Mohon tunggu...
Nico Andrianto
Nico Andrianto Mohon Tunggu... -

Bersyukur dalam kejayaan, bersabar dalam cobaan......

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

#Puzzle 15: I Have a Dream

11 Januari 2016   06:27 Diperbarui: 11 Januari 2016   08:00 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Nuklir ekonomi” akhirnya menghantam Jakarta membentuk awan cendawan, menimbulkan guncangan ekonomi 9 skala Richter. Krisis nilai tukar valuta asing itu secepat kilat mengerek Dollar Amerika dari 2.000-an menjadi 18.000-an rupiah. Para investor asing tergesa melarikan dana mereka, sementara orang bursa shock saat mengetahui lembaran-lembaran saham mereka menjadi seharga tisue toilet. Bank Sentral mencoba mengintervensi pasar uang dengan menggelontorkan cadangan dollar-nya ke pasar, sampai pasrah melepas kewenangannya menahan gejolak nilai tukar, karena tidak lagi memiliki cukup dollar. Bencana forex trading di tahun 1997 itu menyebar seperti permainan domino, bermula dari negeri Thailand, Malaysia, kemudian merembet ke Philipina dan negeri Asia lainnya termasuk Nusantara yang terdampak paling parah.

Respon rasional para pelaku ekonomi adalah buru-buru menarik dana mereka di bank-bank dan beralih membeli mata uang Dollar Amerika sebagai alat simpan nilai. Bank Sentral harus berderit-derit menahan perkembangan laju kurs rupiah itu, lalu secara dramatis menaikkan bunga simpanan di bank sampai menyentuh angka 60 persen setahun. Respon tidak rasional pelaku pasar di tengah kekacauan itu, mereka lebih mempercayai rumor yang beredar daripada pengumuman resmi otoritas pemerintah. Batuk kecil seorang teroris ekonomi, spekulan forex

internasional, ataupun isu-isu politik nasional bahkan lebih memberi arti bagi pelaku pasar uang daripada pengumuman kebijakan moneter oleh Bank Sentral.

Dalam kondisi kacau dan kepercayaan pasar nyaris ambruk, para pemilik dana melakukan rush besar-besaran di semua bank, setelah pemerintah menutup 17 bank swasta beberapa hari sebelumnya. ATM yang baru diperkenalkan beberapa tahun itu mengundang antrian panjang, orang-orang yang tergesa mengambil uangnya kembali. Mereka menyebut fenomena tersebut “krismon”, krisis moneter. Dalam kondisi terpaksa, pada akhirnya pemerintah memberikan dana talangan bernama BLBI sebesar lebih 1.000 trilyun kepada bank-bank itu, yang ironisnya menumbuhsuburkan para pencoleng ekonomi yang kemudian kabur ke negeri tetangga. Liberalisasi sistem perbankan sejak Paket Oktober 1988-an digulirkan dianggap sebagai pangkal permasalahan karut marut dunia perbankan itu.

Pada saat itu, untuk memenuhi komitmen dengan WTO, pemerintah meliberalisasi pasar per-bank-kan yang memiliki fungsi intermediasi keuangan dengan mempermudah ijin pendirian bank dan ijin operasi sebagai bank devisa. Di tengah suasana ekonomi yang lagi booming, para pengusaha dipermudah membuka bank, bahkan dengan modal dasar yang kecil dan dengan pengalaman yang minim dalam mengelola dana nasabah. Akhirnya dana masyarakat yang mereka tarik ini banyak disalurkan kepada perusahaan grup mereka sendiri dengan menabrak aturan legal lending limit dan kehati-hatian perbankan. Fungsi intermediasi dan amanah mengelola dana masyarakat dikhianati oleh ketamakan para pemilik bank, membuat fondasi perekonomian Nusantara seperti benteng pasir yang rapuh.

Getarannya tremor krisis ekonomi itu terus menjalar dari episentrumnya mengguncang semua makhluk hidup maupun benda mati, menyebabkan orang-orang kelaparan serta menghanguskan gedung-gedung dan pepohonan. Pasokan air minum menipis, listrik mati di banyak wilayah dengan luas yang semakin meningkat setiap waktu. Rumah-rumah pun menjadi kusam, jalan-jalan berlubang, karena pemerintah tidak memiliki dana cukup untuk pemeliharaan. GDP turun derastis sebesar 12% selama tahun paling menyedihkan itu, dimana inflasi menyentuh angka 80%. Tingkat bunga pinjaman yang meroket menyebabkan ribuan perusahaan tiba-tiba bangkrut dan meledaklah kredit macet. Kemiskinan naik sebesar 40% dan 15 juta orang tiba-tiba harus menganggur. Saat itu, tahun 1998, tergambar di layar-layar televisi politik berguncang hebat, kondisi sosial kacau-balau. Melalui transmisi internet, berita sedih serta kepanikan atas krisis ekonomi menyebar kemana-mana bak pandemi pes di Eropa di awal abad ke-20.

Yang terlihat semua serba antri, untuk mendapatkan beras sampai minyak goreng yang terjangkau, dimana harganya meningkat sebesar 160% pada tahun 1998 sendiri. Pemandangan itu seperti mengulangi kejadian tahun 1965 saat rakyat jelata harus antri sembako dengan pandangan mata kosong dari tubuh-tubuh yang kumal. Sejarah kembali terulang selayaknya putaran roda pedati. Dan roda sejarah itu selalu saja menggilas orang-orang yang lemah yang telah dipinggirkan oleh sistem ekonomi yang buas lagi jahat.

Tayangan teve dan radio menyiarkan kesedihan dan keputusasaan di mana-mana. Para pemimpin pemerintahan lemas seolah dilolosi semua jaringan otot dan syarafnya. Efek psikologis yang tercipta seperti ketika Jepang menyerah kalah dalam perang dunia II, karena dua kota-nya, Hiroshima dan Nagasaki hancur luluh dijatuhi bom atom oleh pesawat Enola Gay Amerika. Penjarahan telah meluluhlantakkan ibukota negara dan beberapa kota besar lainnya. Kerusuhan dan perpecahan karena isu SARA merebak mulai dari Kalimantan, kemudian membakar Ambon dan Poso. Timtim dengan dukungan asing serta para NGO komprador melepaskan diri dari pemerintah pusat. Kondisi penduduk Nusantara saat itu menurut para psikolog adalah setengah dari yang dirasakan muslim Bosnia saat dibantai oleh Serbia. Bukan saja aparat pemerintah dan militer terpana dengan keadaan yang menggoncang tersebut, para pertapa ekonomi turun gunung untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Masyarakat berbondong-bondong menjual emasnya yang tiba-tiba berharga tiga kali lipat (naik 212%) karena nilai intrinsik yang dikandungnya. Konsumsi rokok tiba-tiba meningkat derastis. Rakyat Nusantara seperti anak ayam kehilangan induknya. Burung Elang dan burung Nazar ekonomi melayang-layang mengincar anak-anak ayam yang cemas itu. Bisnis penggandaan uang yang menjual mimpi kaya mendadak menjamur seperti pencoleng ekonomi dengan korban yang bertambah-tambah. Bisnis berbasis skema ponzy dengan tanpa produk yang jelas itu hanya membuat untung para pengikut awal dan membuat buntung pengikut-pegikut terakhir. Secara rasional, maka kaki-kaki di level terakhir yang jumlahnya semakin banyak itu yang akan menanggung rugi.

Masih teringat di memori Ethan Zhang He, bagaimana seorang Michael Camdessus bersedekap menyilangkan tangan di depan Soeharto yang menandatangani Letter of Intent di saat krisis itu. Ia merasa sangat terhina dengan gesture boss IMF yang terlihat seperti sedang mendikte kepada pemimpin bangsa yang diberi hutang, sebuah kesombongan “penjajah” terhadap negaranya yang sedang lemah secara ekonomi. Gambar, video, foto tentang tangan yang dilipat dengan ekpresi menekan saat Soeharto meneken LOI itu ia anggap sebagai bentuk kepongahan IMF. Ethan Zhang He tahu, syarat-syarat (conditionalities) pemberian dana pinjaman adalah sebuah kekalahan ekonomi yang amat menyakitkan.

Pasal-pasal yang terkandung dalam leter of intent yang ditandatangani Soeharto adalah tentang penarikan subsidi, penutupan bank-bank bermasalah, pencabutan dukungan untuk industri-industri strategis; pabrik pesawat terbang dan kapal laut yang dianggap menghamburkan uang negara. Karena LOI mempersyaratkan dipotongnya bantuan intuk industri strategis seperti Industri Pesawat Terbang Nusantara agar tidak dibantu lagi oleh negara. Nusantara yang hampir terbang tinggal landas saat membuat N-2130 akhirnya tertingal di landasan. Ethan juga sadar, Indonesia yang punya banyak insinyur tidak bisa membuat mobil nasional, karena secara politik dagang telah dijepit oleh negara-negara pemilik industri mobil.

Kaum kapitalis juga menelusup dari balik kegelapan saat pemerintah sedang lemah atau rakyat sedang gaduh dengan berbagai isu yang tiba-tiba datang memecah belah kebersamaan. Ketika semua mata fokus pada permasalahan akibat melemahnya kontrol pemerintah pusat dan krisis ekonomi itu; sparatisme, isu SARA, masalah penyerobotan perbatasan negara, dan pertarungan ideology lainnya, tiba undang-undang investasi asing disahkan oleh parlemen. Konsesi pertambangan dan ijin kehutanan juga tiba-tiba berpindah kepemilikan kepada perusahaan asing. Ethan mencurigai terdapat agen-agen intelejen ekonomi asing di Kepulauan Nusantara, mencuri data-data vital tentang keuangan; anggaran negara, cadangan devisa, dan kebijakan invastasi, sehingga bobollah kekayaan Nusantara.

Kebijakan menjual BUMN profitable dengan harga rendah kepada bangsa asing ibarat menyerahkan angsa bertelur emas kepada orang lain. Sebuah tindakan sangat bodoh para pemimpin negeri ini yang bisa diduga hanya akan mengeruk keuntungan untuk biaya politik. Pihak asing sangat berpeluang membonceng isu-isu privatisasi, liberalisasi ekonomi melalui multinational corporation untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Pertarungan wacana mahzab-mahzab ekonomi dengan mengkhianati bangsa sendiri berujung pada obral kekayaan alam kepada asing. Tak aneh muncul berbagai teori konspirasi tentang para kapitalis pembonceng dibelakang lembaga semacam Dana Moneter Internasional (IMF) dan World Bank demi penguasaan ekonomi, seperti pasukan Belanda yang membonceng Inggris dalam perang Surabaya 1945. Di mata Ethan sudah jelas, serangan spekulan forex

atas perekonomian Nusantara masa 1997/1998 oleh kekuatan- kekuatan besar ekonomi telah dimainkan untuk proyek penghisapan kekayaan alam Nusantara.

World Bank, sebagaimana IMF sebenarnya didirikan untuk sebuah misi suci membantu negara-negara yang hancur setelah Perang Dunia ke-II, serta memerangi kemiskinan untuk menjaga perdamaian dunia. AS sebagai pemegang saham terbesar Bank Dunia dengan 16% hak suara bisa menentukan presidennya, dimana 25 dewan anggota lainnya mewakili 187 pemerintahan anggota. World Bank menggabungkan modal dari negara-negara donor, ditambah penghasilan melalui penjualan obligasi, mendukung proyek pembangunan, seperti membangun dam, jalan, sekolah, dan peternakan. Namun seiring berjalannya waktu, kedua lembaga internasional ini mengalami birokratisasi, politisasi dan korupsi serta sering dijadikan alat negara besar untuk memastikan hegemoni atas dunia ketiga, setidaknya demikian pengakuan seorang economic hit man, John Perkins.

Ethan mulai sadar, menjamurnya perbankan bersistem rente menyimpan kelemahan fundamental saat krisis ekonomi terjadi. Cacat sistem kapitalisme ekonomi ternyata bukan saja menjadi penyakit khas Asia, tetapi juga menyebabkan krisis keuangan global 2008 dan krisis ekonomi Eropa setelahnya. Resep pemulihan ekonomi yang ditawarkan oleh IMF untuk krisis ekonomi Asia dikritik oleh pakar ekonomi semacam Joseph Stiglitz sebagai kesalahan diagnosis dokter yang membuat sakit pasien semakin parah, sebuah malpraktik yang seharusnya diberikan sanksi keras. Bukan IMF penyelamat Nusantara saat krisis ekonomi mendera, justeru kekuatan ekonomi kecil dan menengah. Para pengusaha makanan, ekonomi kreatif, perajin, petani, nelayan dan bisnis turunannya yang telah menyelamatkan konsumsi domestik Nusantara, sekoci penyelamat ditengah ekspor para konglomerat yang turun derastis karena bahan baku impor menjadi amat mahal saat nilai dollar meroket.

Kini, di University of Melbourne, Ethan mendapatkan berbagai teori ekonomi yang semakin memperluas wawasannya. Bahwa candu hutang luar negeri yang menjadi jerat untuk mengeruk kekayaan alam suatu negara. Dollar Amerika yang menguasai 60% mata uang global dan seringkali ditopang dengan berbagai invasi militer untuk mengukuhkannya dianggap sebagai instrumen penjajahan ekonomi baru. Sebabnya adalah nilai nominalnya jauh melebihi nilai instrinsiknya, karena sejak tahun 1934 tidak dijamin lagi dengan cadangan emas. Hal tersebut bertentangan dengan sistem Bretton Woods Treaty 1944 dimana menetapkan satu ounce emas senilai 35 dollar.

Sehingga uang kertas yang dengan mudahnya dicetak ulang itu bisa digunakan untuk membeli minyak bumi, kayu, emas, batu bara, biji besi, timah dan bahan tambang lainnya. Sejak saat itu orang mulai berfikir tentang mata uang dinar dan dirham berbasis emas dan perak serta bank dengan sistem syariah. Inflasi terjadi di negara yang menerapkan mata uang kertas dan sistem riba, tapi negara yang mengunakan uang dinar-dirham akan stabil. Redenominasi menjadi isu mengemuka di Nusantara hari-hari ini, dimana seribu rupiah akan dijadikan satu rupiah untuk memberi kesan kuat pada mata uang Rupiah. Sementara China memiliki strategi dua mata uang, yaitu Yuan untuk keperluan dalam negeri dan Renmimbi untuk keperluan forex dan expor impor.

@@@

Secara tak sengaja Canka bertemu Ethan setelah lama berpisah, di rumah makan Nelayan, di bilangan Swanson Street. Ditengah metropolitan Melbourne, awalnya Canka mengira Ethan adalah orang Tionghoa dari Malaysia atau Singapura. Namun, mendengar logat Jawa Timuran-nya yang medok membuat Canka yakin Ethan adalah teman lamanya yang sudah tujuh tahun tak bersua. Kepada Cankaya, Ethan mengatakan ia sedang menempuh doctoral degree of Syariah Economics di Faculty of Economics and Business di UniMelb[1]”.

Wah, hebat banget, Ethan. Ngomong-ngomong kita kuliah di kampus yang sama lho, ambil S-2 jurusan e-commerce. Kok, kita nggak pernah ketemu, ya?”, balas Cankaya dengan mata berbinar.

Tiga tahun lalu aku telah menyelesaikan Master-ku di IIUT Malaysia, jurusan Syariate Economics juga”, tambah Ethan Zhang He.

Aku punya mimpi, membumikan kembali ekonomi syariah di bumi Nusantara, Canka”, kata Ethan mantap.

Aku bangga denganmu, Ethan. Ternyata kau sangat tertarik ekonomi syariah, ya. Aku yakin kau bisa menyelesaikannya dengan baik.”, kata Canka yang dibalut dengan senyuman.

Ekonomi syariah menurut Ethan mengusung keadilan ekonomi dan memberi panduan moral yang secara eksplisit diatur dalam islam. Zhang He sangat memahami hukum-hukum ekonomi dan mekanisme pasar yang banyak diulas oleh para ekonom muslim klasik. Para ekonom islam klasik seperti; Abu Fadhl, Abu Yusuf dengan kitab al Khoroj, Al Ghazali, Muhammad Bin Al Hasan As Syaibani dengan kitab Al Kasab, Abu Ubaid dan kitab al Amwaal, Yahya bin Adam ataupun Al Maqrizi telah memberi inspirasi tentang keadilan ekonomi bagi seorang Ethan Zhang He.

Ini, Canka, aku punya dua buah artikel papuler yang akan kukirim ke media massa di Nusantara. Kalau kau tertarik, silakan baca, kebetulan sudah aku print tadi. Siapa tahu ada masukan dari kritikus hebat seperti dirimu.”, Ethan tersenyum sambil menyerahkan dua buah artikel itu.

Canka menerima kertas yang di klip itu, sambil memasukkan sebutir kue klepon kesukaannya ke dalam mulutnya. Canka tak mau mengecewakan sahabatnya itu, dan segera membacanya dengan seksama lembar-demi lembar tulisan yang berjudul: “Ekonomi Syariah, Nusantara, dan Keadilan Ekonomi”. Ekonomi syariah semakin menarik perhatiannya, seperti manis gula jawa yang meledak di mulutnya dari sebutir klepon yang sedang ia kunyah.

@@@

Nilai emas meningkat selama tiga puluh tahun terakhir sejak 1980 dengan rata-rata peningkatan 23% per tahun. Sebagai logam mulia, emas seperti telah ditetapkan sebagai bahan mata uang dari surga yang mengusung keadilan ekonomi. Emas adalah logam mulia yang stabil dalam jumlah yang ditambang, memenuhi berbagai syarat sebagai material bernilai tinggi. Dengan Dinar, harga seekor kambing yang berkualitas baik adalah sama sejak jaman Rasulullah sampai hari ini. Demikian pula selama lebih 1400 tahun harga seekor ayam bisa dibeli dengan satu keping dirham. Uang emas Dinar adalah salah satu pilar ekonomi islami, disamping prinsip-prinsip keadilan dan penghindaran terhadap praktik riba.

Dinar saat ini adalah koin emas standar 22 karat dengan kemurnian 91,7 persen seberat 4,25 gram, sedangkan Dirham adalah perak murni 95 persen seberat tiga gram. Sekarang juga telah terdapat digital gold currency atau e-Dinar dimana satuan transaksi mata uang emas ini bisa diperkecil sampai empat desimal untuk membuatnya sederhana. Dinar yang nilainya relatif stabil berpotensi menjadi mata uang perdagangan internasional menggantikan Dollar sebagai hard currency. Karena sifatnya sebagai logam mulia, Dinar maupun Dirham menjamin dirinya sendiri sebagai barang berharga, mengembalikan fungsi uang sebagai alat tukar yang menutup celah bagi para spekulan forex trading semacam George Shoros.

Dalam sejarahnya, uang Dinar emas telah digunakan oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara seperti Malaka, Samudera Pasai, Banten, Cirebon, Demak, Tuban, Gresik, Gowa serta Kepulauan Maluku. Kerajaan Samudera Pasai pertama kali mencetak mata uang Dinar pada masa Sultan Muhammad (1297-1326). Dinar pada saat itu digunakan bersama mata uang Keueh yang terbuat dari timah, dimana satu Dinar sebanding dengan 1.600 Keueh. Standar Dinar kerajaan Pasai adalah sebanding dengan 2,6 gram emas (40 grains). Pada masa kekuasaan Sultan Ahmad Malik Az-Zahir, koin dinar tersebut yang dinamai Derham mas yang dicetak dalam pecahan satu Derham dan setengah Derham.

Dinar sebagai standar mata uang menyebar di seluruh Sumatera dan Semenanjung Malaka setelah kerajaan Aceh menaklukkan Samudera Pasai tahun 1524. Uang itu tetap digunakan sampai Jepang menyerbu di tahun 1942. Sementara di bagian lain Nusantara, kerajaan Gowa yang dipimpin Sultan Allaudin Awwalul Islam (1593-1639) mencetak Dinar seberat 2,46 gram emas yang digunakan di Gowa, Tallo, Ternate, Tidore, Butung, Minahasa, Sumbawa sampai Papua. Sebagai penyimpan nilai di satu sisi dan alat tukar di sisi lainnya, keping-keping Dinar dan Dirham sebagai alat tukar yang adil benar-benar pernah eksis dalam perdagangan di kepulauan Nusantara.

Kesultanan Mataram di tahun 1600-an mencetak Dinar dan Dirham, termasuk pada masa kekuasaan VOC. Saat itu Dinar dicetak dengan berat 16 gram emas dengan kadar 75%, dan Dirham dibuat dengan berat 6,575 gram perak. Pada kepingan-kepingan Dinar tersebut tercetak “Derham min Kumpani Welandawi dan Ila djazirat Djawa al kabir”. Pada masa setelahnya, terdapat Dirham Inggris (1813-1816) bertuliskan: “Kempni Hinglis, Jasa hing sura-Pringga” di satu sisi, serta, “Hinglis, sikkah kompani, sannah AH 1229 dhuriba, dar dhazirat Djawa” di sisi satunya. Sistem mata uang berbasis emas dan perak itu hilang secara perlahan bersamaan dengan pengaruh Belanda yang semakin kuat mencengkeram menguasai kekayaan negeri-negeri Nusantara.

Dalam bukunya berjudul al-Muqadimah (Prolegomena), cendekiawan pengelana bernama Ibnu Khaldun menguraikan hasil pengamatannya terhadap perekonomian dan bahkan memprediksi kelangsungan hidup bangsa-bangsa. Kitab ini mengulas secara sistematis tentang kebijakan ekonomi yang masih relevan sampai saat ini. Ekonom muslim abad keempat belas ini telah mencetuskan peran penting pemerintah untuk menghasilkan kelebihan permintaan dalam ekonomi untuk menstabilkan perekonomian, lima abad sebelum John Maynard Keynes. Sedangkan pemerintah Amerika Serikat mengambil pendapat Keynes dengan membuat berbagai proyek infrastruktur besar untuk mengatasi depresi ekonomi tahun 1930 dan krisis finansial global tahun 2008.

Lahir di Tunisia tahun 1332 Masehi, Ibnu Khaldun menuliskan teori pasar bebas dan peran penting pemerintah untuk menstabilkan ekonomi sebagai fondasi bagi pertumbuhan ekonomi sebuah bangsa. Bagi Ibnu Khaldun, spesialisasi produksi, penggunaan teknologi, surplus ekonomi, meningkatkan output, penciptaan lapangan kerja serta perdagangan luar negeri penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mengenai spesialisasi produksi, Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) di Amerika Serikat menyebutkannya dalam teori mereka sebagai division of labour.

Tokoh bernama lengkap Abu Zaid Abdurrahman Ibnu Muhammad Ibnu Khaldun ini menyatakan bahwa peran pemerintah sangat penting untuk menjaga ketertiban dan menegakkan hukum demi menciptakan kondisi yang kondusif bagi kegiatan perekonomian, serta menjaga keadaan sosial dan politik yang ideal. Negara yang baik adalah yang bisa menjamin hak kepemilikan properti, serta menjaga jalur perdagangan agar masyarakat merasa aman melakukan kegiatan perekonomian. Negara harus menyediakan infrastruktur yang layak, membangun pusat-pusat perdagangan, dan memberikan insentif untuk kegiatan produksi.

Ibnu Khaldun telah berfikir tentang spesialisasi produksi untuk meningkatkan produksi dan mencapai efisiensi maksimum. Dari pengamatannya, campur tangan pemerintah yang terlalu jauh dalam urusan produksi dan perdagangan serta ditambah pajak yang terlalu tinggi akan menyebabkan kontraksi ekonomi. Karena sifat pemerintah yang birokratik dan tidak memahami kegiatan perdagangan serta entrepreneurship, apalagi para aparat yang mulai terjangkit mengejar kemewahan dengan cara apapun termasuk membiayainya dengan cara menaikkan pajak.

Menurut Ibnu Khaldun, pajak (kharaj, dan jizyah) hanya dipungut jika tidak mengganggu produksi dan perdagangan. Karena pajak yang mencekik akan menurunkan produksi, dan pada akhirnya malah akan menurunkan pendapatan pajak. Untuk itu, Ibnu Khaldun menyarankan belanja birokrasi dan militer tidak boros dengan mempertahankan postur aparat birokrasi yang ramping sehingga tidak terlalu membebani perekonomian negara. Hasil pengamatannya menyimpulkan banyak kota-kota menjadi miskin dan ditinggalkan penduduknya karena terjadinya salah urus perekonomian.

Dalam urusan tenaga kerja, tokoh ini telah mengidentifikasi bahwa, “Nilai dari laba dan modal harus memasukkan nilai dari tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja, tak bakal ada keuntungan”. Pendapat ini menginspirasi David Hume (1711-1776) yang menuliskan dalam bukunya yang terbit tahun 1752 berjudul Political Discourses, bahwa “Segala yang ada di dunia ini dibeli dengan tenaga kerja” yang ditambahkan kalimat oleh Adam Smith dalam catatan kaki dalam bukunya The Wealth of Nations,sebanyak kerja keras yang mampu dilakukan oleh tubuh kita”. Karl Marx (1818-1883) lebih lantang lagi menyuarakan masalah ini dalam bukunya Zur Kritik der Politischen Ekonomie bahwa “upah buruh harus sebanding dengan hasil produksinya”. Islam menyeru melalui sabda Nabi yang mulia, “Bayarlah upah buruhmu sebelum keringat mereka kering”.

Sebelum diangkat menjadi Nabi, Muhammad adalah seorang pedagang yang sukses dan memahami bisnis dengan baik. Nabi dengan petunjuk Tuhan adalah seorang fundamentalis pasar. Nabi pernah menolak keinginan umat yang meminta harga-harga di pasar diturunkan karena dianggap terlalu tinggi, sebuah pengaturan harga diluar mekanisme pasar. Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas, yang memberi rizqi, dan sesungguhnya aku berharap bertemu Allah (nanti) dalam keadaan tak seorangpun dari kalian menuntut aku lantaran (aku) menzalimi jiwa maupun harta”. Jadi seharusnya harga, upah, sewa ataupun suasana persaingan terbentuk melalui mekanisme pasar yang alamiah tanpa campur tangan pemerintah. Demikianlah sekelumit sistem perekonomian islami yang menjunjung keadilan ekonomi dan sejarah penerapannya di Kepulauan Nusantara.

@@@

(“Respon Ethan Zhang He terhadap kebangkrutan ekonomi Nusantara 1998 ditentukan oleh letaknya secara relatif di dalam sejarah. Dalam hidup Ethan melekat atribut-atribut yang tidak bisa ia hilangkan sepenuhnya, seperti suku, bangsa, agama, kesukaan makanan, hubungan kekerabatan, status pernikahan, level pendidikan, pekerjaan dan banyak lagi. Manusia bisa meminimalisir pengaruh-pengaruh itu saat berinteraksi dengan orang dengan berbeda atribut, namun tidak bisa membuangnya 100 persen. Dan atribut-atribut itu melekat diluar kehendak manusia. Respon manusia terhadap berbagai kejadian menggambarkan pilihan posisinya dalam sejarah. Dalam hal ini, Ethan Zhang He memposisikan dirinya sebagai orang Nusantara asli yang berjuang untuk negerinya yang ia cintai”, batin Cankaya).

Bagus, Ethan. Ekonomi syariah itu memang telah tercatat dalam sejarah, dan memiliki akar yang kuat di Nusantara.”, kata Cankaya sambil mulai membaca tulisan Ethan yang kedua yang berjudu: “Konsep dan Perkembangan Ekonomi Syariah”.

Aku kira, ekonomi syariah tak hanya tentang bank atau BMT[2], bukan”, tambahnya.

@@@

Maqasid asy-Syariah terdiri dari menjaga pengayaan terhadap agama (din), jiwa (nafs), akal (‘aql), keturunan (nasl), dan harta (maal) manusia tanpa kecuali, sebagai realisasi islam sebagai rahmatan lil alamin. Falah adalah kebaikan dalam aneka bentuknya, seperti memberi bantuan orang miskin, membebaskan budak, atau membantu orang yang terlilit hutang. Kurva maksimalisasi kesejahteraan falah menjadi tujuan ekonomi islam, bukan maksimalisasi profit yang egoistis seperti ekonomi kapitalis. Pencapaian tertingginya adalah membuat karya-karya fenomenal demi kebaikan orang banyak. Tujuan ekonomi syariah adalah benefit melalui sektor riil, bukan derivative dan profit semata Tak mengherankan ajaran islam sangat memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Perkataan Nabi yang terkenal menyampaikan, “Walau esok hari akan kiamat, kalau engkau memiliki sebiji benih maka tanamlah”.

Namun adakalanya pasar juga bisa gagal dalam situasi informasi tak sempurna atau saat beberapa orang tak mampu masuk dalam mekanisme persaingan pasar yang ketat; misalnya orang cacat, anak-anak yatim, orang jompo dan fakir miskin lainnya. Nilai altruistik ekonomi syariah adalah maksimalisasi zakat, infaq, dan sedekah sebagai penjabaran nilai rahmatan lil alamin. Islam mewajibkan membayar zakat bagi yang mampu, sebuah bentuk pemenuhan tanggung jawab sosial. Lembaga ZIS memberikan rumah sakit gratis, mengelola daging qurban, pemberdayaan masyarakat, memberikan beasiswa bagi masyarakat miskin, membangun sekolah murah bahkan gratis berkualitas. Selain itu, lembaga ZIS bahkan mampu mengirimkan relawan ke tempat-tempat bencana, dan daerah konflik seperti di tanah terjajah; Palestina, perang di Suriah dan pembantaian muslim di Myanmar.

Nilai-nilai moral ekonomi yang paling ditekankan adalah melarang riba, maysir, gharar, melarang monopoli, melarang penimbunan komoditi, melarang beredarnya barang haram, memenuhi takaran/ukuran timbangan dengan adil, menunjukkan kecacatan barang dagangan jika ada, serta menggaji buruh dengan layak dan tepat waktu.

Islam telah memberi rambu-rambu moralitas dalam berniaga seperti menjauhi MAGHRIB. Maghrib yang waktu menjelang malam itu seakan menjadi warning bahwa hal itu harus dihindari, yaitu:

Maisir atau pejudian yaitu setiap transaksi dimana salah satu pihak menang dan pihak lain kalah.

Gharar atau ketidakpastian, dimana transaksi yang tidak memberikan kepastian di akhir adalah merugikan salah satu pihak.

Riba adalah menarik sesuatu yang bukan merupakan hak. Riba dilarang oleh semua agama langit, seperti Yahudi, Kristen dan lebih-lebih Islam. Karena riba adalah eksploitasi yang tidak adil dan bisa memutuskan semangat kerjasama dalam persaudaraan.

Sebuah ayat Al Qur’an menyampaikan, “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al Baqarah: 275.) Riba adalah memaksa, menindas, melebihi haknya. Seperti pegawai yang tak bekerja sesuai kontrak dan meminta bayaran penuh. Perusahaan asing yang mengeruk kekayaan alam Nusantara dengan hanya memberikan imbal hasil rendah hakikatnya adalah sebuah “riba yang besar”. Memungut kelebihan uang dari meminjamkannya ke orang lain adalah riba. Jadi dalam konsep ekonomi syariah bukan berprinsip “time value of money”, tetapi “money value of time”, karena uang menurut islam bukanlah komoditas yang bisa diperjualbelikan.

Perbankan syariah memiliki karakteristik profit sharing dan profit benefit yang bisa dikembangkan dari prinsip-prinsip; Titipan atau simpanan (Depository / al Wadi’ah), Bagi Hasil (profit sharing), jual beli (sale and purchase), sewa (operational lease and financial lease), jasa (fee-based services). Oleh karena itu, bank syariah adalah lembaga intermediasi keuangan yang:

  • Menuruti perintah Allah SWT, jadi tidak memisahkan antara bank dan agama.
  • Tidak menarik bunga kepada nasabahnya.
  • Tidak boleh investasi pada hal-hal yang haram.
  • Lebih didorong untuk bagi hasil.
  • Pembiayaan untuk aset yang riil, bukan spekulasi keuangan dan menghindari inflasi.

Secara prinsip ekonomi syariah bergerak di sektor riil yang dikelola dengan prinsip hati-hati dan underlying asset-nya jelas sehingga bisa mencegah buble economy seperti di Amerika Serikat saat global financial crisis. Keseimbangan pasar sebagai hasil dari permintaan dan penawaran sangat ditekankan, dengan batas-batas etika ekonomi islam yang jelas. Bisnis islami berdasarkan aset nyata, bukan intangible asset atau bubble economy yang menenggelamkan Amerika saat ini. Sehingga ekonomi syariah lebih tahan krisis, karena bergerak di bisnis riil, bukan derivative, win-win solution, dan bukan zero sum game.

Ilmu yang mulai berkembang beberapa dekade terakhir ini cukup diminati pasar selaras dengan kesadaran masyarakat akan sistem ekonomi yang lebih adil daripada sistem kapitalisme, namun juga lebih realistis daripada sistem sosialis yang tidak memberikan insentif. Ekonomi islami secara konsep mengandung aspek positif dari kapitalisme dan sosialisme sekaligus. Kapitalisme yang memotivasi orang untuk bersaing dan memberikan pelayanan terbaik. Sementara sosialisme berarti pemerataan pendapatan, sehingga jurang miskin dan kaya tidak semakin menganga. Ekonomi Islami adalah sistem ekonomi masa depan yang menjadi obat dari kegagalan kapitalisme. Karena kelemahan ekonomi kapitalisme dikoreksi oleh ekonomi islami, yaitu melarang sekuritisasi resiko yang menyebabkan bubble economy.

Lembaga keuangan syariah bukan hanya tentang bank syariah, namun juga pasar modal; saham, obligasi, sukuk, dan reksadana, juga asuransi takaful, pegadaian syariah, dana pensiun, leasing, modal ventura, zakat, waqaf, dan semua sektor riil ekonomi yang tidak melanggar prinsip syariah. Sehingga bisnis islami bukan hanya produk kerudung, herbal atau kitab/buku dan film islami, tetapi juga perkebunan, pertambangan, pembangunan jalan tol, jembatan layang, rumah sakit, hotel syariah, MRT, sampai pembelian pesawat oleh maskapai penerbangan. Bank syariah yang bebas riba adalah solusi dari permasalahan yang diakibatkan oleh sistem perbankan konvensional yang telah eksis sepanjang 500 tahun, yang ternyata rentan terhadap krisis ekonomi global.

Asset perbankan syariah di dunia meningkat dari sekitar 700 milyar dolar pada tahun 2008 menjadi satu trilyun dollar di tahun 2010[3] dan terus meningkat nilainya. Perbankan syariah di Inggris telah mencapai 30 persen, akibat penempatan dana oleh orang-orang muslim kaya dari Timur Tengah, sementara di Malaysia telah mencapai empat puluh persen akibat dukungan penuh pemerintah dengan menempatkan dananya di bank syariah. Di Nusantara sendiri saat ini market share bank syariah telah mencapai sekitar 5 persen, dan akan meningkat mengejar ketertinggalan dari negara semacam Inggris dan Malaysia untuk menjadi hub keuangan islami di dunia. Sudah menjadi hukum sejarah, perkembangan sistem ekonomi syariah tak bisa dihentikan.

@@@

Ethan, tulisan seperti ini penting untuk mengedukasi masyarakat Nusantara.”, imbuh Canka.

Ya Canka, I have a dream[4]. Aku ingin memopulerkan kembali ekonomi syariah di negeri kita, karena ekonomi syariah adalah solusi terhadap kegagalan sistem ekonomi kapitalisme”, jawab Ethan Zhang He.

“Kalau begitu nanti datang ya, ke acara presentasi proposal desertasi-ku. Aku tunggu lho, Can”, kata Ethan Zhang He menutup pembicaraan.

Insyaallah.....pasti aku datang”, jawab Cankaya dengan mata berbinar.

 

[1] University of Melbourne

[2] Baitul Maal Wattamwil, sebuah bentuk lembaga keuangan mikro islami.

[3] Sumber: the Economist

[4] Marthin Luter King

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun