Mohon tunggu...
Nico Erdi Purwanto
Nico Erdi Purwanto Mohon Tunggu... Penjelajah -

Ecclesia et Patria - Ora et Labora ||| Ikuti saya di Instagram melalui akun @nicopurwanto

Selanjutnya

Tutup

Bola

Masa Lalu yang Mengalir dalam Timnas Jerman

18 Juni 2018   15:55 Diperbarui: 18 Juni 2018   16:03 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Time is but a river flowing from our past. Bagi yang sudah pernah menonton film The Shape of Water, mungkin ungkapan tersebut sudah tidak asing bagi kita. Bukan cuma kalimatnya, artinya pun sepertinya juga sudah paham betul.

Tidak. Dalam tulisan ini kita tidak akan menemukan dan membaca pembahasan mengenai film tersebut. Ungkapan tersebut hanya saya bandingkan dengan salah satu pertandingan, atau katakanlah satu kesebelasan Piala Dunia 2018, dalam hal ini timnas Jerman.

Ungkapan tersebut, apabila Joachim Loew, atau mungkin para pemain timnas Jerman, pun dengan suporter atau orang Jerman sendiri, membaca atau mendengar ungkapan tersebut, kemungkinan akan tersentuh dan merenungkannya.

Arti ungkapan tersebut sebetulnya bisa beragam, tergantung pada kita yang menafsirkannya. Begitu saya dan Anda membaca kalimat tersebut secara bersamaan, bisa jadi kalimat tersebut akan berbeda arti karena perbedaam penafsiran tadi.

Artinya kira-kira: waktu hanyalah seperti sebuah sungai yang mengalir dari masa lalu. Kurang lebih, jika saya andaikan diri saya sebagai orang Jerman, terkhusus fan Die Mannschaft khususnya, saya akan was-was dengan ungkapan tersebut. 

Terlebih jika hal tersebut saya kaitkan dengan 'kutukan' juara bertahan Piala Dunia dalam dua edisi terakhir. Jadi, penafsiran (lebih tepatnya kekhawatiran) saya adalah: Jerman akan mengalami 'kutukan' berupa tidak lolos fase grup. Hal ini muncul ketika secara mengejutkan Jerman kalah dari Meksiko di pertandingan pertama mereka, lewat gol Hirving Lozano di menit ke-35.

Mengingat ke masa lalu, ke 'hulu sungai', juara bertahan dikaitkan dengan Spanyol, sebagai juara bertahan Piala Dunia edisi 2010, yang dianggap gagal total di Piala Dunia 2014, dan memang itulah kenyataannya. Miris, juara bertahan bahkan tidak bisa lolos dari grup. 

Lebih miris lagi karena di pembukaan grup, La Furia Roja dibantai Belanda 1-5! Padahal, tim tersebut empat tahun sebelumnya dikalahkan Spanyol di final Piala Dunia 2010 dengan skor 1-0, di menit-menit akhir babak tambahan kedua.

Di pertandingan kedua, bukannya bangkit dan makin membaik, Spanyol lagi-lagi kalah, dari Chile, yang notabene bukan negara unggulan. Bahkan secara kualitas skuat pun masih lebih baik Spanyol. Meski di pertandingan ke-3, pasukan Vicente Del Bosque mampu menang atas Australia, tiga poin tersebut menjadi sia-sia karena mereka gagal lolos ke babak selanjutnya.

Mundur lagi ke Piala Dunia sebelumnya, yaitu Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Masih membicarakan tentang si juara bertahan. Italia adalah juara bertahan di edisi ini setelah memenangkan edisi sebelumnya, Piala Dunia 2006 di Jerman.

Italia juga gagal di Afrika Selatan, dan tidak mampu lolos dari grup. Di pertandingan pertama ditahan imbang Paraguay 1-1, di laga kedua pun masih sama dengan ditahan seri Selandia baru, denga skor identik dengan pertandingan pertama. Di laga ketiga, mimpi La Nazionale juara, bahkan untuk ke 16 besar saja, digagalkan oleh sesama negara Eropa, Slovakia dengan skor 2-3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun