Mohon tunggu...
Nicke Afra
Nicke Afra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik

Menulis adalah cara saya menyampaikan pendapat dan membaca cara saya menerima pendapat dan pengalaman orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rakuman Koneksi Antar Materi Modul 3.1

28 April 2023   04:35 Diperbarui: 28 April 2023   04:43 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. 

Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Dari kutipan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak.

Nilai-nilai tersebutlah yang mendorong pemikiran manusia yang didasari pada unsur dilema etika. Selain itu Kesadaran moral juga berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan universal misalnya nilai-nilai kebajikan tersebut adalah kejujuran, keadilan,  tanggung jawab, dll. Sebagai pemimpin pembelajaran tentu kita dihadapkan pada pengambilan keputusan, oleh sebab itu kita juga dapat menerapkan prinsip-prinsip yaitu sebagai berikut;

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Nilai-nilai Kebajikan Universal yang tertanam pada seorang pendidik tentunya adalah nilai kebajikan meliputi kejujuran,  tanggung jawab, disiplin, gotong royong,  keadilan dan lain-lain. Nilai-nilai tersebutlah menjadi prinsip bagi seorang guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Jika dikaitkan dengan materi Pengambilan Keputusan dengan kegiatan "Coaching " yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran. Menurut saya Praktik coaching sangat penting dan saya memperoleh informasi dan mendapatkan bimbingan dari fasilitator dalam ruang kolaborasi dan membahas kasus-kasus dimana saya dapat merefleksi kembali apakah praktik coaching yang saya lakukan sudah berpihak pada murid, sudah sejalan dengan nilai nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil sudah dapat dipertanggungjawabkan dan sudahkah keputusan yang saya ambil berpihak pada murid? 

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Kompetensi inti coaching adalah kehadiran penuh, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot.

  • Untuk mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA yang diperkenalakna oleh Julian Treasure.
  • Receive yang berarti menerima dan mendengarkan inforrmasi yang disampaikan oleh coachee
  • Appreciate yaitu memberikan penghargaan dengan merespon dan memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee.
  • Summarize yaitu saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama dan Ask, mengajukan pertanyaan kembali.

Sedangkan Percakapan berbasis coaching dengan alur TIRTA yaitu,

  • Tujuan
  • Identifikasi
  • Rencana Aksi
  • Tanggung jawab)

4.Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Seorang pendidik dituntut memiliki kompetensi sosial emosional yaitu keterampilan berelasi. Adapun  lima Kompetensi Sosial Emosional yang perlu dikembangkan sebagai berikut;

  • Kesadaran diri, kemapuan untuk mengenali diri secara akurat tentang emosi, pikiran dan nilai diri
  • Manajemen diri, kemampuan mengatur emosi, pikiran dan perilaku berkaitan dengan penanganan stress, bertahan menghadapi tantangan dalam mencapai tujuan
  • Kesadaran sosial, berkaitan dengan kemampuan untuk dapat berempati kepada orang lain mengambil perspektif dari berbagai sudut pandang
  •  Kemampuan berelasi, berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam membangun atau memelihara hubungan yang sehat antara individu dan kelompok
  • Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, kemampuan berkaitan dengan pembuatan pilihan konstruktif yang benar serta bertindak sesuai etis norma sosial .

Guru berpegang pada Kelima kompetensi Sosial Emosional di atas dapat memberikan kontribusi di dalam pengambilan keputusan guru, agar keputusan tersebut tepat sehingga keputusan dapat dipertanggungjawabkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun