Mohon tunggu...
Nico Okada
Nico Okada Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Berbagi imaji, berbaur mimpi. Seringkali menyala dalam gelap

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Senja Dalam Balutan Sajama Cut

2 Mei 2012   02:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:51 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin, 19 Maret 2012

Sore hari saya memutuskan keluar rumah setelah pada paginya batal karena intens melanjutkan film This Must Be the Place yang dibintangi Sean Penn, menurut saya di film itu om Penn memerankan perpaduan antara Robeth Smith dan Ozzy Osbourne pensiunan rockstar dengan problemantikanya. Sekitar pukul tiga dengan setelan rapi jali dan berbadan wangi saya menuju ke toko musik di pusat kota dengan menggeber lambretta yang mulai luluh dengan saya.

Sampailah di toko musik dengan muka berbinar tanpa target yang pasti, dan sampai di sudut kanan. Membongkar tumpukan cd yang hanya sedikit stoknya, dan cd buruan saya dua bulan lalu sudah lenyap. Niat hati ingin membeli Morfem tapi ya apa boleh buat stoknya sudah habis, atau mungkin dikembalikan. Miris sebenarnya jika memasuki toko kaset itu sekarang, dahulu toko kaset itu bagaikan surga bagi para penikmat musik tapi sekarang koleksinya hanya beberapa. Sampai kepada cd Pink Floyd "The Wall" dan ternyata cetakan UK nya habis tinggal yang Jepang.

Bertanya saya kepada ibu-ibu penjaga yang sangat ramah "Buk, Pink Floyd nya tinggal ini ya?" Ibu itu pun membalas "Iya mas, tapi ada yang kumpulan 12 cd sama dvdnya 6 album satu set." Ibu itu pun membawakan saya box set Pink Floyd, mata saya pun kembali berbinar dan memutar-mutar box tersebut hingga mendapatkan harga yang tercantum. Kali ini mimik pun turun drastis 180 derajat, yah harga box set cdnya satu juta lebih sedangkan dvdnya empat ratus lima puluh ribu. "wah asik ini bu" kata saya dengan menyembunyikan mimik kaget setengah sedih. Sebenarnya sebanding dengan harganya, tapi nanti dulu deh. "mas'e ntar ga bisa tidur lho." tambah si ibu.... Ya kalo ngantuk nanti juga tidur bu...hmmm

Beralih lagi ke sektor musik independen indo, tangan dan mata pun bekerja kembali, kebanyakan rilisan demajors. Sayang buruan saya lepas dan mencari opsi lain, hingga sampai ke Sajama Cut "Manimal". Ini salah satu band favorit saya sewaktu SMA. Dulu juga mau saya ambil untung sekarang masih ada, jujur dua bulan yang lalu saya sangat tertarik dengan artworknya dan yang membuat saya semakin getol ialah karena pacar saya juga suka. Lumayan lah berbagi, karena cd The Clash dia masih saya bawa hingga menjadi sesuatu yang sangat favorit bagi hidup saya. Pink Floyd nanti dulu ye, saatnya mencoba Sajama Cut di player toko.

Lagu pertama langsung membuat saya tertarik, langsung sikat lah keburu habis!! Susah juga ngeluarin cdnya dari dalem wadah kertas karena lemnya masih belum kering. Dengan harga yang sangat terjangkau sampailah di kasir, obrolan pun muncul dengan mbak-mbak kasir, dan nomer telpon saya pun tertinggal. Siapa tau pesanan saya dipesankan lagi ke distributor.

Berkendaralah saya lagi di sore hari nan cerah ini menuju tempat kerja, oh suasana ini sangat menyenangkan. Jam empat lebih sedikit sampailah di rental, sebelum mengembalikan cd sebaiknya mengisi tenaga di angkringan yang baru buka lagi, nasi tiga bungkus pun saya babat! Lantai pun sudah bersih dengan sapuan indah dari saya, kemudian melanjutkan menata tumpukkan cd di rak, ya ini pekerjaan saya yang utama setelah sampai tempat kerja. Mas Kentanx pun masih memutar dvd Annihilator yang musiknya masih belum merasuk ke tubuh saya. Sepanjang sore hingga malam mendera  player dvd di tempat kerja mendapatkan kehormatan untuk memutarkan cd yang baru saya beli, Hingga pelanggan mulai berdatangan dan pergantian shift mas Kentanx digantikan oleh mas Rinto. Setelah saya mendengarkan dengan seksama track no.3 yang berjudul "Untitled #4" kok hampir mirip ya dengan "Catch When Fall" dari Bangkutaman, tapi persetanlah! Overall album ini membuat saya jatuh cinta dan ciri khas dari Sajama Cut masih ada sama seperti saat saya mendengarkannya sewaktu SMA. Album ini memang paling pas dinikmati saat senja terang seperti waktu tadi, namun hingga pagi buta ini saya menulis masih terasa asik di kuping entah kapan akan reda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun