Dalam wawancara secara tidak langsung kepada Rahma, ia mengatakan bahwa pada tahun 2020, target penjualan ayam gepreknya yaitu 24 porsi (2 kg) setiap harinya dan target tersebut tercapai. Namun, dimasa pandemi yang seperti ini, Rahma harus mengatur strategi agar usaha yang dijalankan tetap berjalan meskipun sedang diterpa badai pandemi Covid-19 ini.
"Sebelum covid, penjualan stabil setiap harinya, namun saat covid warung tutup karena lockdown dan semenjak itu hanya buka dengan sistem preorder sampai sekarang. Preorder 1 bulan sekali dan rata-rata mencapai 20-30 porsi. Namun, jika tidak open preorder, hanya melayani pemesanan minimal 10 porsi dan jarang sekali ada pesanan," ujar Rahma ketika ditanya bagaimana perbandingan penjualan disaat awal pandemi dan di era new normal ini.
Tidak sedikit pula orang-orang baik yang memberikan sebagian hartanya untuk memesan ayam geprek ini lalu mereka meminta Rahma sebagai sang penjual untuk membagi-bagikan pesanan tadi kepada orang-orang yang lebih membutuhkan di pinggir jalan.
Ayam geprek ini, satu porsinya dibandrol dengan harga Rp 10.000,00 lengkap dengan nasi dan juga lalapannya. Jika tidak menginginkan nasi, kamu bisa juga hanya membeli ayamnya yang tentunya sudah bersama lalapan dengan merogoh kantong sebesar Rp 7.000,00 saja.
Ketika ditanya apasih kendala yang dialami oleh Rahma ketika sedang menjalankan usaha ini, beginilah jawabannya.
"Kendala yang dialami yaitu lokasi, karena lokasi dari warung ayam geprek ini berada di tengah desa dan tidak dekat jalan besar. Jadi, hanya orang-orang yang sudah tau saja yang biasanya membeli ayam geprek," jawab Rahma.
Meskipun usahanya menggunakan sistem preorder, Rahma tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan lain-lain. Hal ini juga berlaku bagi kita semua untuk tetap mematuhi protokol kesehatan agar kita bisa terhindar dari Covid-19 yang semakin meningkat ini.