Mohon tunggu...
Nico Andrianto
Nico Andrianto Mohon Tunggu... -

Bersyukur dalam kejayaan, bersabar dalam cobaan......

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

#Puzzle 16: Srikandi-srikandi Cyber

14 Januari 2016   06:34 Diperbarui: 14 Januari 2016   07:34 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung tua bergaya gothic yang berdiri kokoh itu menunjukkan umur University of Melbourne tak lagi muda. Berpenampilan seperti gereja abad pertengahan, bangunan bernama Old Art Building itu masih dimanfaatkan sebagai ruang kuliah sampai sekarang. Umurnya setua gedung parkir bawah tanah mengerikan yang terletak di sisi lain Unimelb, dengan patung besar seorang ibu sedang memeluk anak-anaknya. Cankaya Khairunisa adalah salah satu dari anak-anak itu, karena ia sedang menuntut ilmu di kampus papan atas di negeri Kanguru. Ia mengambil jurusan e-commerce, sebuah jurusan yang menghubungkan kemajuan internet dengan pemasaran produk.

Bangunan Faculty of Business and Economics dilengkapi dengan peralatan canggih berbasis program komputer yang mampu menyemprotkan air pembunuh api saat ada suara seperti “Fire!” atau “Burning!”. Kenyataan itu bukanlah menunjukkan sifat paranoid, namun lebih menunjukkan kecanggihan universitas urutan atas di Australia ini dalam hal mitigasi dari kemungkinan bencana kebakaran. Kenyataan itu membawa pada sebuah kesimpulan, gedung Unimelb dirancang secara sangat artistik namun dengan tidak menelantarkan fungsinya. Tak mengherankan lembaga pendidikan tinggi dengan reputasi Internasional itu banyak mengundang mahasiswa dari seluruh dunia.

“Aku adalah seorang hacker, technopreneur”, batin Cankaya. J Canka berkeinginan kuat untuk menjadi pejuang cyber untuk membela bangsanya di bidang yang dikuasainya, teknologi informasi. Ia ingin mengembangkan bisnis berbasis online untuk menjual produk-produk Nusantara ke seluruh dunia. Melalui bantuan internet, produk-produk UKM Nusantara bisa bersaing “jengkol to jengkol” dengan produk dari seluruh penjuru dunia. Jarinya sedang menari-nari diatas keyboard komputer, menuliskan curahan hati tentang perjuangan yang ia dan kawan-kawannya sedang lakoni.

Gelombang tak kasat mata itu merambat melalui udara mengalirkan data dan informasi berbagai aktivitas manusia. Nirkabel dalam format wifi, GSM atau CDMA dengan modem dan penguat sinyal itu terus menyalurkan bahasa mesin internet yang rumit, mempertemukan protokol dan menuju server-server membentuk jaringan world wide web. Di kantor, hotel, kafe, pondok pesantren, sekolah, universitas, warnet, rumah-rumah data itu membentuk jaringannya ke seluruh dunia seperti sarang laba-laba yang rumit sekaligus sulit untuk diputus. Kabel-kabel bawah laut, serat optik, gelombang telekomunikasi, kabel telepon telah menghubungkan manusia di pelosok dunia. Digitalisasi, internet, virtual reality, cyberspace, adalah perkembangan peradaban manusia yang tiada bandingannya sampai sejauh ini.

Belum ada penguasa tunggal di dunia internet, meskipun Negara Adidaya berupaya memata-matai komunikasi internet dan telepon di seluruh dunia melalui program PRISM seperti dibocorkan oleh bekas agen National Security Agency, Edward Snowden. Negara adidaya boleh mempunyai supercomputer dengan kekuatan operasi digital sekian terabyte per detik yang sanggup memecahkan password rumit dalam hitungan menit atau jam, namun sungguh tidak bisa memonopoli internet sendirian. Peperangan-peperangan pada dekade terakhir telah membuktikannya, dimana internet telah meruntuhkan sekat-sekat batas-batas negara bangsa. Kabar di salah satu ujung bumi akan diketahui di ujung lainnya dalam hitungan detik. Kekalahan AS di dunia maya oleh perlawanan pejuang Iraq dan Afghanistan, adalah sebuah fenomena baru dimana kekuatan adidaya kalah oleh gerilyawan dari negeri miskin, sehingga Amerika harus membentuk divisi khusus peperangan cyber.

Wikileaks dan Anonimous adalah kekuatan baru yang mampu membuka abuse of power yyang dilakukan oleh kekuatan negara dan menyerangnya baik secara digital atau membuka informasinya. Serangan cyber bisa mencuri data-data perusahaan besar atau bahkan badan-badan milik negara atau organisasi internasional. Jika peperangan cyber terjadi, mungkin jalannya peperangan akan berbeda, karena bisa saja arah rudal melenceng, pesawat jatuh tiba-tiba, garis komando militer terputus, mengacaukan sistem penerbangan, merusak industri strategis, atau menghentikan secara tiba-tiba sistem lalu lintas suatu negara. China dengan kekuatan cyber attack-nya saat ini sangat ditakuti negara-negara Barat. China juga memiliki kemampuan memutuskan sambungan internetnya saat mendapat serangan, sementara Amerika tidak bisa melakukannya.

Orang-orang Nusantara yang rendah diri sering mengolok-olok negerinya dengan joke seperti ini. Konon dalam sebuah pertemuan empat orang dari negeri yang berbeda, masing-masing membanggakan capaian teknologi negerinya. Arkeolog Jepang menggali tanah lima meter, menemukan kabel tembaga dan berani menyimpulkan 40 tahun yang lalu mereka telah menggunakan telepon digital. Orang Amerika menggali 10 meter tanahnya menemukan kabel panjang dan menyimpulkan 100 tahun yang lalu mereka telah menggunakan telepon analog. Orang Inggris menggali kedalaman tanah 15 meter dan menemukan kabel tembaga yang kemudian menyimpulkan 150 tahun yang lalu mereka telah digunakan facsimile. Orang Nusantara menggali tanahnya sedalam 5, 10, 15, 20 sampai 100 meter tidak menemukan apapun lalu dengan malu-malu menyimpulkan bahwa 200 tahun yang lalu mereka telah menggunakan wifi nirkabel. J

Padahal Nusantara pernah melambung namanya bersama diluncurkannya satelit Palapa di tahun 1980-an. Saat ini telah dibangun Nusantara Ring, dimana pada tahun 2012 telah terdapat 55 juta orang pengguna internet di seluruh Nusantara. Di negara muslim demokrasi terbesar ini, setidaknya terdapat tiga jalur internet yang menghubungkannya dengan dunia luar. Sementara China yang hanya memiliki satu gateway, memungkinkan negara komunis itu menyensor semua konten internet di negaranya, baik media masa dan sosial media mereka.

Sebuah penelitian menunjukkan hubungan terjauh manusia hanya sampai enam level. Rata-rata hubungan antar manusia adalah lima level, dari anda sampai ke Barrack Obama. Anda akrab dengan bos anda dikantor, lalu bos anda kenal dengan direktur di kantor pusat yang ternyata kenal dengan presiden Nusantara, sahabat presiden Barrack Obama di Asia Tenggara. Konsep itulah yang diambil secara jenius oleh pendiri Facebook untuk membangun situs jejaring sosial paling populer di bumi saat ini. Facebook menjadi wadah berkumpulnya orang-orang di dunia maya, dengan berbagai aspirasi politik, kegemaran, profesi atau gerakan sosial yang sama. Jamaah al Fisbukiyyah memiliki anggota melebihi 900 juta orang, serta mampu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.

Warga “Negara Facebook” sedikit lebih kecil dibandingkan warga negara China atau India dimana 55 persen penduduk bumi telah mengetahui komunitas ini. Setiap minggu ada 3,5 juta konten dibagikan melalui Facebook. Sejak tahun 2006, setidaknya 17 persen pasangan menikah karena bertemu melalui social media, meskipun survei pula yang menyimpulkan 33% kasus perceraian di Inggris karena Facebook. Sementara orang-orang punya lapak-lapak di internet bebas menyampaikan gagasannya, terjadi proses konvergensi pandangan dunia, ideologi, dan hoby secara global karena internet. Lihatlah peta dunia, baik dalam posisi utara diatas atau dibawah, akan kau dapati bahwa dunia ini ternyata sangatlah dekat.

Tak mengherankan, kekuatan sosial media bisa menjelma menjadi sebuah kekuatan yang sangat dahsyat. Gerakan “Cicak versus Buaya”, mampu menggagalkan kriminalisasi terhadap pimpinan KPK. Gerakan pengumpulan koin untuk Prita oleh ratusan ribu bahkan jutaan orang pengguna Facebook, tuts-tuts komputer yang tersambung internet bisa menekan kuasa tidak adil kekuatan kapitalisme besar. Maka sosial media menjelma kekuatan kelima setelah eksekutif, legislatif, yudikatif melengkapi pers dalam konsep trias politica. Arab spring di Tunisia, Mesir, Libya, dan Syria dengan memanfaatkan sosial media bahkan mampu menjatuhkan satu-per satu rezim-rezim yang di-back up oleh kekuatan raksasa, AS. Memang, bisa saja beberapa pihak menjadi provokator dengan memasang gerakan ini dan itu lewat Facebook, jika memang terdapat isu yang menjadi perhatian masyarakat.   

Kicauan Tweeter saat ini telah mencapai 400 juta per hari. Kuliah Tweeter selalu dinanti para folower, seperti fatwa ulama klasik terhadap umatnya. Khotbah para “ayatollah tweeter” seperti pizza yang dihidangkan panas-panas yang siap disantap. Tapi tahukah kawan, mengikuti situs jejaring social berarti harus siap jika data milik kita dimanfaatkan. Apa haluan politikmu, apa ketertarikan sosialmu, apa karakteristik konsumerismemu, semua bisa diolah oleh pemilik Facebook untuk keuntungan ekonomi, politik, social dan keamanan. Kamu adalah yang kamu klik. Karena 20 juta pengguna Facebook di Nusantara saat ini hampir menyerupai populasi random sampling sebuah survey ilmiah. Tapi, hati-hatilah dengan informasi di akun Facebook-mu.

Di jaman teknologi informasi sekarang, informasi sudah tidak bisa dimonopoli. Pemborongan sebuah edisi majalah oleh mereka yang sakit hati, hanya akan membuang-buang uang, karena masih ada versi pdf atau digital yang bahkan bisa diunduh secara gratis. Ini adalah tentang sebuah revolusi informasi, dimana negara tidak lagi mampu menyensornya secara penuh. Jika sebuah alamat resmi internet diblokir, maka bisa dibuat alamat-alamat miror, yang bisa digandakan secara eksponensial oleh para hacktivist. Ini adalah senjakala era kekuasaan totalitarian, monopoli kuasaan berita, bahkan oleh kekuatan bermodal besar. Inilah sisi kebebasan yang memiliki nilai lebih jika dimanfaatkan secara positif, seperti Youtube yang bisa dimanfaatkan untuk menghantam kekuasaan culas yang korup lagi despotis.

Ini bukan hanya tentang siapa menguasai saham di situs-situs berita sehingga bisa mempengaruhi opini publik untuk tujuan politik tertentu, apalagi penguasaan koran yang tebal dan terdiri dari atom. Ini adalah tentang bit-bit perjuangan bagi sebuah keyakinan akan kebenaran universal. Bahwa manusia pada fitrahnya menyukai keadilan dan membenci kejahatan serta manipulasi kebenaran. Menyadari potensi kekuatan baru ini, China yang komunis telah lama melakukan sensor ketat atas akses sosial media. Google tidak kerasan dan memilih keluar dari Negeri Tirai Bambu, sementara Facebook benar-benar dilarang memasuki China. Negeri komunis itu telah lama mengembangkan konten internetnya sendiri untuk mempertahankan stabilitas sosialnya.

Ini bukan tentang pakar internet yang mengendap-endap menggunakan warnet di tempat-tempat paling tersembunyi untuk melakukan transaksi illegal; spamming, scamming, phishing, atau cracking. Juga bukan tentang pertukaran informasi melalui satu surat elektronik, hanya dengan membuka kata sandi. Bukan pula tentang kelompok yang merencanakan kekerasan di dunia nyata karena pandangan radikal yang sempit. Para penjahat bisa mengincar mangsanya menggunakan sosial media, dengan membaca status Facebook atau Tweeter-mu. Bukankah saat ini lebih sering alamat kita berada di @yahoo.com, Facebook.com, atau Tweeter.com, daripada sebuah jalan atau gang tertentu. Maka seorang tuna wisma di dunia maya berarti kaum paria di jaman teknologi informasi saat ini.

Pengetahuan adalah power. Sandi mesin Enigma Jerman pada Perang Dunia ke-II dipecahkan oleh Allan Turing dan Milton Keynes yang mampu membaca perintah komando Jerman, mulai terhadap Kapal U-Boat, Divisi Panzer, bahkan perintah Hitler sendiri yang mempercepat hasil akhir peperangan dua atau tiga tahun lebih awal. Dan internet adalah power saat ini. Hactivist adalah tentang para makhluk yang hidup di kegelapan dan tak mau terekspos oleh media. Mereka bekerja di jaringan-jaringan komputer dengan akses terbatas dan mengetahui kebohongan di tempatnya, lalu membocorkannya kepada publik, seperti seorang Bradley Manning sang pembocor kejahatan perang Amerika di Iraq. Ini tentang peperangan senyap yang efeknya bisa sangat dahsyat di dunia nyata.

Julian Assange sangat paham “senjata” apa yang sedang dipegangnya. Dengan lantang ia mengatakan[1]: “WikiLeaks had "dozens" of people who were helping the organisation deal with the cyber-attack and set up the mirror websites "but it takes a lot of time for us to manage the process". "We are automating that process and will soon have hundreds. If there is a battle between the US military and the preservation of History, we have insured History will win." "Bila keadilan belum bisa ditegakkan, paling tidak saya belum mati," ujarnya menambahkan.  

Ini bukan tentang para hacker yang menjebol kartu kredit atau data akses playstation untuk keuntungan pribadi, namun tentang pemanfaatan teknologi informasi untuk kebaikan masyarakat banyak. Ini tentang jihad (bersungguh-sungguh) dalam bentuknya yang hakiki demi amar ma’ruf nahi mungkar. Lihatlah situs-situs berakhiran leaks. Saat ini informasi tidak lagi bisa dimonopoli dan hanya memiliki satu pintu seperti dahulu. Dengan internet siapapun bisa memanfaatkannya untuk tujuan baik maupun buruk. Ini adalah tentang pemberontakan oleh orang-orang berkemampuan IT tinggi, namun tak selalu dalam posisi berkuasa. Kemampuan IT itulah kekuasaannya, dan dunia maya yang memungkinkan manusia tak bertemu muka menjadi habitatnya. Ini tentang gerak-gerik hati untuk menyuarakan kebenaran, dan ini sebenarnya adalah sebuah peperangan.

Peretas semacam pegiat Wikileaks adalah bentuk baru perlawanan kaum revolusioner di dunia maya. Seorangan Julian Assange berani melawan hegemoni negeri adi daya satu-satunya di muka bumi setelah perang dingin dengan merilis kabel diplomatik negeri tersebut yang membuat panas kuping nagara lain. Beberapa gerakan menuntut perubahan bisa jadi termotivasi oleh berita kebrobrokan para pemimpin negara lain yang terekam dalam kawat diplomatik itu. Tentang betapa korupnya para pemimpin negara, tentang tak bermoralnya para elit di banyak negara, dan tentang culasnya para tokoh politik.

Amerika, seperti dikonfirmasi oleh Edward Snowden, memiliki program untuk memata-matai berbagai negara dimana ratusan analis merekam kejadian-kejadian penting di negerimu. Sampai data-data rekening dan informasi penting seorang Sekjen PBB ada dalam pantauan negeri adikuasa itu. Tentu saja protes keras berbagai negara sah adanya, karena meskipun sadap-menyadap komunikasi “wajar” dalam konteks intelejen, memiliki syarat yang amat sangat ketat, yaitu tak ketahuan. Kalau informasi itu bocor, maka lain lagi ceritanya. Menguping pembicaraan pemimpin negara lain, apalagi sekutu dekat, adalah pelanggaran tata krama diplomatik internasional dan menunjukkan ketidakpercayaan.

Dengarlah kata-kata “Nabi” kaum ini, Julian Assange; seorang dengan psikologi maniak dalam obsesi besar keyakinan yang dipegang teguh olehnya. Seorang lulusan ANU ini mampu menggertak sebuah negeri adidaya. Para pejabatnya panas dingin oleh langkah-langkahnya. Alangkah “sakti”-nya orang satu ini. Dari kekacauan yang dibuatnya itu tentu tak ada satupun negara yang tak membencinya, meskipun banyak pula pendukungnya di dunia. Apa dia sudah tak punya urat takut. Apa jiwa mudanya membuatnya kurang perhitungan. Meski manusia tidak ada yang sempurna, dan ketaksempurnaannya itu dijadikan senjata untuk membungkamnya. Namun, sampai saat ini upaya itu belum berhasil. Sejauh ini, ia masih belum tersentuh.

Entah sampai kapan sampai ia terkena skak matt oleh gurita kekuasaan besar dunia. Entah sampai kapan, sampai “operasi komando” rahasia akhirnya menghentikannya untuk selama-lamanya. Atau mungkin kicauannya masih diperlukan oleh beberapa pihak untuk sebuah permainan politik “jurus dewa mabuk” yang sulit diprediksi ujungnya. Entahlah. Hal ini masih menjadi misteri besar sampai beberapa dekade kedepan, ketika rahasia harus dibuka demi memenuhi undang-undang keterbukaan informasi rahasia yang dianggap sudah kedaluarsa. Apakah ia pahlawan sejati atau alat politik, hanya waktu yang akan membuktikannya.

Setidaknya ia telah menyiapkan bom-bom waktu dan ranjau-ranjau baby trap elektronik yang akan meledak jika sebuah operasi komando dilakukan terhadapnya. Ia bukanlah orang yang bodoh. Ia adalah pemain catur yang ulung, ulet, dan tidak mudah menyerah. Dalam kediamannya ia menyiapkan segala sesuatunya dengan sangat cermat dan hati-hati. Seperti seorang agen rahasia desersi yang telah hafal tindakan balasan apa yang akan menimpanya karena pengkhianatannya itu. Mungkin ia benar-benar seorang maniak, seperti pecandu game peperangan yang karena intensitas permainannya tak begitu mudah membedakan alam maya dan realitas. Dalam pandangannya, tindakannya di dunia maya itu seperti kehidupan nyatanya. Ia tak bisa membedakan alamatnya di area dot com atau dot org dengan Northbourne avenue, atau Wenminster street atau Gang Bengkok atau gang buntu.

Inilah produk modernisme, yang tak selalu bisa dikendalikan bahkan oleh perancangnya sekalipun. Dan memang tidak ada perancang satu-satunya di dunia ini, seperti ketiadaan tuhan penguasa di dunia maya. Super computer hanyalah upaya beberapa negara untuk menguasai pemecah sandi, pemroses data tercepat untuk berbagai keperluan. Super computer memang memberikan prestise, khususnya untuk dunia universitas, serta power kepada institusi negara. Seperti alat sadap yang digunakan oleh aparat antikorupsi yang bisa membantu menangkap koruptor. Namun alat secanggih apapun tidak akan banyak berguna tanpa orang yang tepat dibaliknya, Man behind the gun.

@@@

Dengan ilmu yang diperolehnya, Canka memahami penggunaan internet untuk mendukung perdagangan global tanpa batas. Di Unimelb, Canka mempalejari e-commerce untuk menciptakan situs bisnis semacam E-bay atau amazon.com. Crazyzales di Australia atau toko buku book depository sukses memasarkan produk tanpa harus membuat produknya sendiri. Canka merintis pembuatan situs untuk memasarkan produk UKM seperti perhiasan perak motif Borobudur, Tulang Naga, atau aneka beads. Produsennya berada di Lumajang, Jogja, dan Bali, sedangkan pembelinya dari seluruh dunia.

Dengan e-commerce di dunia maya, bisa saja pedagang busana kecil bersaing head to head dengan retailer fashion raksasa. Demikian pula, pengusaha perumahan yang hanya memiliki satu dua kluster rumah kecil – bisa saja bersaing langsung dengan perusahaan real estate besar yang tengah membangun kota mandiri. Sebab, dengan teknologi informasi terjadi kesetaraan akses terhadap pasar dan sumber daya. Ketika tembok terakhir – yaitu tembok yang membatasi akses terhadap kapital – berhasil dirubuhkan, maka akses terhadap kapital menjadi bukan lagi hanya milik golongan tertentu dan persaingan menjadi semakin fair.

Sebuah penelitian tentang perkembangan bisnis online menunjukkan, 56 persen konsumen cenderung merekomendasikan perusahaan atau merek yang telah mereka sukai di Facebook, 34 persen dari para pemasar telah berhasil mengolah dan mencapai kepemimpinan mereka dalam bisnis dengan memaksimalkan penggunaan Twitter, 29 persen dari pengguna Twitter mem-follow beberapa brand atau perusahaan, 58 persen dari pengguna Facebook juga telah menekan tombol “like” pada halaman sejumlah brand atau perusahaan. Dari angka tersebut ternyata jumlah pengguna dari golongan kaum hawa lebih banyak dibanding kaum adam.

Saat ini telah bermunculan situs-situs bisnis online yang menjembatani pembeli dan penjual melalui dunia maya. Situs-situs itu seperti pasar di alam maya, membantu orang-orang sibuk menjual barang-barangnya ataupun melakukan perdagangan, tanpa dibatasi geografis atau zona waktu. Bermunculannya e-commerce seperti OLX.com, Berniaga.com Blibli.com, atau rumah123.com, adalah kemunculan para laskar cyber di bidang pemasaran. Mereka adalah ujung tombak pemasaran, sekaligus memperluas market yang akan mendorong perkembangan ekonomi Nusantara. Di ujung lorong sana tentu telah menunggu peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Penghambatnya adalah, orang Nusantara dikenal sebagai salah satu pusat gerombolan pencoleng dunia maya dan pengakses situs porno terbesar. Banyaknya para carder, pencuri data kartu kredit untuk keperluan transaksi memurukkan reputasi negeri kepulauan Nusantara. Dari warnet-warnet, para mahasiswa membeli berbagai barang dengan kartu kredit curian mulai kacamata, laptop, iphone terbaru bahkan motor gede Harley Davidson. Tak aneh Nusantara tidak dipercaya dalam transaksi e-commerce internasional, yang menghambat perkembangan bisnis online. Maka Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik mendesak untuk ditegakkan secara konsisten.

@@@

Cahaya Mentari pagi menyaput remang-remang gedung-gedung di Jakarta. Siluet berbentuk ujung-ujung menara gedung Artha Graha, Pacific Place dan sebuah Masjid di bawahnya terlihat jelas di kaca. Sementara Hotel Sultan, Stadion Gelora Bung Karno dan Menara TVRI terlihat di jendela kaca di sisi yang lain. Nampak jauh di bawah sana mobil-mobil berlalu lalang di dua jalur tol dan jalur lambat di sebelahnya. Balon promosi sebuah pusat perbelanjaan nampak kecil di bawah sana. Namun jendela kaca ruang kerja itu lebih sering ditutup kelambu untuk menghindari bahaya dari luar kaca jernih itu. Kantor Maya tak pernah memiliki plang nama. Secara berkala, Maya selalu berpindah tempat untuk mengamankan dirinya. Kali ini ia berada di gedung itu. Meski berada di Jakarta, server komputernya berada di kota Bandung, di sebuah bangunan bertingkat milik perusahaan telekomunikasi. Upaya pengamanan ini juga untuk mengurangi resiko bencana alam yang mungkin terjadi.

Sebuah Laptop selalu menemaninya setiap saat mengelola situs yang sepenuhnya terpisah dari jaringan internet pemerintah. Email-email aduan itu sepenuhnya terenskripsi sehingga sulit dilacak, bahkan oleh peretas berpengalaman sekalipun. Notifikasi email itu terus mengalir setiap waktu. Ia bekerja dalam sebuah tim yang anggota-anggotanya dirahasiakan, bahkan masing-masing tidak saling mengenal. Banyak orang menaruh kepercayaan pada dirinya. Maya adalah bagian dari unit khusus yang dibentuk untuk memonitor korupsi.

Pekerjaan Wistle Blower Officer ini sungguh memompa adrenalin. Maya bertugas menerima data pengaduan korupsi dari berbagai pihak. Tugasnya adalah menyalurkannya kepada unit-unit kerja terkait, sesuai kewenangannya. Dari bahasan akademis, whistle blowing system terbukti 43 persen efektif untuk mengeliminir korupsi. Sedangkan 34 persen lainnya adalah buah dari proses internal control yang kuat serta cara lainnya. Sebagai WBO, Maya bekerja sangat rahasia. Ia bergerak seperti pasukan hantu dalam peperangan, pasukan khusus yang mampu menelisik sampai ke kamar tidur lawan dalam sebuah peran spionase.  

Tak kurang ratusan email berisi pengaduan korupsi Maya terima setiap harinya. Ada kasus gratifikasi di BUMN, pelabuhan, proyek pemerintah, dugaan suap Pilkada atau pegawai pajak yang bermain mata dengan kliennya. Kadang-kadang perselingkuhan pejabat atau kicauan sakit hati istri pegawai negeri sipil atau anggota dewan terhadap suaminya ia terima pula. Lalu ia menyampaikannya ke KPK. Untuk masalah kriminal lainnya akan ia sampaikan kepada Kepolisian.   

Pernah seorang anggota parlemen diadukan oleh pelapor menerima suap dari pihak asing untuk mengegolkan liberalisasi pasar Nusantara. Maya dan timnya harus segera menyampaikan laporan itu kepada Presiden yang telah memberinya mandat khusus. Meski kehadirannya tak nyata, orang-orang takut kepada tim siluman itu. Konsern pemerintah baru sungguh langkah maju yang mendukungnya secara penuh. Yang penting adalah passion, bekerja sepenuh hati demi kebaikan. Dan Maya suka dengan pekerjaannya yang penuh tantangan.

Maya bukan tipikal intel Melayu, karena ia selalu menjaga kerahasiaanya. Sebab resikonya begitu tinggi. Bukannya ia takut mati, namun ditembak atau diracun koruptor bukanlah cara mati yang keren. Apalagi diiringi dengan lagu gugur bunga dan kenaikan pangkat anumerta. Ia adalah anonym yang menghantui setiap penyelenggara negara yang korup atau pengusaha manja yang hidup dari kolusi dengan abdi negara. Untuk melakukan tugasnya itu, ia seperti berkepribadian ganda mirip seorang hacktivist.

Sinar Mentari semakin terang, gedung-gedung semakin menampakkan warna aslinya. Bayang-bayang gedung mulai terlihat di bangunan kaca BRI di depannya. Notifikasi berkedip-kedip, informasi-informasi baru terus masuk. Kali ini pelapor yang sudah percaya dengan sistem ini, membuka identitasnya. Untuk yang seperti ini, Maya selalu kontak dengan LPSK. Para peniup peluit atau justice collaborators ini memang harus dilindungi keselamatannya. Maya Khairina adalah seorang Srikandi cyber, yang mengabdi dengan kesetiaan tinggi demi negara yang sangat dicintainya.

@@@

[1] http://www.google.com/hostednews/afp/article/ALeqM5igLhpFXyv-VRG5thAgiJk0OORBNw?docId=CNG.7936abe2aac85ef50ca11a2d6b6c031b.dc1, 6-12-2010, 12:30

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun