Mukaromah Nida Mohon Tunggu... Penulis - Nida

Gadis yang suka menulis kelahiran tahun 2000 di Blitar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi 1 Muharram (1 Sura) di Desa Kedawung, Nglegok, Blitar

7 Mei 2020   12:47 Diperbarui: 7 Mei 2020   12:55 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya tidak luput pula kabupaten Blitar tempat saya tinggal memiliki budaya yang disebut suran yang dilaksanakan pada bulan Muharram tanggal 1 atau hari raya Islam yang biasa disebut suro. Banyak hal yang dilakukan oleh masyarakat Blitar di hari yang dianggap sakral tersebut.

1. Baritan/Taakiran

Merupakan suatu tradisi di mana kita melakukan kenduri di tempat-tempat yang dianggap sakral. Biasanya dilakukan di perempatan-perempatan jalan guna berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala untuk disisihkan dari marabahaya. Kemudian ada juga yang mengartikan atau yang memiliki kepercayaan selain Islam atau memiliki kepercayaan akan hal-hal mistis biasanya dipercaya ketika melakukan kenduri di perempatan maka itu juga menyenangkan nyi Roro kidul. Itu adalah suatu tradisi yang turun temurun dari dulu.

Takir atau berkat sendiri merupakan sebuah daun yang dibentuk seperti mangkuk kemudian diberi janur di pinggirnya dan didalamnya berisi nasi dan lauk pauknya. Biasanya takir itu dibuat berdasarkan jumlah anggota keluarga kemudian para lelaki anak-anak orang dewasa semuanya berkumpul di perempatan untuk berdoa demi keselamatan desa.

Ada juga kepercayaan yang beredar ketika kita selesai makan takir maka wadah takir yang kosong itu dibuang di depan rumah dengan tujuan memberitahu bahwa kita merayakan tahun baru Islam bagi umat Islam kemudian bagi yang memiliki kepercayaan lain ketika nyi Roro kidul lewat maka akan melihat takir tersebut dan maka akan melintasi rumah kita dengan senang dan menganggap kita telah melaksanakan tradisi.

Selain nilai kebersamaan dan nilai toleransi yang diterapkan demi menghormati umat agama lain dan orang yang memiliki kepercayaan lain, kita juga dilatih untuk saling berbagi makanan selain itu juga dilatih bersyukur dengan memberikan sedekah berupa makanan yang dimasukkan ke dalam takir tersebut. Takir sendiri memiliki artian yang setiap orang atau setiap sesepuh memiliki artiannya sendiri-sendiri tapi yang paling familiar di desa saya adalah takir merupakan rezeki dan janur kuning yang melingkarinya melambangkan tolak bala' agar bahaya menyingkir.

Prosesi takiran sendiri pada mulanya hanyalah dipimpin oleh seseorang yang disebut tukang kajat. Seseorang tersebut akan membaca mantra-mantra jawa di mana mantra-mantra itu dianggap sebagai doa. Namun seiring berkembangnya zaman apalagi telah berakulturasi dengan agama Islam maka sebelum takiran tersebut dibacakan doa-doa seperti tahlilan dan mengirim doa kepada para leluhur dengan mengirimkan alfatihah.

Kemudian tradisi yang lainnya juga tidak ditinggalkan dengan membacakan doa-doa yang diucapkan atau bahasa Jawa paesan atau tembung yang sudah dipacaki yang biasanya kalimatnya diambil dari beberapa tembung Kawi yang merupakan syair-syair indah dan syair-syair permohonan yang berisikan doa-doa agar desa selamat atau daerah tersebut aman dari suatu bencana dan keluarga diberikan rezeki yang melimpah dan kesehatan.

Kemudian setelah selesai doa takut akan ditukar sehingga setiap kepala keluarga membawa pulang takut yang berbeda dari yang ia bawa saat berangkat. Selain itu biasanya takir juga dibagikan satu persatu untuk dimakan ditempat tersebut.

2. Bersih Desa

Acara yang kedua yang sering dilakukan pada saat 1 Muharram itu adalah bersih desa. Bersih desa biasanya dilakukan dengan cara melakukan selamatan. Biasanya juga diiringi dengan pentas-pentas seni seperti wayang kulit atau jaranan atau pertunjukan lain ditempat yang ditentukan. Bersih desa ini bertujuan untuk memohon diberikan kemakmuran dan dijauhkan dari bahaya selama satu tahun kedepan. Selain sebagai itu kegiatan ini juga bertujuan sebagai wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan kepada warga desa.

Selain itu kegiatan juga berfungsi sebagai salah satu penyatu warga desa. Dalam acara tersebut terlihat banyak warga yang antusias menonton dengan rasa persaudaraan tanpa menunjukkan sebuah perbedaan, saling menghormati satu sama lain, tidak membedakan agama dan kepercayaan masing-masing. Toleransi amat sangat terlihat pada acara tersebut. Selain hal tersebut acara ini juga diperuntukkan sebagai ajang mencari hiburan.

3. Ngedusi Gaman atau ngumbah Gaman.

Suatu kegiatan dimana dilakukannya pemandian pusaka yang dianggap sakral. Tradisi tersebut merupakan warisan dari nenek moyang yaitu Dinamisme yang terus dilestarikan namun dalam niat pelaksanaannya adalah melestarikan budaya dan mensucikan diri kemudian juga dalam rangka merawat pusaka.

4. Ruwatan

Ruwatan ini biasanya juga dilakukan sebagai wujud syukur dan doa bagi orang-orang yang melakukannya. Ruwatan sendiri merupakan kenduri Ambengan yaitu dimana ada nasi gurih (nasi uduk) yang ditaruh dalam ambeng (baskom besar sekali) lengkap dengan ayam jago ingkung, serundeng, dan rempeyek, yang biasa disebut dengan sekul suci ulam sari. Namun biasanya juga ditambah beberapa lauk seperti sambal goreng tahu dan lain-lain.

Dalam proses pelaksanaannya ambengan sendiri dipimpin oleh tukang kajat yang membacakan doa-doa berbahasa jawa. Namun seiring berkembangnya Islam tak jarang jika sebelum itu dilaksanakan tahlilan dan kirim alfatihah untuk para leluhur. Kemudian setelah selesai berdoa ambeng mulai dibagikan kepada para tamu yang hadir, tamu yang duduk melingkari ambengan.

5. Puasa Ngrowot ala sesepuh Jawa.

Puasa ngrowot biasanya dilakukan dari tanggal 1-10 Muharram dimana orang yang melakukan puasa ini dilarang memakan sesuatu yang hidup dan memiliki rasa. Biasanya orang yang menjalankan ini hanya memakan umbi-umbian atau nasi tiwul, Gatot dan lain sebagainya tanpa nasi dan sayur. Aturannya adalah boleh makan seperti biasa asal tidak makan yang memiliki rasa asin atau hewan hidup. Namun ada pula yang melakukan puasa ngrowot ala santri dimana tata caranya seperti puasa Ramadhan akan tetapi sahur dan berbuka menggunakan makanan tanpa rasa dan tidak hidup. Biasa dilakukan untuk neng dan kang dari pondok salafi yang akan naik ke tingkat kitab Al-fiah guna melatih kesabaran dan kesederhanaan.

6. Lembu Sura

Ada juga dari beberapa orang melakukan Larung sesaji di gunung Kelud sesuai tradisi. Karena dipercayanya tentang mitos atau legenda lembu Sura yang dipercayai sebagai penunggu gunung Kelud yang cukup berpengaruh dalam menjaga daerah sekitar gunung Kelud. Pemberian sasaji ini sudah ada sejak zaman kerajaan kediri. konon katanya hal ini dilakukan untuk memohon maaf kepada lembu Sura yang dihianati dengan cara putri Kediri mengingkari sumpahnya sehingga menimbun lembu Sura di gunung Kelud sehingga masyarakat memiliki kepercayaan jika tidak diberikan sesaji ketika marah maka gunung akan meletus dan meratakan area sekitar.

Itulah beberapa tradisi pada tanggal 1 Muharram yang sering dilakukan didesa saya. Kita sesama umat manusia harus saling menghormati dan menghargai kepercayaan masing-masing. Dan kita sebagai warga negara Indonesia yang kaya akan budaya harus melestarikan budaya kita sendiri sebelum budaya itu diklaim oleh negara lain dengan tidak menyeleweng dari kepercayaan masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun