Film seri "Warrior" adalah film seri karya Netflix yang menggabungkan seni bela diri dengan keberagaman dan politik identitas. Serial ini ditulis oleh Bruce Lee yang legendaris untuk menggambarkan ketidakadilan masyarakat Tionghoa di San Francisco pada akhir abad ke-19. Masyarakat Tionghoa pada kala itu hanya dianggap sebagai pendatang yang menjadi budak orang Amerika. Dalam konteks modern, cerita ini relevan terutama dengan situasi di Indonesia saat ini karena isu rasisme yang masih menjadi tantangan besar.Â
Cerita dan Makna dalam Film Seri "Warrior"
Dalam film seri "Warrior," kita mengikuti perjalanan Ah Sahm yang merupakan seorang pejuang tangguh dari Tiongkok yang datang ke Amerika untuk mencari kakaknya, Mai Ling. Sesampainya di San Francisco, Ah Sahm dihadapkan berbagai tantangan dan konflik, termasuk diskriminasi rasial yang dilakukan oleh penduduk setempat, yakni warga lokal Amerika dan pendatang Irlandia. Imigran Tionghoa pada masa itu diperlakukan tidak adil, dipaksa bekerja keras dengan upah rendah, dan hidup di bawah ancaman kekerasan.
Ah Sahm datang untuk berjuang melawan ketidakadilan rasial. Ia berusaha menemukan jati dirinya di tengah lingkungan yang tidak bersahabat di bawah tekanan masyarakat lokal. Serial ini menyampaikan pentingnya keseimbangan antara menjaga warisan budaya lokal Tionghoa dan beradaptasi dengan budaya baru di Amerika. Perjuangan ini menggunakan sudut pandang seorang minoritas yang singgah di tanah orang asing dan menerima tekanan-tekanan yang bersifat rasial.
Kaitannya dengan Situasi di Indonesia
Jika kita mengaitkan pesan dari film seri "Warrior" dengan kasus rasisme yang terjadi di Indonesia, salah satu contoh yang relevan adalah diskriminasi terhadap masyarakat Papua. Masyarakat Papua sering kali menghadapi perlakuan tidak adil dan stereotip negatif di berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan hingga pekerjaan. Kasus-kasus rasisme ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah dalam melawan diskriminasi rasial.Â
Di Indonesia, rasisme terhadap masyarakat Papua sering kali semakin buruk karena kebijakan politik dan hukum yang tidak mendukung. Pemerintah Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam menegakkan keadilan dan kesetaraan bagi semua warganya. Hukum yang ada terkadang tidak cukup kuat untuk melindungi hak-hak masyarakat Papua, dan politik sering kali memperkeruh situasi dengan kebijakan yang diskriminatif.Â
Peran Hukum dan Politik dalam Melawan Rasisme Di Indonesia
Di Indonesia, hukum seharusnya menjadi alat yang kuat untuk melindungi semua warga negara dari diskriminasi dan ketidakadilan. Namun, kenyataannya masih banyak kasus rasisme yang tidak ditangani dengan serius. Salah satu contohnya belakangan ini adalah insiden rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya pada tahun 2019, yang menimbulkan gelombang protes dan kerusuhan di berbagai daerah. Kasus ini menunjukkan penegakan hukum terhadap pelaku rasisme masih lemah dan sering kali korban tidak mendapatkan keadilan yang layak.