Mohon tunggu...
Travel Story Artikel Utama

10 Jam Wisata Kuliner Kecil di Kota Bandung

22 Mei 2015   21:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:42 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung Lautan Factory Outlet, julukan yang belum juga luntur untuk kota yang terkenal dengan para mojangnya ini. Di mana Jalan Riau atau dulunya disebut juga Jalan RE Martadinata menjadi pusat berdirinya berbagai factory-factory outlet tersebut lalu disusul di tempat kedua, yaitu Jalan Ir. H. Djuanda atau yang lebih dikenal dengan nama Dago.

Meskipun demikian, berbicara soal Bandung tidak melulu soal wisata belanja. Ibu kota provinsi Jawa Barat ini juga terkenal dengan kekayaan kulinernya yang melimpah, mulai dari minuman, makanan kecil, kue-kue hingga makanan berat. Jadi di satu hari Sabtu yang tak direncanakan, tercetuslah ide untuk wisata kuliner kecil di Bandung. Kenapa wisata kuliner kecil? Karena waktunya tak lama, hanya 10 jam saja di luar perjalanan pulang pergi Jakarta – Bandung. Dan beginilah hasilnya.

[caption id="attachment_419401" align="aligncenter" width="504" caption="Deretan lauk dan sayur di Warung nasi Ampera yang disajikan secara prasmanan ini memang terlihat sangat menggoda. Sering kali kita dibuat kalap mata melihatnya."][/caption]

1.(Pukul 11) Makan siang: Warung nasi Ampera, Jl. Trunojoyo

Rumah makan yang menyajikan menu masakan Sunda ini adalah pilihan pertama sesaat setelah menginjakan kaki di Bandung. Sulit menjelaskan mengapa masakan Sunda selalu bikin kangen. Walau menunya terbilang cukup sederhana, yaitu nasi pulen, sambal terasi, lalap dan mungkin pete lalu ditambah berbagai pilihan lauk seperti ayam goreng atau bakar, pepes, gepuk, gurame goreng kering, jambal, dan lain sebagainya. Tapi tetap saja rasanya nikmat banget.

Kembali ke niat awal, yaitu wisata kuliner maka meski rasa lapar sudah menyerang sedari pagi karena belum sarapan tapi harus makan secukupnya meskipun menu yang disajikan sangat menggoda. Lagi pula ada istilah “makan saat lapar, berhenti sebelum kenyang”.

Soal harga, Warung Nasi Ampera menyajikan pilihan menu yang relatif terjangkau tanpa mengorbankan rasa makanan itu sendiri. Suasana restoran pun terbilang nyaman dengan adanya hiburan live music di hari Sabtu tersebut.

[caption id="attachment_419403" align="aligncenter" width="504" caption="Yoghurt strawberry spesial no juice dan Yoghurt tape ketan spesial no juice. Didalamnya ditambahkan potongan strawberry dan tape ketan."]

14323021542090043523
14323021542090043523
[/caption]

[caption id="attachment_419404" align="aligncenter" width="504" caption="Kue cubit green tea dengan topping Ovomaltine dan Oreo jadi teman pas untuk menikmati segelas Yoghurt cisangkuy."]

1432302309820232209
1432302309820232209
[/caption]

2.(Pukul 1.30) Yoghurt Cisangkuy

Sulit dihindari rasa tak nyaman di tenggorokan sesudah menyantap menu goreng-gorengan dan sambal terasi, apalagi kalau ditambah pete. Tapi untungnya ada Yoghurt Cisangkuy. Minuman ini boleh dikatakan sebagai salah satu legenda hidup di Bandung karena sudah berdiri sejak tahun ‘70-an. Kebetulan lokasinya di Jalan Cisangkuy tak jauh dari Jalan Trunojoyo.

Asam-manisnya Yoghurt Cisangkuy ampuh menetralisasi saluran tenggorokan. Apalagi dengan pilihan rasa yang banyak, sebut saja strawberry, anggur, leci, mocca, ketan, dan lain sebagainya. Untuk menu yoghurt special ditambahkan potongan buah-buahan yang sama dengan pilihan rasanya.

Sementara itu jenis yoghurt-nya ada dua, yaitu juice atau non juice. Untuk mudahnya, juice berarti encer sedangkan non juice kental. Untuk menikmati rasa yoghurt yang asli tentu saja rekomendasinya non juice.

Semua pilihan rasa yoghurt ini nikmat banget untuk dinikmati di bawah teduhnya pepohonan di halaman Yoghurt Cisangkuy. Apalagi sambil ditemani berbagai penganan kecil seperti surabi (serabi), siomay, batagor atau kue cubit green tea dengan topping ovomaltine dan oreo yang sekarang lagi ngehits. Itu pedagangnya semua mangkal di depan Yoghurt Cisangkuy.

Satu-satunya kesulitan adalah minimnya tempat parkir di Jalan Cisangkuy ini. Apalagi dengan kehadiran Pasar Cisangkuy yang ada di sebelah yang juga banyak menarik animo wisatawan di Bandung.

[caption id="attachment_419405" align="aligncenter" width="504" caption="Sejak awal mula disajikan Iga bakar sapi si Jangkung ini sukses menumbuhkan rasa cinta pada pandangan pertama. Setelah gigitan pertama langsung bikin jatuh hati."]

14323024762001905378
14323024762001905378
[/caption]

[caption id="attachment_419406" align="aligncenter" width="504" caption="Iga kambing bakar si Jangkung memiliki citarasa yang lebih kuat. Mungkin karena daging kambing pada dasarnya memiliki ciri khas aroma yang berbeda dibanding daging sapi. "]

14323026621714246571
14323026621714246571
[/caption]

3.(Pukul 16.00) Iga Bakar si Jangkung, Jl. Cipaganti

Nama warung makan yang terletak di Jalan Cipaganti ini sukses mengecohku. Karena nyatanya iga bakar yang disajikan tanpa menyertakan tulang. Tapi untungnya soal rasa tidak menipu. Karena antara harga dan rasa bisa dipertanggungjawabkan.

Satu porsi iga bakar sapi atau kambing dihargai 30 ribu rupiah saja. Harganya tidak “jangkung” seperti namanya kan. Saking lembut dagingnya bikin pipi ngga pegal. Dan karena tulangnya sudah dicabut maka digigitnya juga jadi lebih gampang.

Digunakannya hot plate sebagai tempat penyajian iga bakar membuat nafsu makan meninggi. Suara kuah yang mendidih dan asap yang mengepul sudah memanjakan indera pendengaran dan penciumanku terlebih dahulu sebelum sebongkah daging mendarat di rongga mulut.

Walau terlihat sangat nikmat jika disantap dengan nasi putih yang panas tetapi karena masakan ini dinikmati di jam tanggung akhirnya terpaksa kuurungkan satu porsi nasi putih tersebut. Mungkin lain ceritanya jika makan di jam yang lain. Sebagai informasi Iga bakar si Jangkung buka dari jam 11.00 – 23.00.

[caption id="attachment_419407" align="aligncenter" width="504" caption="Ini dia Nasi kalong di Jalan Riau yang selalu bikin pengunjung rela antre panjang. Meski menunya terlihat sederhana tapi memiliki kekayaan rasa yang sulit dijelaskan."]

14323028702128991255
14323028702128991255
[/caption]

4.(Pukul 19.00) Nasi Kalong, Jl. Riau

Jangan berpikir hanya karena namanya maka warung yang terletak di Jalan Riau ini menyajikan Paniki atau masakan khas Manado yang berbahan dasar kelelawar. Namanya tak lebih karena jam bukanya hanya malam hari saja, yaitu dari pukul 19.00 sampai 3.00 dini hari.

Pilihanku untuk datang lebih awal didasari alasan supaya dapat parkir, yang kedua dapat meja dan yang ketiga antrian yang lebih pendek. Karena meski menyajikan menu rumahan yang terbilang sederhana tapi Warung Nasi Kalong ini sukses membuat pengunjung antre mengular bak pembagian sembako.

Menu “signature” Nasi Kalong yang bikin orang ketagihan adalah nasi merah (kehitaman) yang dimasak dengan kluwak. Lalu ditambah lauk ayam goreng madu dan tumis buncis bakar madu plus tambahan sambal pedas. Namun selain itu masih banyak alternatif lauk lainnya seperti ekado, tempura, dendeng sapi, sambal goreng ati, dan lain lain yang bisa dipilih secara prasmanan.

Sulit menjelaskan fenomena rasa nasi kalong ini. Bagi orang yang belum pernah mencoba nasi kalong mungkin akan melihat orang yang antre di sini terlihat konyol. Tapi bagi orang yang sudah pernah mencoba nasi kalong justru akan mengatakan konyol buat orang yang belum pernah makan. Ada makanan enak koq dilewatkan.

Soal harga dan rasa makanan yang disajikan sebanding. Mungkin tempatnya saja yang kurang nyaman. Hanya saja masih belum tepat kalau dijadikan alasan tidak mau datang ke Nasi Kalong.

[caption id="attachment_419408" align="aligncenter" width="504" caption="Inilah martabak San Fransisco dengan topping Nutella yang selalu terlihat menggoda. Dalam gambar ini memang bukan versi Tipker (tipis kering). Karena Tipker selalu dimasak dan diberi topping langsung di wajan."]

1432302983454204471
1432302983454204471
[/caption]

5.(Pukul 21.00) Martabak San Fransisco, Jl. Ir H. Djuanda (Dago)

Memang sih martabak ini sudah buka cabang di Kelapa Gading. Tapi satu loyang martabak tipker (tipis kering) berlapiskan ovomaltine pas buat bekal mengusir bosan dan kantuk perjalanan Bandung-Jakarta. Dan yang penting tidak membuat perut serasa mau meletus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun