Mohon tunggu...
Nicky Rizkiansyah
Nicky Rizkiansyah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

• Imaginer • Back-side Logical Thinker • Dreamer • Traveller • Bad Swimmer • Not A Smoker Neither A Drinker • Optimistic • Not A Boy, Not Yet A Man •

Selanjutnya

Tutup

Money

Rendang Vs. Jual Diri - Dilema Anak Baru

21 Juli 2011   11:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:30 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuh tahun yang lalu, pembina pramuka Saya pernah marah besar dan berkata begini :

"Teamwork itu ibarat membuat rendang, setiap bumbu dan bahan mempunyai porsinya masing-masing. Coba bayangkan jika Kalian membuat rendang dengan bumbu dan bahan : daging 1 kg, cabai 1 kg, santan 1 kg, bawang merah 1 kg, bawang putih 1 kg, garam 1 kg. Kira-kira bagaimana rasanya? Setiap anggota regu, punya peran dan proporsi masing-masing. Tidak mungkin Juru Perlengkapan juga harus mengerjakan pekerjaan Juru Adminitrasi. Dalam membuat tenda misalnya, kalau setiap anggota regu berebut ingin membuka tenda yang terlipat, semua ingin memegang tenda agar bisa berdiri, semua ingin dilihat, lalu siapa yang menyiapkan tali, pasak, dan godam? Siapa yang mendistribusikannya? Bayangkan kalau godam kalian hilang, pin kurang, tali salah potong, apa tenda masih bisa berdiri tegak? Setiap anggota regu punya tugas masing-masing, setiap kesalahan kecil akan mempengaruhi semua anggota regu. Setiap tanggung jawab yang gagal diselesaikan, artinya adalah kegagalan seluruh anggota regu, kegagalan regu. Jadi, apa masih juga ada yang berpikir kalau dia cuma dikasi tugas tidak penting? Cuma sebagai pelengkap? Hanya dijadikan anak bawang???" Rangkaian kalimat di atas selalu saja muncul jika Saya diharuskan bekerja sebagai tim. Padahal kalimat ini Saya dengar sekitar 7 tahun yang lalu dari pembina pramuka SMP Saya. Saat itu, Beliau sedang marah besar, karena kekompakan kami sebagai regu menurun dikarenakan ada beberapa teman yang merasa kurang diberi kepercayaan oleh pembina dan pelatih. Setelah mendengarkan wejangan dari Beliau, praktis kekompakan kami sebagai regu, sebagai satu kesatuan yang utuh, mulai membaik. Bahkan jauh lebih baik daripada sebelumnya. Kami mulai mengerti dengan esensi tugas yang diberikan, sekecil apapun itu, dan mulai menghargai apapun usaha yang dilakukan oleh teman-teman yang lain. Beberapa waktu terakhir, kesibukan di kantor mulai terasa. Mulai dari dokumen-dokumen yang berdatangan dari teman-teman di kabupaten, acara pisah-sambut pimpinan yang baru, sampai dengan rapat kerja dan pelatihan dalam rangka pelaksanaan sensus sapi. Sebagai anak baru, tentu saja Saya juga ingin dilibatkan. Namun apalah daya, anak baru mana yang sudah diberikan kepercayaan yang besar, meskipun Saya yakin bisa. Kondisi ini membuat Saya, mau tidak mau, mengingat kembali rangkaian kalimat di atas. Bukan karena Saya merasa minder atau kecil hati karena tidak diberi kepercayaan yang sama dengan staf lainnya, namun karena Saya menyadari bahwa sekarang Saya adalah bagian dari sebuah tim, sekecil apapun kepercayaan yang diberikan kepada Saya, Saya harus mengerjakannya dengan sepenuh hati, karena kinerja saya akan mempengaruhi hasil akhir dari semua kegiatan yang sudah dilakukan oleh rekan-rekan yang lain. Dan Saya percaya dengan segenap jiwa dan raga bahwa pimpinan Saya memahami "cara membuat rendang". Ketika semua orang mengerjakan hal yang besar, harus ada yang mengerjakan hal kecil, karena keduanya sama-sama penting. Dalam suatu teamwork tidak ada hal yang lebih penting dari hal lainnya. A small leak can sink a great ship - Benjamin Franklin Mungkin Saya hanya kurang menjual diri. Sebagai anak baru, Saya masih mencoba memahami karakteristik teman-teman di kantor dari luar batasan imaginer yang saya buat. Semakin hari, batasan itu semakin mengecil, sampai akhirnya saya dapat "bersentuhan" dengan mereka. Cuma ini cara yang Saya tahu dan yang Saya pernah lakukan. Saya bukan tipe penjilat yang obral diri, bukan pula tipe orang yang sok kenal dan umbar omongan sana-sini. Saya yakin, seiring berjalannya waktu, Saya dapat berprestasi, sehingga dapat dilihat dengan mata terbuka oleh teman-teman yang lain. Seorang widyaiswara saat memberikan di kelas prajabatan PNS penah bilang kalau kita harus menjual diri kita. Yang ingin Saya tambahkan adalah, juallah diri kita pada saat yang tepat, kepada orang yang tepat pula. :) Buat teman-teman yang merasakan hal seperti yang Saya rasakan sekarang, pesan saya, janganlah berkecil hati. Akan tiba masa dimana kita akan diberi kepercayaan yang lebih besar. Yang harus kita lakukan sekarang adalah MEBUKA KESEMPATAN dan MENYIAPKAN DIRI, sehingga ketika masa itu datang, tidak akan ada cibiran dari rekan kerja dan kekecewaan dari pimpinan. Selamat Menjadi Penjual yang Jujur rekan-rekan semua :) *mudah-mudah tidak salah kategori :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun