Mohon tunggu...
Nicolas
Nicolas Mohon Tunggu... -

Orang-orang persimpangan jalan | Tulisan saya lainnya tersedia di https://sekotelo.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Kumbang

29 Maret 2017   19:08 Diperbarui: 12 Juni 2017   10:54 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : http://blog.platechno.com

[Tentang Apa yang Kalian Sebut Dengan Fiktif]

Malam, semoga kita selalu berbahagia,

Tepat 10 menit yang lalu, di dekat kantin perpustakaan, mataku tertuju pada seekor kupu-kupu yang datang menghampiri seekor kumbang , mereka saling menatap, kemudian diam beberapa saat.

Seketika langsung kusiapkan micro-micwarisan kakek-nya, yang sensor lembutnya mampu mereka gelombang suara paling rendah – yang konon mampu mendengar suara roh halus sekalipun.

Bagaimana harimu ?” kumbang bertanya,

Menyenangkan” menjawab dengan lirih “Kenapa kamu lupa untuk menemuiku tadi ?” tanya kupu-kupu.

Kumbang berjanji untuk menemaninya  mencari nektar di taman kota siang tadi. Tapi diingkarinya janji itu.

Aku ada urusan dengan nyamuk.”

Urusan apa ?”

Kabar-nya nyamuk akan mengadakan serangan besar-besaran ke rumah salah satu penduduk kota. Aku dan teman-teman serangga sepakat untuk menggagalkan rencana itu.” jelas kumbang.

Kemarin baru diadakan kerja bakti, hunian nyamuk dibumi hanguskan, sang raja geram dan berencana mengadakan serangan besar.

Lagi ?”

Maksudmu ?” kumbang heran.

Lagi-lagi dengan alasan yang tak jauh berbeda.

Memang benar adanya. Bukankah kerja bakti akan selalu diadakan ? Dan selama itu pula, bukankah nyamuk akan selalu terus geram ?”

Alasan.” kupu-kupu menundukan kepalanya.

Kenapa denganmu hari ini ? Kepakan sayapmu beda dari hari-hari sebelumnya, beda dari senang-senang sebelumnya. Ada apa dengan ‘menyenangkan’-mu hari ini ?”

Konon kupu-kupu yang sedang senang, bisa mengepakan sayapnya 10-20 kali setiap menit, tapi tadi dia hanya mengepakan sekitar 5-8 kali setiap menit . Tanda letih yang mendera.

Sementara kupu-kupu tetap diam untuk beberapa saat. Kumbang kembali bertanya.

Mau kuajak berkeliling ?”

Kemana ?” jawab kupu-kupu penasaran.

Mau kuajak berkeliling ?”

Kupu-kupu mengiyahkan, mereka terbang, bersama.

Mereka berdua terbang beriringan, dengan kumbang memimpin di depan, meninggalkan aku yang masih diam terpaku, diam merenungi cerita mereka –yang bagi saya cukup romantis – tadi.

Masih merenung dengan tanda tanya besar.

Bagaimana bisa seekor kupu-kupu menaruh rasa pada seekor kumbang ?

Ba-gai-ma-na bi-sa ?

Yogyakarta, 28 Maret 2017 – N.C.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun