Mohon tunggu...
Nikodemus Niko
Nikodemus Niko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti

Saya hanya seorang penulis lepas, hidup di jalanan berbatu dan mati di atas rindu yang berserak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mutiara Daerah dari Batang Tarang

15 April 2015   13:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:04 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup itu kejutan, jangan pernah berhenti berharap, berusaha dan bermimpi karena keberhasilan adalah milik mereka yang berusaha mengejar mimpi dan kemudian menemukan kejutan dalam hidupnya—Effa (Peraih IPK Tertinggi Wisuda Sarjana Sekolah Tinggi Pastoral St. Agustinus Pontianak).



Senyum manis mengambang di wajahnya setelah selesai acara wisuda pada hari ini (11/4/15). Sebanyak 167 orang wisudawan dan wisudawati tampak ceria setelah pengukuhan gelar kesarjanaan mereka. Tidak terkecuali Effa, begitu nama lengkapnya yang sekaligus merupakan nama panggilannya sehari-hari. Dia adalah peraih Index Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi dalam wisuda program sarjana Sekolah Tinggi Pastoral (STP) St. Agustinus Keuskupan Agung Pontianak. Anak pertama dari pasangan Tewe (43) dan Lumbut (38) ini mengaku tidak menyangka akan mendapatkan IPK tertinggi, “IPK bukan segalanya bagi aku, karena yang lebih penting adalah akhirnya aku bisa selesai kuliah dengan baik tanpa mengecewakan orang-orang yang aku sayang” ungkapnya.

Effa-Peraih IPK Tertinggi

Effa bukan lah berasal dari keluarga yang berada, sebaliknya keluarganya hidup sederhana di daerah pedalaman Kalimantan Barat, lebih tepatnya dia berasal dari dusun Dangku, desa Semoncol, Kecamatan Batang Tarang, Kabupaten Sanggau. Orang tuanya bekerja sebagai petani biasa. Siapa mengira jika Kabupaten yang berbatasan darat secara langsung dengan negara Malaysia itu memiliki mutiara tersembunyi di daerahnya. Meski demikian tidak ada batasan baginya untuk meraih mimpi dan cita-cita, tidak ada batasan untuk anak-anak daerah atau anak-anak kampung untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi. Effa membuktikannya dengan meraih IPK 3,78 dalam menyelesaikan jenjang studi S1-nya.

Effa adalah salah seorang dari alumni SMA Wiyata Madala Balai yang lulus pada tahun 2010. Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi di STP St. Agustinus dengan bidang kajian pendidikan dan pengajaran Agama Katolik, yang kemudian di wisuda dengan predikat Cumloude. “Orang mungkin berpikir IPK itu adalah yang tertinggi, bagi aku itu semua hanya bagian kecil dari harapan yang sesungguhnya dari orang-orang yang selama ini berjuang untukku” ucapnya.

Ibarat kata pepatah ‘No Pain, No Gain’ dengan penuh perjuangan dan semangat tangguh, Effa juga melewati rintangan dan tantangan yang tidak lah mudah. Banyak jalan berduri yang telah ia lewati untuk meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag) yang kini tersandang dalam namanya. “Mempertahankan apa yang telah di raih itu tidaklah mudah. Tanggung jawabnya besar, terkadang juga ingin nangis karena bertekad tak ingin mengecewakan orang-orang yang begitu besar jasanya dalam kuliahku” paparnya.

“Setelah lulus kuliah ingin cepat-cepat dapat pekerjaan yang sesuai profesi”. Putri sulung dari tiga bersuadara ini ingin mengabdikan dirinya sebagai guru pendidikan Agama Katolik. Ia ingin segera mengimplementasikan ilmu yang ia dapat di bangku kuliah. Pada awalnya ia berpikir untuk mengabdi di kota, “ingin mengadu nasib di kota dengan tantangan yangbesar tentunya” tuturnya. Namun disisi lain ia mempunyai mimpi untuk memajukan daerahnya menjadi lebih baik ke depan, sehingga ia memiliki tekat yang besar untuk mengabdi di daerah. “Dukungan lebih besar untukku mengabdi di daerah” ujarnya kemudian.

Tiada buah yang manis tanpa pohon yang kokoh, demikian pula dengan Effa yang menjadikan orang tuanya sebagai motivasi terbe sar dalam meraih mimpi-mimpinya. “Untuk dapat meraih semua ini, orang tuaku adalah motivasi terhebat dalam hidupku. Disamping itu juga dukungan dari Bruder Emon, Mom Nur beserta keluarga yang selalu menjadi semangatku untuk berjuang lebih keras. Mereka adalahpelangi dalam hidupku” katanya. Bruder Emon yang membantunya untuk bisa duduk di bangku perguruan tinggi, hingga ia lulus kuliah. Ia juga berpesan untuk anak-anak muda khususnya anak-anak daerah pedalaman di Kalimantan Barat, “Hidup itu kejutan, jangan pernah berhenti berharap, berusaha dan bermimpi karena keberhasilan adalah milik mereka yang berusaha mengejar mimpi dan kemudian menemukan kejutan dalam hidupnya”.

*Nikodemus Niko

*Penulis adalah Alumnus SMA Wiyata Mandala Balai 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun