Kemanusiaan itu
Seperti terang pagi
Merekahkan harapan
Menepis kabut kelam
Niatkan, tinju terkepal
Pekik menebal
Terjang aral
Pagi pasti terkejar
-Seperti Rahim Ibu, Efek Rumah Kaca
Tulisan ini akan membahas kemanusiaan secara tarik-menariknya pada masa lalu, perkembangan, realitas dan harapan masa depan. Tampaknya bakal sulit menarik fokus jika bicara soal kemanusiaan, bagaimana tidak? Pemerintah saja sepertinya seolah kewalahan melihat berkembangbiaknya masalah kemanusiaan waktu demi waktu. Tidak ada inang yang mau bertanggungjawab pada perkembangbiakan tersebut, sedih rasanya mengatakan hal tersebut merupakan kewajaran karena nyatanya juga penyelesaian masalah kemanusiaan dan harapan kemanusiaan dari dulu nyatanya hanya omong kosong belaka.
Saya tidak berbicara keliru, kehidupan buat kemanusiaan Indonesia dari dulu sampai saat ini layaknya utopia yang dimaksud Thomas Moore, bahwa utopia merupakan salah satu konsep dimana sistem sosial politik yang sempurna yang hanya ada dalam khayalan dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan dalam sebuah kenyataan. Saya beranggapan bahwa pemerintah mengamini kemanusiaan dan segala aspeknya hanya keinginan kecil yang tidak diinginkan semua rakyat. Dengan masih lemahnya dan condongnya pada mereka pelaku kejahatan kemanusiaan, semua tampak akan sia-sia. Berkaca dari pemerintah hanya fokus pada utopia pembangunan dan kekuasaan yang memperburuk nilai kemanusiaan itu sendiri. Realitas zaman ini menunjukkan bahwa konsep mengenai utopia pembangunan merupakan konsep yang merujuk pada impian dan cita-cita untuk menciptakan suatu siklus masyarakat yang adil, sejahtera, dan stabil melalui berbagai macam program pembangunan yang menjadi prioritas pemerintahan saat ini.