Pada awal Maret 2020, virus Covid-19 sudah mulai masuk ke Indonesia dan menyebarkan virusnya hingga saat ini. Adanya Covid-19 ini dan variasi-variasi virus yang baru membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mematuhi protokol kesehatan 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan juga membatasi mobilitas dan interaksi.
Saat ini, ketika telah ditetapkannya era new normal, angka kasus positif di Indonesia melonjak pesat. Dilansir dari covid19.go.id, per tanggal 21 Juni 2021, angka positif Covid-19 di Indonesia mencapai 2.004.445 jiwa.
Dengan melonjaknya angka positif ini disebabkan oleh varian-varian virus baru yang hadir dalam masyarakat, masyarakat yang mulai abai dalam menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan menggunakan air dan sabun yang mengalir atau menggunakan hand sanitizer, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas dan interaksi. Selain itu, pemerintah juga dianggap kurang maksimal dalam menerapkan testing, tracing, dan treatment.
Seiring dengan melonjaknya angka kasus positif ini, pandemi Covid-19 juga berakibat banyak pada berbagai bidang, seperti pada bidang pendidikan, pariwisata, pertanian, dan lain-lain. Salah satunya yang terdampak yang akan diuraikan adalah pada bidang ekonomi yang berdampak pada UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) yang menjadikan usaha-usaha yang didirikan menjadi sepi, bahkan terancam gulung tikar.
Namun, tidak semua usaha mengalami gulung tikar, bisa juga diatasi dengan strategi agar bisnis ini tetap berjalan lancar meskipun sedang berada dimasa pandemi. Salah satunya adalah usaha ayam geprek milik Rahma (19), yang diumur muda sudah memiliki ide untuk berbisnis ayam geprek.
Saat memiliki ide ini, Rahma masih bersekolah di SMK N 2 Depok Yogyakarta atau yang biasa dikenal dengan STM Pembangunan atau lebih singkatnya STEMBAYO. Rahma ini adalah seorang siswi jurusan Teknologi Komputer Jaringan (TKJ) dengan masa pendidikan yang tiga tahun.
Ayam geprek ini beralamat di Bulu, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Apabila kesulitan mencari lokasi warung ayam geprek ini, jangan khawatir karena Rahma telah membuat alamat warung ayam geprek ini agar bisa diakses melalui google maps dengan kata kunci "Warung Makan Kebun Jambu" atau mencari lokasi mapsnya di akun instagramnya (@kebunjambu.eat).
Tidak hanya bisa dimakan di tempat, ayam geprek ini juga bisa disantap di rumah bersama keluarga maupun orang-orang yang disayang. Bagi kamu yang makan di tempat, tidak perlu khawatir apabila akan tertinggal waktu sholatnya, karena tepat di depan warung ayam geprek ini terdapat masjid untuk beribadah.
Usaha ayam geprek milik Rahma ini didirikan sejak dirinya masih bersekolah. Ketika ditanya apa alasan dari mendirikan usaha ayam geprek, beginilah jawabannya.
"Sejak desember 2019 dengan alasan ingin mencari uang tambahan dan belajar bisnis," ujar Rahma. Rahma juga menambahkan alasannya berbisnis ayam geprek "Karena pada saat itu saudaraku buka ayam geprek, terus aku diajarin caranya. Terus juga karena targetku ke temen-temen sekolah, biar mereka ga harus makan ayam geprek jauh-jauh ke warungnya."
Yang disaat sebelum pandemi, Rahma menjajakan ayam gepreknya kepada teman-teman di sekolahnya. Bahkan, tidak hanya kepada teman-temannya, para guru-guru serta karyawan di SMK N 2 Depok pun turut melarisi dagangan Rahma ini.
Dalam wawancara secara tidak langsung kepada Rahma, ia mengatakan bahwa pada tahun 2020, target penjualan ayam gepreknya yaitu 24 porsi (2 kg) setiap harinya dan target tersebut tercapai. Namun, dimasa pandemi yang seperti ini, Rahma harus mengatur strategi agar usaha yang dijalankan tetap berjalan meskipun sedang diterpa badai pandemi Covid-19 ini.
"Sebelum covid, penjualan stabil setiap harinya, namun saat covid warung tutup karena lockdown dan semenjak itu hanya buka dengan sistem preorder sampai sekarang. Preorder 1 bulan sekali dan rata-rata mencapai 20-30 porsi. Namun, jika tidak open preorder, hanya melayani pemesanan minimal 10 porsi dan jarang sekali ada pesanan," ujar Rahma ketika ditanya bagaimana perbandingan penjualan disaat awal pandemi dan di era new normal ini.
Tidak sedikit pula orang-orang baik yang memberikan sebagian hartanya untuk memesan ayam geprek ini lalu mereka meminta Rahma sebagai sang penjual untuk membagi-bagikan pesanan tadi kepada orang-orang yang lebih membutuhkan di pinggir jalan.
Ayam geprek ini, satu porsinya dibandrol dengan harga Rp 10.000,00 lengkap dengan nasi dan juga lalapannya. Jika tidak menginginkan nasi, kamu bisa juga hanya membeli ayamnya yang tentunya sudah bersama lalapan dengan merogoh kantong sebesar Rp 7.000,00 saja.
Ketika ditanya apasih kendala yang dialami oleh Rahma ketika sedang menjalankan usaha ini, beginilah jawabannya.
"Kendala yang dialami yaitu lokasi, karena lokasi dari warung ayam geprek ini berada di tengah desa dan tidak dekat jalan besar. Jadi, hanya orang-orang yang sudah tau saja yang biasanya membeli ayam geprek," jawab Rahma.
Meskipun usahanya menggunakan sistem preorder, Rahma tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan lain-lain. Hal ini juga berlaku bagi kita semua untuk tetap mematuhi protokol kesehatan agar kita bisa terhindar dari Covid-19 yang semakin meningkat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H