Gegar budaya merupakan suatu fenomena yang biasa terjadi terhadap mahasiswa perantau. Gegar budaya bisa terjadi dalam lingkungan yang berbeda, seseorang yang mengalami perpindahan dari suatu daerah ke daerah yang lain baik dalam negrinya sendiri ataupun seseorang yang berpindah ke negri lainnya. Perbedaan budaya ini yang mengakibatan ketidaksiapan seseorang menjalani kehidupan di lingkungan baru.
Universitas yang hadir di kota-kota besar di Indonesia dengan mutu dan kualitas yang lebih baik mengaharuskan mahasiswa meninggalkan tempat asal mereka. Jakarta merupakan salah satu daerah tujuan sebagian mahasiswa upaya meneruskan Pendidikan, salah satu pertimbangan mahasiswa meneruskan Pendidikan di Jakarta diantaranya banyak universitas ternama dengan kulitas dan mutu Pendidikan yang lebih baik.
Universitas Muhammadiyah Jakarta merupakan salah satu tujuan bagi sebagian mahasiwa perantauan. Setiap tahunnya dihiasi oleh calon mahasiswa baru dari luar daerah dan luar provinsi dengan motif serta tujuan yang sama, yaitu menuntut ilmu dan melanjutkan Pendidikan ke tingkat yang lebih baik. Kondisi perbedaan budaya antara mahasiswa tentu bisa menimbulkan kekagetan budaya (gegar budaya), yang biasanya diikuti dengan timbulnya hal-hal kurang menyenangkan yang disebabkan oleh perbedaan sosial budaya diantara mereka yang dipertemukan dalam suatu tempat yang sama yaitu Jakarta. Ada kalanya, mahasiswa yang mempunyai perbedaan budaya tersebut harus berkomunikasi terhadap satu sama lain, sehingga menyebabkan aktifitas yang disebut komunikasi antar budaya.
Komunikasi antar budaya merupakan komunikasi yang terjadi diantara individu atau kelompok yang berbeda budaya. Menurut Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa, mendefinisikan dalam buku Intercultural Communication, A Reader, bahwa komunikasi antarbudaya berarti komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda, baik kepercayaan, nilai atau cara berperilaku. Karena itu, bentuk komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi antar sub-budaya, komunikasi antar etnis, komunikasi antar ras, komunikasi antar agama, komunikasi internasional, komunikasi profesi, komunikasi gender dan sebagainya (Ibrahim, 2017).
Gegar budaya yang dirasakan mahasiswa perantau di Universitas Muhammadiyah Jakarta. dapat menimbulakan masalah sosial sebab perbedaan budaya antar mahasiswa perantau dan orang-orang yang berstatus penduduk asli baik teman kampus atau penduduk yang tinggal disekitarnya. Hal ini dapat menjadi negatif dan bisa menimbulkan kerugian bagi mahasiswa perantau apabila tidak bisa mengatasi masalah kegagetan budaya (gegar budaya) yang sedang dialaminya. Dalam menjalankan sebuah proses penyesuaian terhadap budaya baru di Jakarta, tentu mahasiswa perantau melalui proses-proses komunikasi sebagai salah satu cara menghadapi gegar budaya yang dialaminya.
Lalu bagaimana cara mengatasinya?
1. Pahami diri dan orang lain di lingkungan baru
Pemahaman yang baik tentang diri anda adalah kuncinya sukses memobilisasi semua kemungkinan komunikasi yang ada dalam diri individu. Pengetahuan diri, juga merupakan kunci untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan pada diri individu. Dalam bidang komunikasi, pengenalan tentang diri dan orang lain, biasa disebut dengan persepsi dan konsepsi diri. Persepsi serta konsepsi yang positif dan baik terhadap diri dan orang lain, akan minumbulkan komunikasi yang positif dan baik dalam upaya membangin komunikasi terhadap orang lain, begitupun sebaliknya jika persepsi dan konsepsi yang negatif dan jelek tentang diri dan orang lain akan menimbulkan komunikasi yang penuh curiga dan meremehkan dalam hubungan antar individu. Hal tersebut memberikan kesimpulan bahwa memahami diri dan orang lain dilingkungan baru sangat penting dalam menanggulangi gegar budaya, Karena itu, kemampuan memahami diri serta orang lain sangat menentukan dalam membangun komunikasi yang baik, apa lagi dalam bidang komunikasi antarbudaya.
2. Menyikapi perbedaan secara wajar
Ketika perbedaan yang hadir bisa disikapi dengan baik dan wajar sebagai realitas komunikasi, maka akan timbul kewajaran sikap upaya memahami, menjelaskan serta menghargai perbedaan yang muncul. Sikap yang harus dibentuk dalam komunikasi antar individu yang berbeda budaya adalah mempelajari dan memahami mengapa mereka berbeda dengan kita sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut secara wajar. Sikap ini harus dikembangkan dalam komunikasi antar budaya, dimana akan terbukanya peluang upaya saling memahami serta menghargai perbedaan yang ada.
3. Perbaiki sikap antarbudaya
Setiap orang hidup dalam komunitas dan sistem sosial tertentu yang tak terbantahkan, sehingga mereka juga memiliki gaya hidup dan tuntunan prilaku yang membedakan satu sama lain. Melihat kondisi tersebut, maka jelaslah bahwa sikap yang harus dikembangkan dalam komunikasi antarbudaya adalah sikap terbuka untuk memahami, mempelajari dan menghargai segala perbedaan yang ada antara kita dengan orang lain. Sikap ini juga harus dibarengi dengan kemauan untuk membuka diri untuk diakui, dieksplorasi dan dipahami oleh orang lain, termasuk kelebihan dan kekurangan yang ada.
4. Komunikasi antar budaya yang baik
Gegar budaya dapat di atasi dengan komunikasi antar budaya yang baik, komunikasi yang efektif antara peserta komunikasi yang masing-masing berasal dari budaya yang berbeda (intercultural communication), terlebih dahulu kita harus memiliki kepekaan dan kemampuan memahami perbedaan sebagai kebutuhan. Oleh karena itu, harus mempelajari dan mepahami untuk memperbaiki perbedaan tersebut. Dan juga harus diingat bahwa perbedaan budaya ini ada hampir di semua bidang kehidupan manusia. Kematangan dalam budaya adalah kemampuan bertoleransi terhadap perbedaan, mengutuk orang lain karena perbedaan adalah tanda kebengalan dan kecongkakan (Mulyana, 2001).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H