Apakah kalian sudah mendengar istilah Sandwich Generation? Apakah jangan-jangan kalian masuk ke dalamnya? Sandwich Generation adalah keadaan dimana seseorang menjadi tulang punggung atau harapan dari dua generasi sebelum dan sesudahnya. Generasi ini adalah generasi yang menanggung kehidupan orang tuanya dan kehidupan anak-anaknya. Mereka yang berada di posisi ini tidak jarang resah akan beban hidup yang mereka tanggung terasa lebih berat karena harus menghidupi dua generasi sekaligus di bawah dan diatasnya.
Pemilihan istilah Sandwich atau kue lapis ini menggambarkan keadaan dimana roti yang berlapis-lapis. Lapisan roti atas dan bawah menghimpit daging dan sayuran di tengahnya. Hal ini bagaikan orang dewasa yang menopang hidup orang tua diatasnya dan anak-anak dibawahnya. Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Profesor dari Universitas Kentucky, Dorothy A.Miller. Dalam Jurnalnya yang berjudul "The Sandwich Generation: Adult Children of The Aging" dimana istilah ini merujuk pada keadaan seseorang yang memiliki tanggung jawab ganda demi menghidupi dua generasi di keluarganya.
Dengan demikian, seseorang yang berada di posisi ini mau tidak mau harus bertanggung jawab mencari solusi keuangan untuk tetap menghidupi dua generasi sekaligus dirinya sendiri. Keadaan ini sungguh tidak mudah untuk dihadapi apalagi jika kondisi finansial kamu tengah krisis. Menghidupi orang banyak sekaligus membutuhkan tenaga ekstra sehingga bisa mempengaruhi kondisi pikiran dan kesehatan. Banyak orang menjadi stress, sakit, dan emosional dalam menghadapi keadaan ini.
Munculnya kondisi ini tentunya terjadi karena beberapa alasan. Salah satu penyebab utama munculnya Sandwich Generation adalah kurangnya kemampuan seseorang dalam mengelola masalah finansialnya. Â Seseorang yang gagal dalam menyiapkan tabungan untuk masa depan mereka menjadikan mereka sebagai beban hidup bagi generasi setelahnya.
Salah satu faktornya adalah perilaku konsumtif yang dilakukan ketika masih bekerja. Perilaku konsumtif yang tidak terkontrol, membeli keperluan-keperluan yang tidak terlalu penting, tidak menyisihkan uang untuk jaminan masa tua, penghasilan dihabiskan untuk traveling kemana-mana hal tersebut membuat manajemen keuangan mereka menjadi tidak tertata sehingga tidak bisa berinvestasi atau menabung untuk masa depan.Hal ini tentunya akan berdampak pada generasi selanjutnya yang harus menanggung beban hidup mereka. Apalagi jika generasi selanjutnya sudah memiliki keluarga dan anak-anak yang juga harus terpenuhi kebutuhannya, maka terjadilah kondisi Sandwich Generation.
Faktor lain yang menjadi penyebab kondisi ini adalah bergilirnya rantai Sandwich Generation. Seseorang yang dulunya juga menjadi generasi ini yang harus menanggung beban hidup dua generasi lainnya, membuatnya kesulitan untuk berinvestasi dan menabung sebagai simpanan di hari tua. Hal ini tentunya akan menjadi mata rantai bergilirnya Sandwich Generation kepada generasi berikutnya. Jika hal tersebut tidak terputus, maka keadaan ini akan berlanjut terus kepada generasi-generasi selanjutnya.
Keadaan yang terus berlanjut menjadikan Sandwich Generation ini seolah sulit diatasi. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada solusi untuk menangani masalah finansial untuk menghadapi rantai Sandwich Generation ini. Ada beberapa solusi yang dapat kamu lakukan untuk menghadapi kondisi ini, solusi tersebut antara lain:
1. Â Â Â Mencatat Pemasukan dan Pengeluaran
Salah satu solusi ampuh untuk menghilangkan gaya hidup konsumtif adalah mencatat pemasukan dan pengeluaran yang kamu miliki. Dengan mencatat secara rutin pemasukan dan pengeluaran sehari-hari akan menjadi cara kontrol yang baik dalam memanage keuangan. Gaya hidup konsumtif seseorang dipicu karena mereka tidak memiliki kontrol yang jelas untuk pengeluaran, sehingga kadang kebutuhan yang tidak terlalu penting mereka tetap membelinya. Mereka tidak mempunyai patokan dan rem untuk menahan diri sehingga pengeluaran terjadi secara terus-menerus sampai tak sadar berlebihan dan tidak terkendali.Â
Mencatat pemasukan dan pengeluaran tentunya akan membuat kamu mengerti besarnya pemasukan sehingga jika kamu akan berhati-hati jika akan melakukan pengeluaran. Tentunya besarnya pengeluaran tidak boleh sebanding dengan besarnya pemasukan, sangat lebih baik apabila sisa pengeluaran dijadikan bahan tabungan untuk masa tua. Tabungan sedikit demi sedikit akan membawa pengaruh yang luar biasa kelak apabila dilakukan secara rutin.
2. Â Â Â Mengelola keuangan dengan bijak
Tidak jauh berbeda dari yang sudah dijelaskan diatas. Mengelola keuangan secara bijak akan membuat kamu mudah dalam menghadapi kondisi sulit Sandwich Generation. Kamu dapat memutus rantai generasi dengan cara mengelola keuangan secara bijak. Salah satu rumus mengelola keuangan dengan bijak menurut para ahli adalah rumus 40-30-20-10.Â
Rumus itu banyak diterapkan oleh banyak orang dan terbukti ampuh dalam mengatasi masalah finansial. 40% artinya dapat kamu gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, 30% persen untuk bayar cicilan misalkan kamu mempunyai hutang yang harus dilunasi atau pembayaran cicilan setelah kamu membeli keperluan lain, 20% untuk ditabung pada dana tabungan ini dapat kamu investasikan misalnya untuk membeli saham, obligasi bahkan menabung di bank secara berkala pun tidak masalah. 10% Â terakhir mari kita gunakan untuk kebaikan. Kebaikan-kebaikan yang mulia adalah bentuk syukur kita kepada Tuhan sehingga kita merasa beruntung dengan apa yang Tuhan beri, oleh karena itu sebagai bentuk syukur kita dianjurkan berbagi kebaikan terhadap sesama, seperti bersedekah, membantu orang lain yang kesusahan, menyumbang ke panti asuhan dan sebagainya. Kebaikan tersebut tentunya akan membawa berkah yang berlipat-lipat suatu saat nanti.
3. Â Â Â Menambah sumber penghasilan
Jika dengan mengelola uang secara bijak kurang mencapai hasil yang maksimal karena misal realitanya jumlah pengeluaran lebih besar dari jumlah pemasukan sehingga berdampak pada kesulitan menabung maka menambah sumber penghasilan dapat menjadi andalannya. Kamu bisa mencari sumber penghasilan baru yang ringan-ringan saja di sela-sela pekerjaan tetap.
Kamu bisa bekerja sambilan sesuai hobimu sebelumnya yang tidak terlalu memberatkan aktivitas pekerjaanmu sekarang, misalnya dengan berjualan online. Jualan online yang sudah menjamur di kalangan masyarakat bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, kamu juga bisa melakukannya dengan partner kamu sehingga tidak terlalu kesulitan mengelolanya. Atau kamu bisa terjun ke dunia pendidikan yang dapat kamu lakukan di sela-sela waktu luangmu, mengajari les privat dan sebagainya. Bisa juga kamu membuka bisnis kos-kos an atau tempat wifi sehingga bisa menambah sedikit-demi sedikit untuk tabungan masa depan. Lakukanlah pekerjaan sambilan yang menyenangkan dan tidak terlalu memberatkan sehingga sumber penghasilan bertambah dan kamu siap menghadapi kondisi generasi Sandwich.
Menjadi generasi Sandwich ini memanglah tidak mudah, tetapi dapat menjadi generasi yang berbakti dan bermanfaat untuk orang lain tentu tidak akan sia-sia. Jadi, sudahkah kamu siap mengatasinya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H