Mohon tunggu...
nico marional
nico marional Mohon Tunggu... Lainnya - kepo bgt sih wkwkwkwkw

belajar,bertukar pikiran dan berbagi untuk kesiapan menyambut kesempatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Hanya Aku dan Ibuku Tersayang

17 Mei 2017   11:39 Diperbarui: 20 Mei 2017   09:48 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat mata ini lelah dan ingin terpejam, teringat hari esok bagaimana cara melihat ibu selalu bahagia di setiap hembusan nafasnya. Perjuangan ini aku rasa masih kurang, perjuangan ini tak seperih yang dia jalani untukku saat aku kecil dulu. Saat dimana aku belum bisa seperti sekarang, saat dimana aku hanya bisa meminta, hanya bisa memberikan beban atas semua yang kuinginkan. Dia tak pernah mengeluh, dia tak pernah berputus asa, dia terus berusaha untuk setiap kebutuhan akan hidup anak tercintanya.

Setiap keringat yang terbuang, setiap langkah yang mungkin di iringi penderitaan dan setiap usaha yang dia telah lakukan untukku, aku sangat menyayangimu aku sangat mencintaimu, aku sangat ingin terus bersamamu. Tuhan ijinkan aku tuk membalas semua keringatnya yang terbuang dengan kebahagiaan, ijinkan aku membalas setiap air mata yang mungkin dia tumphkan dengan senyuman, dan ijinkan aku membalas untuk semua waktu dan perjuangannya dengan satu ciuman dan berkata "ibu berbahagialah dengan apa yang kuberikan karena ini semua kerja kerasmu untuk aku anakmu".

Disetiap malam aku berdoa kepadamu, untuk setiap langkah aku meminta pertolonganmu, dan disetiap usaha aku berharap kepadamu "bantu aku untuk dia yang kusayang". Beban ini ingin aku yang menanggungnya, beban ini yang kau limpahkan, aku saja yang merasakan. Peluh ini, sakit ini, dan semua kepusingan akan dunia ini ada sebuah keyakinan untuk bertahan dan terus berjuang karena ada senyuman yang sangat ingin aku pertahankan.

Hidupku adalah sebuah kebahagiaan meski hanya untuk sebuah seyuman, hidupku adalah keindahan untuk setiap kebahagian yang dia rasakan dan hidupku adalah hidupnya karena aku bersamanya. Ibu... ijinkan aku melangkah dengan doa, ijinkan aku tersenyum tanpa air mata, dan ijinkan aku untuk membahagiakanmu tanpa harus membuatmu seperti dulu.

Waktu ini adalah berharga untuk keluarga kecil saya, waktu ini adalah waktu dimana aku bisa melihat beliau tersenyum lebar dengan kerut di dahinya. Rambut hitamnya kini berubah, pandangannya kini jauh tapi sayangnya, cintanya takkan berubah dimakan masa. Hargai setiap detik bersamanya hanya itu yang ku inginkan untuk saat ini dan selamanya. Karena ini kisah antara aku dan ibuku dan bukan kisah bohong belaka yang tercipta karena ingin menghasilkan sebuah cerita, semua ini “HANYA AKU DAN IBUKU TERSAYANG”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun