Akan sulit untuk mengingat kembali peristiwa kontroversi lingkungan yang telah diterima sebagai perhatian banyak media atas fenomena tenggelamnya penyimapanan minyak milik salah satu perusahaan minyak terbesar dunia, Shell dan Exxon di dasar laut Atlantik utara dan hal ini menyebab rasa malu bagi perusahaan.
Greenpeace, khususunya aktivis Jerman, melancarkan kampanye secara besar-besaran atas fenomena tenggelamnya Brent Spar milik Shell yang pada akhirnya mendorong beberapa negara Eropa seperti; Jerman, Denmark serta pemerintah swedia yang menyayangkan pembuangan Brent Spar yang tenggelam.
Banyak argumen tentang bagaimana pelampung Brent Spar harus dibuang, tetapi realitas lingkungan merupakan opsi yang sedikit bermain sebagai bagian dari kontoversi yang mencapai pada titik puncaknya. Yang membuat menarik dari kontroversi Bent Spar adalah hal itu merupakan “non-isu” lingkungan dimana pada akhirnya pelampung penyimpanan minyak tersebut diduduki oleh kalangan aktivis Greenpeace pada akhir april tahun 1995. Dalam tulisan ini akan memaparkan sejarah kasus dan menjelaskan hal tersebut berkaitan dengan ide-ide dan kesimpulan yang dikemukakan dalam literatur komunikasi risiko.
Pada wal tahun 1994 perusahaan minyak raksasa seperti Exxon dan Shell memiliki masalah dengan pelampung pembuangan dan penyimpanan minyak yang diberi nama Brent Spar. Pelampung mulai beroperasi pada tahun 1976 dan sempat di non operasionalkan semala 5 tahun, namun tidak jelas spesifikasi tahun non operasional Brent Spar dan saat ini Brent Spar telah dipandang sebagai suatu hal yang berlebihan dari sudut pandang lingkungan. Pada dasarnya membuang Brent Spar merupakan teka-teki hal ini di akibatkan dengan tidak ada aturan dalam hukum bahwa pemilik tidak diwajibkan untuk membuang Brent Spar di darat.
Brent Spar terletak di perairan dalam (min 75 meter) karena benda raksasa tersebut memiliki bobot sebesar 14.500 ton secara detail. Akan tetapi bagi lembaga organisasi maritim internasional menyatakan menenggelamkan struktur bangunan dilaut adalah hal yang tidak dapat diterima. Akibatnya perusahaan Shell menimbangkan kembali teknis, keamana dan implikasi lingkungan dari pembuangan Brent Spar.
Atas dasar implikasi bagi lingkungan Shell memiliki 4 tawaran pilihan yang berbeda dari beberapa perusahaan minyak, seperti : (1) pembuangan di darat, (2) penenggelaman pelampung di lokasi, (3) dekomposisi pelampung, (4) pembuangan di laut lepas (versi U.K). setelah melakukan riset dari 4 pilihan yang ditawarkan oleh Shell pada akhirnya Shell memutuskan untuk menggunakan poin keempat dengan argumen murah biaya operasional dan memiliki dampak yang relatif aman bagi lingkungan berkelanjutan.
Argumen kedua dari Shell adalah bahwa hal itu merupakan pilihan yang paling realistis jika dibandingkan dengan pembongkaran didarat secara horizontal dipandang akan memiliki risiki empat kali lebih besar dari segi biaya dan enam kali lebih berisiko bagi pekerja akan tetapi untuk segi pencemaran air (perairan pantai) akan lebih rendah. Dalam kasus sebuah kecelakaan Break-Up selama transportasi sedangkan untuk pilihan yang lainnya dinilai tidak efektif dan tidak ramah lingkungan.
Atas dasar penelitian konsultasi Shell diintrogasi oleh Departemen Perdagangan dan Industri Inggris mengenai izin membuang pelampung di laut lepas, karena hal itu adalah pendapat dari BPEO. Namun pada akhirnya pada tahun 1994 Departemen Perdagangan dan Industri menyetujui strategi tersebut untuk dilakukan. Kontroversi Brent Spar mulai memukul media dengan gambar aktivis Greenpeace yang menentang untuk penundaan meriam air oleh kapal Shell. Mengikutsertakan protes yang dilontarkan kepada pemerintahan U.K oleh Kementrian dan Pertanian negara Jerman yang terjadi pada tanggal 9 Mei khusus kepada fenomena pembuangan ke darat yang belum diselediki secara signifikan.
Sepanjang bulan mei Brent Spar menjadi titik fokus yang tinggi untuk agenda media, pada periode 20-30 mei misalnya, Greenpeace melakukan mobilisasi politik terhadap penenggelaman Brent Spar ke laut lepas dengan cara mengumpulkan tanda tangan (petisi) terbukti membuahkan hasil yaitu pada tanggal 26 mei kelompok konsevatif bergabung dengan gerakan Greenpeace dengan aksi memboikot stasiun bensin Shell. Boikot tersebut berjalan efektif di negara Jerman, Belanda dan bagian dari Skandinavia (swedia) 23 mei.
Hal ini membuat pertentanga dari pihak Shell yang akhirnya membuat keputusan untuk menghapus aktivis dari daerah stasiun bensin yang di boikot oleh aktivis. Kemudian pada tanggal 1 juni aktivis kembali berkampanye untuk melawan keputusan Shell atas penghapusan aktivis dari daerah stasiun bensin, hasil jajak pendapat dari Jerman menunjukkan bahwa 74% dari populasi setuju untuk memboikot SPBU Shell. Walau bagaimanapun, kontroversi tidak juga mereda dengan regulasi penghapusan pengunjuk rasa (aktivis) dari SPBU milik Shell.
Pada tanggal 5 Juni, di laut utara, konfrensi perlindungan berjalan di Eisberg, Denmark yang dihadiri oleh menteri lingkungan hidup dari negara-negara serikat laut utara dan komisaris lingkungan uni eropa. Pada pembukaan konfrensi, hampir semua delegasi resmi yang hadir mengutuk untuk meneggelamkan SPBU Shell, terkecuali Ingrris dan Norwegia.
Menteri lingkungan hidup Inggris John Gunner diperlakukan berbeda karena sejumlah kritikkan yang ditujukan kepadanya oleh media. Pada tangga 6 juni menteri lingkungan Jerman, Angela Merkel, menuntut lengkap penghentian pembuangan ke laut lepas termasuk SPBU Shell, di saat yang sama dalam KTT G7 yang diadakan di Kanada, Helmut Kohl diberitahu oleh John Major untuk menghentikan Brent Spar di laut lepas dengan argumen untuk melindungi atas nama keselamatan laut kita.
Sepanjang masa krisis Shell mendapat dukungan dari pemerintah Inggris yang ikut aktif mencoba membujuk sekutu-sekutu Eropanya bahwa penenggelaman Brent Sapr di laut lepas sebenarnya adalah keputusan BPEO, tetapi argumen ini jatuh kepada telinga tuli.
Selain itu kondisi Shell Inggris semakin goyah setelah tekanan kontra yang dilontarkan oleh Shell Jerman dan Shell Belanda. Shell Inggris menerima tugas besar (negatif) dari kedua negara tersebut, misalnya Jerman 1.728 stasiun minyak yang 20% penjualan dibawah rata-rata, 50 SPBU telah dirusak 2 lainnya dibom dan ditembak oleh kelompok aktivis sebagai akibat dari kampanye Greenpeace.
Sementara disisi Jerman sedang menulis surat kepda DTI Inggris dan melampirkan uang untuk membantu pelepasan pantai dan perempuan Jerman yang mengirim gambar anak-anak yang dikenai hukuman guna untuk mendesak ketua Dr Chris Fay agar membatalkan rencana penenggelaman atas dasar argumen kepentingan generasi mendatang. Selama periode ini Shell Jerman menerima 11.000 surat yang berisikan keluhan tentang pembuangan Brent Spar.
Untuk menghdapi tingkat oposisi, pada tanggal 20 Juni Shell mengumumkan bahw amereka telah menyutujui pembatalan penenggelaman Brent Spar ynag berjarak hanya beberapa jam sebelum eksekusi, dikutip ada keterkaitan dengan masalah ekonomi akibat dari serangan dan blokade kaum aktivis. Dengan kejadian ini pemerintah dan juga menteri energi merasa tertipu dan mengharuskan Shell melakukan pembuangan ke laut lepas harus merupakan keputusan dari BPEO.
Studi yang ditugaskan menurut pihak Shell, resiko yang ditmblkan oleh penenggelaman Brent Spar dikuantifikasi : resiko pekerjaan yang tertinggi pada pembongkaran tanah dan termurah dengan penenggelaman ditempat. Resiko lingkungan juga lebih rendah apabila dilakukannya pembuangan ke laut lepas.
Menurut studi tersebut penenggelaman Brent Spar ke dalam laut tidak akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang signifikan. Namun ada rasa takut terhadap pencemaran lingkungan di laut dimana Brent Spar yang akan dibuangbelun tentu diteliti secara keseluruhan oleh peneliti mengingat jumlah yang tidak sedikit.
Yang menjadi masalah adalah (1) atribusi yang menyalahkan dua aktor, Shell dalam contoh pertama diatas, untuk mengambil keputusan dan kebijakan atas pembuangan ke laut lepas adalah BPEO dan pemerintah Inggris. Terkait hal ini Shell dipandang sebuah bisnis besar dan menjadi sebuah perusahaan transnasional dan kekalahannya atas gerakan Greenpeace menggambarkan “kemenangan demokrasi” seperti yang dikutip salah satu koran Inggris. (2) Shell dipandang serakah hal ini dikarenakan Shell memiliki modal yang cukup besar unutk memilih cara yang lebih ramah lingkungan (pembuangan ke darat) sebagai pilihan yang tepat dan dalam hal ini Shell telah kehilangan kredibilitas karena masyarakat melihat itu bukan sebagai kebetulan bahwa BPEO juga menawarkan pilihan yang paling murah secara ekonomi.
Selanjutnya (3) Shell dipandang sebagai sasaran yang empuk untuk melakukan boikot, ini bukan perusahaan seperti Phillip Morris yang memiliki banyak namam merk dan diversifikasi dalam bentuk tembakau. (4) politisi (dengan pengecualian orang-orang Inggris dan Norwegia) yang mengutuk Shell karena dengan cara mudah menarik aktivis Greenpeace. Jerman, Denmark dan Swedia merupakan negara yang paling menentang laut untuk pembuangan yang ternyata tidak memiliki cadangan minyak sendiri yang membuat negara tersebut sangat mendukung protes publik atas Shell (tanpa pengaruh ekonomi).
Sebaliknya hal ini justru menjadi ajang bagi para politisi untuk berlatih dalam hal kepercayaan tanpa adanya dorongan dari aspek uang atau politik itu sendiri. Pada akhirnya muncul masalah moral dimana bahwa kesucian laut lepas harus tetap murni tanpa adanya sentuhan tangan manusia. Tidak seperti protes lingkungan lainnya pada tahun 1995 yang dilakukan Greenpeace untuk menyoroti tindakan pembuat kebijakan lingkungan dalam mengurangi CO, emisi pada kofrensi iklim di Berlin pada April 1995.
Brent Spar memiliki serangkaian faktor yang telah diidentifikasikan diatas merupakan masalah lingkunagn yang terkait dengan industri minyak diamana semua orang setuju untuk membenci.Tidak seperti emisi CO5 dimana kita semua berkontribusi.
Pelampung penyimpanan minyak adalah simbol yang mudah untuk mengidentifikasikan dengan limbah lingkungan, ada isu moral dalam bidang lingkungan. Shell dan Inggris dinilai bertindak secara arogan tanpa mempertimbangkan dialog sebagai suatu kemungkinan sepanjang proses secara keseluruhan.
Jelas bahwa perusahaan seperti Shell harus mengadopsi pendekatan dialog sebelum eskalasi penyebab yang artinya penting untuk memiliki strategi timbal balik diamana upaya yang dilakukan untuk mempromosikan adalah dialog antar masyarakat (kelompok kepentingan khusus dan ahli) untuk menghasilkan solusi yang tepat dan dapat diterima oleh semua orang.
Sumber :
Lofstedt, E, Ragnar and Ortwin Renn. 1997. The Brent Spar Controversy : An Example of Risk Communication Gone Wrong. http://legacy.library.ucsf.edu/tid/jza92a99/pdf. 06 Maret 2016 (08:05)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI