Mohon tunggu...
Nico Sanjaya Praramadhani
Nico Sanjaya Praramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Textile Chemistry 2022

Whatever what they say, be yourself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dahsyatnya Cairan Ini!

22 Februari 2022   17:32 Diperbarui: 22 Februari 2022   17:49 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Bulan September 2021, 2 bulan sebelum Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dilaksanakan, Guru PPKN yakni Bu Dian memberikan tugas saat KBM daring di zoom, tugasnya yakni memanfaatkan sampah buah-buahan bekas atau sampah organik menjadi ekoenzim. 

Saya sempat bertanya tanya apa itu ekoenzim dan apa hubungannya dengan pembelajaran PPKN. Bahkan sebagian siswa juga ada yang mempertanyakan tugas tersebut. Lalu, apa itu ekoenzim? Dan apa manfaatnya?

Jika mengaitkan ekoenzim dengan PPKN tentu berhubungan juga karena ekoenzim ini adalah pemanfaatan limbah atau sampah rumah tangga dan tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah "Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan." 

Dan pada Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) kemarin 21 Februari 2022 mengingatkan semua pihak bahwa persoalan sampah harus menjadi perhatian utama. Upaya penanganan dan pengelolaan sampah harus melibatkan seluruh komponen masyarakat yang meliputi Pemerintah baik Pusat dan Daerah, akademisi, aktivis, komunitas, dunia usaha, asosiasi profesional dan bahkan individual. 

Peringatan HPSN kini telah menjadi milik masyarakat, karena pemerintah daerah dan komunitas hingga dunia usaha telah turut serta melakukan berbagai kegiatan dalam rangka peringatan HPSN dengan caranya masing-masing.

Nah, jadi ekoenzim ini bisa menjadi salah satu cara kita sebagai masyarakat untuk menjaga lingkungan dan juga memanfaatkan sampah rumah tangga menjadi bermanfaat.

Eco Enzyme ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Gagasan proyek ini adalah untuk mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah sebagai pembersih organik.

Jadi saya ringkas ekoenzim adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat. Dan cara mengaplikasikannya juga sangat mudah.

Saya membuat ekoenzim dengan menggunakan kulit buah pisang dan pepaya karena saya sehabis memakan buah itu, tidak harus memaksakan kita ingin menggunakan kulit buah apa tapi pemanfaatan ini ialah menggunakan sampah organik apa saja yang ada dirumah.

Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan ekoenzim antara lain:

Alat:

  • Botol 1,5 L
  • Timbangan
  • Pisau

Bahan:

  • 2 ons gula merah
  • 150 gram kulit buah
  • 500 ml air

Berikut cara pembuatan ekoenzim:

  1. Haluskan gula merah.
  2. Potong-potong kecil terlebih dahulu kulit buah.
  3. Masukkan 500 ml air ke dalam botol plastik dan 2 ons gula.
  4. Kocok perlahan agar gula larut.
  5. Masukkan sisa kulit buat ke dalam wadah.
  6. Sisakan ruang untuk proses fermentasi. Oleh karena itu jangan isi botol hingga penuh.
  7.  Kocok perlahan lagi agar kulit dan air gula merata.
  8. Buka tutup botol setiap hari selama 1 minggu pertama. Dalam 1 bulan pertama, gas akan dihasilkan dari proses fermentasi.
  9. Simpan wadah di tempat dingin, kering, dan memiliki ventilasi yang baik. Hindari sinar matahari langsung.
  10. Setelah 3 bulan, ekoenzim akan selesai dan dapat digunakan.

Setalah 3 bulan yakni bulan Januari saya mencoba membuka ekoenzim tersebut dan baunya lumayan agak wangi. Bila ekoenzim baunya seperti sampah berarti itu gagal atau ekoenzim tidak layak pakai.

Ekoenzim dapat digunakan sebagai pupuk cair organik tanaman, campuran deterjen, pembersih lantai, pembersih sisa pestisida, pembersih kerak, dan sebagai bahan spa untuk membantu melancarkan peredaran darah.

Jadi di era ini alam memerlukan waktunya untuk istirahat dari manusia yang selalu merusak alam, kita sebagai manusia yang sadar akan lingkungan dan alam harus sering memanfaatkan sampah agar lingkungan bersih dan tidak terlalu banyak sampah yang nanti ditampung di pembuagan sampah. Dan di era pandemi ini pasti manusia sangat banyak menghasilkan sampah organik karena mereka membutuhkan buah dan sayuran untuk menjaga kesehatan tubuh.

Daripada membuangnya ayo kita memanfaatkannya agar lebih berguna dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Dengan membuat ekoenzim kita berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun