Seperti yang kita ketahui film adalah bagian dari media komunikasi massa yang sering sekali digunakan sebagai media yang menggambarkan kehidupan sosial dalam masyarakat. Alasan film digunakan sebagai alat komunikasi massa karena film memiliki jiwa dalam ke efektifan untuk menyampaikan suatu pesan atau makna untuk masyarakat.
Film adalah alat yang baik untuk menyampaikan berbagai pesan bagi khalayak melalui media cerita. Film juga merupakan medium ekspresi artistic sebagai suatu alat para seniman dan insan perfilman dalam rangka mengutarakan gagsan-gagasan dan ide cerita. Secara esensial dan subtansial film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap komunikasi masyarakat (Wibowo, Fred. 2006)
Secara garis besar, film juga dibagi berdasarkan beberapa hal pertama, film dibedakan berdasarkan media yaitu layer lebar dan layar kaca. Yang kedua, film dibagi berdasarkan jenisnya yaitu, film non fiksi dan fiksi. Film non fiksi dibagi lagi menjadi tiga yaitu, film documenter, dokumentasi, dan film yang bertujuan sebagai ilmiah. Film fiksi juga dibagi menjadi dua jenis yaitu, eksperimental dan genre (Kristanto JB. 2007)
Genre sendiri memiliki fungsi yang besar bagi produser dalam membuat film karena, genre adalah sebagai model untuk film yang mereka buat, bisa format dan tempatnya. Produser bisa berkomunikasi dengan penonton melalui penentuan genre. Produser mudah menyampaikan cerita melalui penyebutan genre. Genre berfungsi sebagai blue print dalam menyampaikan rencana apa yang mau diberikan kepada penonton.
Awalnya genre film dimulai oleh teater yang berupa narasi. Ada tiga genre besar dalam per-filman yaitu, drama, action dan horror. Semakin berkembangnya zaman tiga genre ini berkembang menjadi sub genre bahkan menjadi mixed-genre (genre gabungan).
Semakin berkembangnya zaman film menjadi sangat banyaka dan beragam sesuai dengan perkembangan teknologi. Maka dari itu tiga genre utama tadi semakin berkembang menjadi subgenre. Contoh yang bisa kita ambil adalah, film komedi, nah film komedi ini masuk kedalam genre drama dan subgenre nya masuk kedalam film komedi nah begitu ya sobat penjelasan genre dan subgenre.
Penjelasan subgenre komedi film ini memiliki alur cerita yang jelas, memiliki pesan moral yang positif, warna dalam film sangat halus, dan memberikan kesan hiburan dan canda tawa.
Kali ini kita akan membandingkan film zaman dulu dan sekarang, yaitu film Benyamin Biang Kerok tahun 1972 dan film susah sinyal pada tahun 2017. Film si benyamin beang kerok ini di sutradarai oleh Nawi Ismail, dan sutradara dari film susah sinyal adalah Ernest Prakasa.
Pada kedua film ini kita akan membandingkan dalam segi paradigma, genre dan subgenre. Paradigma yang digunakan dalam film benyamin biang kerok adalah paradigma kritis yang dimana ilmu sosial sebagai suatu proses yang secara kritis dalam mengungkapkan the real structures yang tujuannya membentuk suatu kesadaran sosial untuk memperbaiki kondisi realitas dalam kehidupan seseorang (Guba dan Lincoln, 1994) dalam paradigma ini kita bisa melihat alur cerita yang diperani oleh Benyamin S yang dimana ia melakukan perjanjian kencan kepada dua wanita dirumah majikannya yang kemudia ketahuan oleh majikannya, nah dari sini kita bisa melihat kesadaran seseorang dalam menjalani kehidupannya.
Lalu kita masuk kedalam paradigma film susah sinyal yang menggunakan paradigma fenomenologi yaitu sebagai pengkajian mengeksplorasi pengalaman manusia untuk melihat persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan. Yang dimana manusia akan menginterpresentasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang ia alami. Paradigma ini juga dapat menjelaskan fenomena perilaku manusia yang mereka alami dalam kesadaran. Contoh scene yang bisa kita lihat dalam film susah sinyal saat Jessi (Beby Tsabina) dan Ellen (Adinia Wirasti) yang baru sampai di salah satu pulau Nusa Tenggara Timur, Jessi dan marah kepada ibunya yaitu Ellen karena memilih tempat yang tidak memiliki sinyal yang bagus, hingga Jessi kabur dari penginapan, beberapa lama kemudia Jessi meminta maaf kepada ibunya atas perlakuan yang ia perbuat, pada scene ini kita melihat bahwa masalah sekecil apapun bisa merubah perilaku seseorang.
Pada kedua film ini menggunakan genre film drama. Yaitu memiliki alur cerita yang jelas yang memiliki makna dan pesan yang disampaikan dalam film tersebut.
Dalam film benyamin biang kerok memakai subgenre screwball yang dimana film komedi ini menekankan pada karakter utama yang unik, aneh, dan bermasalah, saking uniknya pemeran utama yaitu Benyamin S memiliki masalah yang tidak masuk akal seperti, membawa perempuan ke rumah majikannya yang seakan-akan si perempuan mengira Benyamin S ini adalah orang kaya
Sedangkan film susah sinyal menggunakan subgenre romcom yang dimana film ini menyisipkan kelucuannya dalam menjalani hubungan romantis, dan pertengkaran. Seperti dalam scene Jessi yang marah kepada ibunya dan kabur dari tempat penginapan, yang kemudian ia balik ke penginapan dan meminta maaf kepada ibunya atas perbuatan yang ia lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
R.A Vita N.P.Astuti, P (2022). Filmologi Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press.
Oktavianus, H. (2015). Penerimaan Penonton Terhadap Praktek Eksorsis di Dalam Film Conjuring. 1-12.
Partner, K. M. (2020, Juni 17). Mengenal Subgenre dari Film Komedi. Retrieved from Kumparan.com: https://kumparan.com/playstoprewatch/mengenal-subgenre-dari-film-komedi-1td2oNonBD8
Rachman. (2020). Representasi Dalam Film . 1-15.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI