Mohon tunggu...
Nickolas Rasputin
Nickolas Rasputin Mohon Tunggu... -

Gemar pada Sains dan pelindung Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

CIA, Dalang Runtuhnya Orde Lama

6 Januari 2014   15:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:05 2839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_314127" align="aligncenter" width="300" caption="Mantan presiden Indonesia, Ir.Soekarno. Sumber: indocropcircles.wordpress.com"][/caption] Indonesia merupakan kekuatan terbesar di Asia Tenggara pada masa Orde Lama. Angkatan perang yang dibangun presiden Soekarno mengalami titik kulminasi (tertinggi) kehebatan yang membuat negara-negara barat merasa perlu menjadikan Indonesia sebagai sekutu di kawasan Asia Tenggara. Sayangnya, kiblat Soekarno lebih mengarah pada kekuatan Uni Soviet dan China sehingga terbentuklah Jakarta-Beijing-Moscow. Inilah yang membuat Amerika Serikat khawatir bahwa Indonesia akan menjadi pusat kekuatan Komunis, musuh bebuyutan paham Demokrasi Liberal Barat. Soekarno jelas menentang slogan AS, yaitu "Go To Hell." Bahkan, Soekarno sudah mematangkan rencana untuk menasionalkan perusahaan eksploitasi minyak terbesar, Caltex (yang sekarang bernama Chevron), raksasa perusahaan minyak milik AS. Di dalam negeri sendiri kekuatan partai Komunis juga semakin mendekat ke lingkaran kekuasaan. Kebijakan-kebijakan politik dan keamanan Soekarno banyak yang menguntungkan partai Komunis sehingga membuat kekuatan eksternal AS dan partai-partai Islam di Indonesia menjadi resah. Momentum inilah dimanfaatkan oleh AS menggurita intelijennya, CIA (Central Intelligence Agency). Mencari Sahabat Tugas agen-agen CIA di negara-negara lain adalah untuk melakukan propaganda terselubung agar terciptak instabilitas (ketidak stabilan). Selain itu juga untuk menghimpun informasi penting dari negara sasaran agar dapat dijakan bahan evaluasi strategi dan kebijakan luar negeri mereka. Salah satu langkah pentingnya adalah menggandeng oposisi pemerintah yang sedang berkuasa atau sosok penting yang memiliki pengaruh dan kekuatan ber-senjata 'sahabat' dalam upaya menggulingkan kekuasaan. Stratego ini sangat jitu dan dan berhasil. Chili dan Iran merupakan dua negara yang perna diaduk-aduk oleh propaganda CIA. Sehingga kedua negara itu sempat menjadi sahabat-sahabat AS. Di Indonesia sosok yang paling ketika itu adalah Letjen Soeharto. Seorang perwira tinggi yang menguasai beberapa batalion pasukan, khususnya angkatan darat. Karakter oportunis (paham yang semata-mata hendak mengambil keuntungan sendiri) Soeharto juga menjadi pertimbangan psikologis bagi CIA untuk memilih dirinya sebagai sahabat. Ada dugaan sejarah bahwa peristiwa 30-September-1965 merupakan Grand Design (Desain Besar) Soeharto dan AS untuk menciptakan Instabitas negara. Keterlibatan AS sudah sangat jelas. Apa lagi setelah diterbitkannya buku Foreign Relation Of the United States yang tebalnya mencapai 800 halaman khusus mengenai Indonesia, memuat dokumen-dokumen tentang keterlibatan AS. Skenario dirancang seolah-olah Partai Komunis Indonesia merencanakan sebuah d'etat (kudeta) untuk menggulingkan pemerintahan. Nostalgia peristiwa PKI Madiun 1948, menjadi bumbu penyedap bahwa ingin mengulang kembali pemberontakan. Puncaknya adalah pembunuhan jenderal-jenderal di lingkaran kekuasaan Soekarno yang difitnah sebagai dalang rencana kudeta. Meskipun ada kecurigaan mengapa Jenderal Soeharto tak diculik? Pada hal, posisinya sangat strategis, yaitu Komandan tertinggi Kostrad. Inilah yang menjadi salah satu alasan banyak orang yang mencurigai bahwa Soeharto justru yang berada di rekayasa penculikan dan pembunuhan para Jendral, serta pembatanian sekitar satu juta orang yang dituduh sebagai Komunis. Mengubah Arah Kiblat Politik dan Ekonomi [caption id="attachment_314128" align="alignnone" width="300" caption="Sang Diktaktor, Soeharto. Sumber: indocropcircles.wordpress.com"]

1388995870128199033
1388995870128199033
[/caption] Setelah beberapa puluh tahun peristiwa G-30 s/PKI, akhirnya publik diperkenankan untuk membaca dokumen-dokumen Top Secret (Sangat Rahasia) yang menunjukan adanya peran CIA di dalamnya. Namun para sejarawan mengajak kita untuk mengamati setelah terjadi Orde Lama yang pro terhadap Soviet dan China tumbang. Lalu, berdiri rezim yang bernama Orde Baru? Segera Setelah Soeharto naik ke tampuk pimpinan negara, arah kiblat ekonomi pun berbalik. Mahzab Liberal menjadi pijakan para ekonom Soeharto yang dikenal Mafia Berkly. Mereka adalah para ekonom jebolan universitas-universitas di AS, terutama dari Berkly. Jika dulu Soekarno ingin menasionalisakan Caltex, pada rezim Soeharto justru AS semakin mendapat surga sumber daya alam tak terkira dengan kontrak eksplorasi pertambangan Freeport. Kekayaan negeri dikuras habis-habisan oleh AS yang hanya menyisakan sedikit kekayaan kepada pejabat-pejabat Orde Baru di Jakarta. Namun meninggalkan kemiskinan parah di Irian Jaya (Papua Sekarang). Diduga, Freeport tidak hanya mengeksplorasi tembaga, mereka juga menemukan emas dan uranium disana. Akan tetapi tidak diberi tahukan kepada pemerintah Indonesia (setidaknya secara terbuka). Tidak hanya itu, AS kemudian memprakasai IMF, Bank Dunia, dan perkongsian (persatuan dagang) negara-negara barat untuk menjadi pemberi utang kepada Indonesia. Ditambah rezim Orde Baru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada perusahaan-perusahaan barat untuk mengeruk kekayaan alam Indonesia, terutama pada sektor pertambangan minyak, gaz dan mineral. Tentu saja Indonesia menjadi kesayangan barat di kawasan Asia Tenggara. Utang mengalir begitu mudahnya, semudah pembelokan utang dan hibah ke kantong-kantong para rezim Orde Baru. Ironisnya,  kebijakan menghidupi diri dari utang itu menjadi kebiasaan buruk hingga saat ini sehingga bangsa Indonesia selalu tergantung pada barat. Jadi yang selama ini patut disalahkan adalah Freeport dan AS. Mereka menguras kekayaan bumi Papua habis-habisan dengan cara yang licik, rakyat Papua pun menderita dan sengsara, dan merusak ekosistem bumi Papua seperti dengan rusaknya sungai Ajikwa. Solusinya adalah jangan tunduk kepada asing, tingkatkan kesatuan-persatuan, dan mewaspadai setiap propaganda jahat AS. [caption id="attachment_314131" align="aligncenter" width="640" caption="Tambang Grasberg telah merusak sistem sungai disekitarnya, seperti sungai Ajikwa pada foto diatas ini. Sumber: indocropcircles.wordpress.com"]
1388996575699139172
1388996575699139172
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun