30 Oktober 2024. Pagi itu, matahari baru saja terbit, menghiasi langit pagi dengan warna kuning keemasan. Suara klakson mobil yang tidak sabar untuk melewati kemacetan di Menteng Raya 64 pun menemani pagi itu. Saya, sekitar 28 murid lain dan 2 guru saling bertukar pesan secara tatap mata sambil menunggu giliran berangkat menuju Pondok Pesantren Terpadu Bismillah, Banten.Â
Ekskursi ini membantu saya untuk keluar dari rutinitas sehari-hari yang kadang membuat hidup terasa monoton. Perjalanan memberikan rasa kebebasan dan kesempatan untuk merenung. Tidak jarang, ide-ide segar muncul ketika seseorang berada di tempat baru, jauh dari tekanan pekerjaan atau sekolah. Â
Sebanyak 120 kilometer kami tempuh untuk mencapai tujuan. Setibanya di sana, angin yang berbisik di antara pepohonan menyambut kami, diiringi langkah para santri dan santriwati yang dengan hangat menyapa. Obrolan-obrolan kecil yang mungkin membicarakan kedatangan kami segera mengisi suasana. Perbedaan agama seringkali dijadikan alasan untuk menimbulkan pertikaian.Â
Namun, dalam proses formasi kali ini, saya menyadari bahwa perbedaan tersebut justru bisa menjadi sarana untuk mencapai kedamaian. Ekskursi ini bukan hanya tentang hidup di tengah masyarakat yang berbeda, tetapi juga tentang menemukan makna dalam perjalanan itu sendiri.
 Kami diajak untuk sejenak melepaskan diri dari hiruk-pikuk dunia modern dan menyelami kedamaian yang ditawarkan oleh lingkungan yang sederhana dan penuh ketulusan tersebut. Hal ini dibuktikan dari Pondok Pesantren tersebut menyambut kami dengan keramahan yang tulus, memberikan insight bahwa hidup sebaiknya dijalani dengan sederhana.Â
Namun, pandangan saya berubah ketika melihat fasilitas yang ada di sana. Pikiran dan hati saya terbuka, menyadari betapa beruntungnya saya bisa berada dalam posisi yang lebih baik. Saya semakin merasa bersyukur atas segala yang dimiliki. Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa rasa syukur harus menjadi hal yang esensial dalam hidup kita.Â
Ekskursi adalah sarana pembelajaran yang tidak hanya efektif tetapi juga menyenangkan. Selama proses formasi ini, nilai-nilai seperti interaksi dan toleransi menjadi sangat dijunjung tinggi.Â
Kegiatan ini juga mendorong peserta untuk keluar dari zona nyaman, memberikan pengalaman baru yang berharga. Salah satu pengalaman yang berkesan bagi saya adalah belajar bermain tenis meja. Momen itu begitu membekas di ingatan saya.Â
Sambutan hangat yang saya terima, meskipun baru bertemu untuk pertama kalinya, menyadarkan saya bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk terpecah-belah. Interaksi langsung semacam ini tidak hanya menciptakan memori yang mendalam, tetapi juga memberikan pemahaman yang jauh lebih kaya dibandingkan pembelajaran teoritis semata.
Menutup Perjalanan dengan PelajaranÂ
Ekskursi bukan hanya tentang pergi, tetapi juga tentang kembali. Saat kita pulang, kita membawa lebih dari sekadar foto atau oleh-oleh. Saya membawa cerita, pengalaman, dan wawasan baru. Saya menjadi individu yang lebih kaya dalam perspektif, lebih toleran terhadap perbedaan, dan lebih menghargai apa yang kita miliki. Â