Mohon tunggu...
Nikodemus Niko
Nikodemus Niko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti

Saya hanya seorang penulis lepas, hidup di jalanan berbatu dan mati di atas rindu yang berserak.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Agama Pohon, Ide Sosiologis Hentikan Penebangan Pohon

27 Maret 2019   00:05 Diperbarui: 27 Maret 2019   00:26 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Totem adalah hal yang paling sakral dan mengomunikasikan kesakralannya itu kepada makhluk yang ada di sekelilingnya. Pada literatur yang saya baca (Daniel L. Pals: Seven Theories of Religion) terdapat pandangan Durkheim yang mengamati masyarakat primitif, masih berburu dan mereka sebut setiap binatang yang bukan totem sebagai "Yang Profan", sebaliknya binatang dan tumbuhan yang dilarang untuk di bunuh mereka sebut "Yang Sakral", kecuali dalam keadaan tertentu seperti upacara agama dan binatang atau tumbuhan tersebut dijadikan kurban.

Saya kemudian membayangkan seandainya hari ini kita masih percaya pada kesakralan alam untuk tidak diganggu, mungkin keseimbangan alam semesta dapat bertahan hingga 50 juta tahun yang akan datang.

Konsep totem yang menjadikan sakral keseimbangan seluruh aspek kehidupan dengan alam semesta ini menjadi sangat langka pada era teknologi saat ini. Kehidupan masyarakat suku-suku di tiap daerah tidak menutup pemikiran dan pengalaman mereka dalam menjaga keseimbangan alam semesta.

Mari beranggapan bahwa pohon memiliki nilai setara dengan manusia serta memiliki agama. Dengan demikian, agama apapun di dunia tidak pernah membenarkan pembunuhan. Artinya membunuh pohon adalah tindakan ilegal, tidak dibenarkan sebab ia beragama, sama seperti manusia.

Totemisme menjadi bagian penting pada masyarakat yang sangat tradisional, dimana keseluruhan aspek kehidupan dipengaruhi oleh totem. Pada dasarnya konsep totem menjaga hubungan antara manusia dan alam semesta (lingkungan). Meski pada konteks ke-Indonesiaan saya belum menemukan literatur yang menyebutkan bahwa masyarakat suku-suku di Indonesia menganut sistem totemisme, namun yang saya perhatikan terdapat kesamaan-kesamaan cara hidup yang menekankan pada keseimbangan alam semesta. 

Kemudian, pada masyarakat tradisional yang menganut totemisme merujuk pada tipe lain dari agama yang menyembah atau pemujaan terhadap binatang dan tumbuhan tertentu. Para penganut totemisme ini meyakini terdapat satu kekuatan yang anonim dan impersonal terdapat pada tumbuhan dan binatang yang mereka sembah atau puja.

Saya berkeyakinan konsep hidup yang totemisme ini juga eksis pada masa dahulu di dalam masyarakat kita. Sebagai contoh pada masyarakat Dayak di Kalimantan yang di kenal hidup menyatu dengan alam. Tidak menutup kemungkinan masyarakat suku-suku lain juga memiliki cara hidup yang sama.

Sakralitas dalam beragama yang sangat dihayati masyarakat tradisional, bukan dengan mengusik dan menebar pembencian pada makhluk lain; seperti pohon dan tumbuhan, bahkan yang tak bernyawa sekalipun seperti batu dan air, yang dihormati sebagai bagian dari keseimbangan alam semesta.

Durkheim sangat meyakini masyarakat yang meyakini adanya Tuhan melalui perasaan impersonal, maha kuasa (prinsip-prinsip totem). Oleh karena itu, jika perasaan impersonal kita bertumbuh pada pohon-pohon, yang kemudian menyelamatkannya dari kepunahan. Prinsip hidup yang menjaga keseimbangan alam semesta cukup dengan tidak membunuh pohon. Sesederhana itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun