Ayah bertanya lagi, " Menurutmu, itu tulisan Ahmad atau aslinya Ahmad ?" Aku menjawab lagi, " Ya tulisan Ahmad itu mah, "
Ayah menatap dalam wajahku, setengah berbisik ia berkata, " Cari aslinya Ahmad, sebagaimana kamu tadi mencari aslinya duren."
Dasar ayah, lelaki aneh, bikin aku selalu pening. Pernah lagi ayah ngajak ngobrol kepadaku. Seperti biasanya ia selalu bertanya dan pertanyaannya itu selalu ingin ada jawaban," Kamu hapal siapa kamu ? "
Aaaduuuh ayah, kenapa selalu bikin aku puyeng, " Ya aku mah anak ayah kan ? " jawabku pendek.
" Kalau kamu ingin tahu siapa kamu. Kamu harus keluar dari diri kamu sendiri. Ayah bertanya kepadamu, bila ingin bertemu timur, kamu harus pergi ke mana ? " tanyanya.
Kepalang pusing, aku ladeni pertanyaan ayah. " Ya kalau mau bertemu timur mah, harus pergi ke timur," jawabku.
" Salah, jawabanmu itu. Bila mau bertemu timur kamu menuju timur, sampai kapanpun tak bakal bertemu timur. Saban orang ditanyai mana timur ke orang timur, pasti jawabannya akan menunjuk terus ke arah timur. Tak ada ujungnya. Tapi, bila kamu ingin cari timur, berjalan ke arah barat. Pasti orang barat akan menunjuk ke arah timur. Baru kamu akan bertemu timur," kata ayah sambil tertawa.
AAduuuuuuh, pening ayah. Ketika aku berdiri ingin pergi, ayah pegang tanganku, " Kalau kamu tak ingin pening, ya kamu harus pening dulu," katanya sambil mendahului pergi tinggalkanku. Dasar ayah. ( Tatang Tarmedi )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H