Mohon tunggu...
Nick Janthio
Nick Janthio Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki ketertarikan dengan bidang Komunikasi, Film dan Fotografi

Selanjutnya

Tutup

Love

Persepsi dalam Afeksi: Kebutuhan dalam Hubungan Interpersonal Saat Memberi dan Menerima

12 Desember 2023   07:32 Diperbarui: 12 Desember 2023   14:46 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: (Shutterstock/File)

sumber gambar: (Shutterstock/File)
sumber gambar: (Shutterstock/File)
"Affection cannot be created, it can only be unleashed" -  Bertrand Russell

Pada keramaian yang terjadi di masyarakat baru-baru ini, tentang hubungan platonik atau persahabatan antara Derby Romero dan Sherina Munaf, dapat dijadikan contoh bahwa pemberian atau penerimaan afeksi tidak sebatas dari pasangan saja. Namun juga bisa diberikan dan didapatkan dari sosok sahabat, keluarga, dan orang lain. Namun disisi lain, tidak selamanya seseorang mendapatkan kualitas afeksi yang sama, baik dalam hubungan keluarga, pertemanan, dan pasangan. Dalam masyarakat kita, masih banyak kondisi dimana seorang kurang merasakan afeksi dari orang tuanya, atau bahkan merasakan perundungan di sekolah oleh temannya. Hal ini yang mungkin menjadi dasar masyarakat bereaksi ramai pada media sosial, membahas hubungan pertemanan antara Derby dan Sherina. Melihat dari teori yang ada, membuat seseorang yang mengalami pengalaman buruk tersebut, memiliki tipe afeksi yang underpersonal atau patologis, tak jarang hal ini menjadi sebuah trauma bagi orang yang merasakannya. Trauma ketika mengalami pengalaman buruk dalam sebuah hubungan interpersonal, membuat seseorang skeptis dalam berinteraksi, dan membangun hubungan dengan individu lain, yang akhirnya kerap kali bersikap heran ketika ada individu yang mampu berhubungan baik dengan individu lain, terkhususnya hubungan pertemanan antara laki-laki dan perempuan.

Karena perbedaan kualitas afeksi di setiap hubungan maka cara serta proses penyampaian afeksi tersebut juga pasti akan berbeda, dan Love Language menjadi bahasa yang tepat dan relevan pada zaman sekarang terutama Generasi Z, yang melambangkan cara mereka untuk memberi dan menerima afeksi di suatu hubungan. Bahkan jika disadari, Love Language menjadi suatu ciri identitas yang dinilai oleh orang lain, beberapa diantaranya adalah Physical Touch (Sentuhan Fisik), Words of Affirmation (Kata-kata Penegasan/Validasi), Giving Gifts (Memberi Hadiah), Quality Time (Ruang dan Waktu yang Berkualitas) sampai Acts of Service (Wujud nyata/aksi), kelima bentuk Love Language tersebut mempunyai ciri khas nya masing-masing. Bahasa Afeksi atau Love Language umumnya dianggap hanya berlaku dalam situasi romantis, hubungan pacaran atau pasangan, padahal realitanya Love Language merupakan istilah yang merepresentasikan cara-cara kita untuk memberikan rasa kasih dan sayang pada suatu hubungan, kita semua pasti pernah menerima segala bentuk Love Language, namun demikian, tentu ada beberapa faktor yang membentuk kecenderungan pada salah satu Love Language dan membentuk kepribadian kita, seperti contoh ketika kita merasa memiliki waktu yang kurang cukup untuk bersama keluarga sedari kecil, maka kita cenderung mengalami perasaan senang saat menerima afeksi dari teman, sahabat, atau pacar yang memberikan Quality Time, atau sebaliknya, ketika kita tidak merasakan Acts of Service, saat menjalani hubungan dengan teman di kampus atau pasangan, kita tidak mengerti bagaimana cara memberikan bentuk Love Language tersebut, waktu seseorang terdekat kita menginginkannya. Jadi pengalaman-pengalaman yang kita miliki di masa lalu, cukup memengaruhi bagaimana kita memberikan bentuk rasa kasih sayang, atau reaksi kita saat menerima Love Language dari orang lain. Selain itu, istilah ini tak selamanya melekat hanya dalam nuansa romantis pada pasangan saja. Afeksi berupa Love Language ini dapat kita terima atau berikan kepada orang yang secara platonik berhubungan dan berdampak dalam hidup kita, terlepas dari apapun status hubungan yang terjalin.

Pada akhirnya dalam komunikasi interpersonal, afeksi yang merupakan kebutuhan berupa keinginan untuk memberi dan mendapatkan kasih sayang. Secara pasti kita manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki perasaan dan emosi, sejatinya membutuhkan kasih sayang atau afeksi. Afeksi itu sendiri tidaklah harus berhubungan secara romantisme layaknya sepasang kekasih, afeksi tersebut juga bisa kita berikan dan terima melalui keluarga, pertemanan, sampai orang asing sekalipun. Kehadiran hubungan platonik juga menegaskan bahwa afeksi, dan hubungan tidak terbatas berdasarkan gender, atau kelompok tertentu selagi hubungan tersebut memiliki tujuan baik. Karena realitanya, afeksi merupakan suatu bentuk atau simbol dari cara-cara kita menyampaikan kasih sayang kepada orang lain. Dalam hal ini, bentuk afeksi juga berbeda-beda, baik yang kita butuhkan atau kita dapat berikan kepada orang lain, dan hal ini memunculkan perbedaan kualitas afeksi pada masing-masing hubungan seseorang di masyarakat, sehingga banyak orang yang merasa afeksi dapat diterima dan diberikan kepada siapapun, sementara ada juga mereka yang mengalami pengalaman buruk dan pada akhirnya kesulitan untuk berhubungan secara interpersonal atau menerima afeksi dari orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Gofur, E. N., & UIN Sunan Ampel Surabaya. (2017). KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA AKTIVIS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DI WARUNG KOPI DALAM TINJAUAN TEORI FUNDAMENTAL INTERPERSONAL RELATIONS ORIENTATION WILLIAM SCHUTZ. Skripsi. http://digilib.uinsa.ac.id/19431/5/

Munthe, I. S., & Raharjo, S. T. (2018). PEMENUHAN KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK (PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN KEPERCAYAAN DIRI DI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK - LKSA). Jurnal Pekerjaan Sosial, 1(2), 119-123. https://doi.org/10.24198/focus.v1i2.18276

Nariswari, S. L., & kompas.com. (2023, Oktober 19). Sherina dan Derby Romero, Bukti Persahabatan Platonik Bukan Mustahil Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sherina dan Derby Romero, Bukti Persahabatan Platonik Bukan Mustahil", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/19/. Kompas.com. Retrieved Desember 11, 2023, from https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/19/072400820/sherina-dan-derby-romero-bukti-persahabatan-platonik-bukan-mustahil?page=all

Sari, N., Murdiati, E., & Hamandia, M. R. (2023). Komunikasi "Love Language" Dalam Keluarga (Studi Pada Pasangan Suami Istri Di Kelurahan Bukit Baru Palembang). Jurnal Ilmu Komunikasi Dan Media Sosial (JKOMDIS), 3(1), 104-109. https://doi.org/10.47233/jkomdis.v3i1.569

Veronika, N. (2021). Platonic Relationship: Mengenal Lebih Dalam Ciri dan Manfaatnya. gramedia.com. Retrieved Desember 11, 2023, from https://www.gramedia.com/best-seller/platonic-relationship/#:~:text=Filsuf%20Italia%20yang%20bernama%20Marsilio,nilai%20dan%20tujuan%20yang%20mulia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun