Mohon tunggu...
Nicholas Evan Ferdinand
Nicholas Evan Ferdinand Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

i love learning.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Kepercayaan Sepanjang Sejarah Peradaban Manusia

15 November 2022   14:28 Diperbarui: 15 November 2022   14:46 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Telah menjadi hakikat bagi manusia sejak lama untuk percaya. Sistem kepercayaan atau agama dapat ditemukan di sepanjang sejarah peradaban umat manusia dan semua budaya yang diketahui. Namun, pernahkah terlintas di pikiran anda mengenai alasan fundamental dan radikal di balik keharusan seorang individual untuk percaya kepada eksistensi sebuah sosok yang lebih besar? Sistem kepercayaan didasarkan pada kebudayaan dan pola pikir manusia, serta merupakan manifestasi dari kesadaran kita sebagai makhluk sosial dan kecenderungan kita untuk melihat dunia dari sudut pandang manusia. Dua sistem kepercayaan prasejarah paling tua pada peradaban manusia adalah animisme dan dinamisme. Dinamisme merupakan sistem kepercayaan di mana sebuah objek diyakini memiliki kekuatan besar yang dapat mendatangkan bencana atau kebaikan, sedangkan animisme merupakan kepercayaan yang meyakini bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki esensi spritual dan roh yang mendiami mereka. Walaupun begitu, sistem kepercayaan belum menjadi fokus utama bagi manusia yang hidup pada zaman prasejarah. Sistem kepercayaan zaman prasejarah tentu memiliki pengaruh dan menjadi perintis bagi perkembangan kepercayaan sepanjang sejarah. Hal ini menyebabkan keragaman sistem kepercayaan atau agama yang bisa diamati di zaman ini. Oleh karena natur dan hati nurani manusia yang rusak, perbedaan yang ada sering dijadikan justifikasi untuk menginisiasi perpecahan. Padahal, kerukunan di antara umat beragama harus senantiasa dipelihara guna menciptakan lingkungan yang harmonis dan sejahtera.

Awal dari sistem kepercayaan dapat ditarik mundur sampai pada zaman Paleolithikum. Pada zaman tersebut, manusia masih fokus untuk berburu dan menunjang kehidupan dengan memenuhi kebutuhan pokok. Tak hanya itu, mereka juga sering berpindah-pindah tempat atau bersifat nomaden. Dengan budaya dan kebiasaan ini serta kecerdasan yang belum memadai, maka sistem kepercayaan belum bisa dikenali pada zaman itu. Namun, sistem kepercayaan yang bernama shamanism mulai muncul dan berkembang bagi manusia modern di Afrika pada zaman Upper Paleolithic. Hal ini diduga memiliki peran yang vital dalam mendorong migrasi serta ekspansi manusia keluar Afrika (Balme et al., 2009; Rosanno, 2009). Kepercayaan yang muncul pada zaman ini tidak dapat dibandingkan dengan kepercayaan yang berkembang bersamaan dengan munculnya ilmu agrikultur oleh karena perbedaan kompleksitas dan kecerdasan peradaban yang ada. Shamanism memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan setelah mati serta alam yang dihuni oleh roh orang yang telah meninggal. Walaupun shamanism terkesan seperti agama universal yang dianut oleh manusia pada zaman itu, namun shamanism sendiri bukanlah sebuah agama, melainkan kumpulan kepercayaan dan kebiasaan yang terpusat pada komunikasi dengan arwah leluhur (Eliade, 1964; Winkelman, 1990). 

Setelah zaman Paleolithikum, manusia akan memasuki zaman berburu dan meramu tingkat lanjut atau zaman Mesolithikum. Pada zaman ini, kelompok-kelompok manusia melakukan interaksi dengan satu sama lain sehingga menyebabkan akulturasi. Hal ini tentu akan mengembangkan serta meningkatkan taraf hidup mereka oleh karena adanya pertukaran informasi, tak terkecuali dalam sistem kepercayaannya. Manusia pada zaman ini menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme bukan agama atau filosofi, melainkan sebuah fitur dari mentalitas manusia, sebuah produk dari proses-proses kognitif yang memampukan manusia untuk memiliki kecerdasan sosial dan kepercayaan akan roh atau makhluk supranatural (Tylor, 1871). Oleh sebab itu, pengaruh dan ciri-ciri dari animisme dapat ditemukan di hampir seluruh sistem kepercayaan lainnya. Meski begitu, sistem pelaksanaan kemasyarakatan pada zaman ini belum berkembang sejauh itu, sehingga aturan-aturan yang mengatur mengenai perilaku beragama masih belum ada.

Selanjutnya, manusia akan memasuki zaman bercocok tanam atau zaman Neolithikum. Di zaman ini terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam aspek pangan manusia. Bila sebelumnya mereka hanya mengonsumsi produk hewani, kini mereka mampu bercocok tanam dan menambahkan tumbuhan sebagai salah satu opsi makanan. Hal ini tentu merupakan sesuatu yang sangat mengesankan mengingat minimnya ilmu pengetahuan pada zaman itu, mereka berhasil mendobrak batas demi meningkatkan taraf hidup. Manusia pada zaman ini juga masih memercayai animisme dan dinamisme, namun lahir sejumlah aksen pembeda yang identik dengan kegiatan bercocok tanam di zaman itu. Mereka menyembah matahari, bulan, dan komponen alam lainnya yang bertanggung jawab atas hasil panen mereka. Para wanita menjadi simbol dari kesuburan serta bertanggung jawab atas kelimpahan hasil panen sebab mereka dianggap sebagai komponen yang krusial dalam kelahiran atau penciptaan. Tak hanya itu, objek-objek keagamaan seperti kuil, sekte, dan artefak keagamaan yang sakral bisa ditemukan di zaman ini.

Lalu, peradaban manusia memasuki zaman Megalithikum atau zaman batu besar, yang mana merupakan akhir dari Zaman Batu bagi manusia sebelum memasuki Zaman Perunggu. Sistem kepercayaan yang secara dominan dianut oleh manusia pada zaman ini adalah animisme. Namun, animisme yang dimaksud lebih merujuk pada pemujaan roh atau arwah nenek moyang. Hal ini dapat dibuktikan melalui peninggalan bersejarah zaman Megalithikum yang secara dominan tersusun oleh benda-benda keagamaan seperti menhir, dolmen, sarkofagus, monolit, dan lain-lain. 

Pada akhirnya, Zaman Batu pun berakhir dan manusia memasuki Zaman Logam yang diawali dengan Zaman Perunggu. Sesuai dengan namanya, manusia di zaman ini sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengolah logam menjadi suatu objek yang baru. Maka dari itu, sejumlah benda peninggalan bersejarah dari zaman ini tidak hanya terbuat dari batu namun juga logam, seperti nekara, kapak, bejana, dan lain-lain. Terjadi pekembangan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia pada zaman ini, salah satu contohnya ialah adanya pembagian pekerjaan berdasarkan keahlian masing-masing individu. Sama seperti zaman-zaman sebelumnya, manusia pada zaman ini masih menganut animisme dan dinamisme sebagai dua kepercayaan utama. 

Seiring berjalannya waktu, sistem kepercayaan umat manusia juga terus berkembang bahkan sampai pada titik di mana animisme menjadi sebuah istilah yang asing bagi sebagian besar dari kita. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa yang menyebabkan sistem kepercayaan untuk berkembang? Sistem kepercayaan atau agama merupakan rasa hormat untuk hal-hal supranatural, sakral, dan spiritual yang lahir sebagai produk dari proses evolusi serta mekanisme psikologis manusia untuk menyelesaikan suatu masalah (De Waal, 2013). Dengan penekanan pada kebersamaan, rasa hormat serta pengalaman yang dimiliki secara bersama ini akan menyatukan sejumlah individual menjadi satu komunitas. Sebuah agama atau kepercayaan akan lahir bersamaan dengan meningkatnya kapasitas manusia untuk bersosialisasi dan mengadakan kontak sosial.

Sistem kepercayaan pada masa kini sudah jauh lebih kompleks dan bervariasi bila dibandingkan dengan zaman prasejarah. Mulai dari monoteisme, politeisme, henoteisme, monolatrisme, ateisme, dan lain-lain. Semuanya pasti mendapat pengaruh dari kepercayaan lain pada masa formasinya. Agama Abrahamik seperti Islam, Kristen, dan Yahudi mendapat pengaruh dari konsep kepercayaan Mesir dan Zoroastrianisme yang dapat ditarik mundur sejauh 1000-600 SM. Ketiga agama tersebut bersifat monoteisme yang artinya kepercayaan pada satu figur Tuhan dan sering kali diposisikan sebagai kebalikan dari politeisme, yaitu kepercayaan akan banyak Tuhan. Uniknya, kendati lebih dari setengah populasi manusia di dunia disusun oleh penganut agama Kristen dan Islam, namun politeisme memberikan pengaruh terbesar kepada semua kepercayaan sepanjang sejarah peradaban umat manusia. 

Seluruh kepercayaan yang ada di dunia ini pada akhirnya mengalami ekspansi dan persebaran ke seluruh belahan dunia melalui berbagai media. Bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajahan ke dunia bagian timur menggunakan semangat atau motto 3G, yaitu gold, glory, dan gospel. Selain mencari kejayaan dan kekayaan, mereka juga bertujuan menyebarkan agama Nasrani kepada negara-negara yang mereka kunjungi. Contoh lain ialah kedatangan agama Hindu-Buddha ke Indonesia yang diyakini terjadi karena sejumlah, seperti teori Sudra, Waisya, Brahmana, Ksatria, dan Arus-Balik. 

Kepercayaan dan agama yang berasal dari maupun masuk ke Indonesia menyebabkan pluralisme agama di bangsa kita. Pluralisme dalam wujud perbedaan yang ada pernah menjadi sumber konflik yang menghambat kemerdekaan Indonesia, ini tentu merupakan hal yang buruk dan berdampak negatif. Sebaliknya, kita perlu membina dan menumbuhkan rasa saling memiliki dan toleransi antarumat beragama sehingga kerukunan serta kesejahteraan lingkungan bangsa dan negara bisa tercapai. Perbedaan yang ada tidak seharusnya menjadi konflik yang menyebabkan perpecahan, melainkan sebuah kelebihan bagi bangsa untuk bergerak ke arah yang lebih baik. 

Untuk mencapai kerukunan tersebut, pemerintah Indonesia memperkenalkan sebuah konsep, yaitu trilogi kerukunan umat beragama. Konsep tersebut mengatur hubungan, sinergi, serta interaksi yang benar pada intern umat beragama, antaraumat beragama, serta antarumat beragama dengan pemerintah Indonesia untuk menciptakan kerukunan beragama yang sejati. Tak hanya itu, pemerintah dan bangsa Indonesia juga menciptakan kebebasan beragama bagi masyarakatnya melalui konstitusi dan aturan-aturan yang berlaku. 

Dasar negara bangsa Indonesia, Pancasila, merupakan pengejawantahan dari pemberlakuan kebebasan beragama di Indonesia. Sila pertama dari Pancasila yang juga terkandung dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945 berbunyi, "Ketuhanan yang Maha Esa."  Indonesia bukanlah negara agama dan juga bukan negara sekuler, tetapi merupakan religious nation state atau negara kebangsaan yang berketuhanan (Mahmodin, 2018). Tak hanya itu, pengamalan, nilai, serta intisari dari sila pertama sudah diatur di dalam Ketetapan MPR No.I/MPR/2003. Secara singkat, ketetapan tersebut menjelaskan bahwa Indonesia menyatakan kepercayaannya pada eksistensi Tuhan dan mengharuskan setiap orang untuk mewujudkan sikap hormat serta menghargai kepada semua orang terkait keagamaan mereka. Dengan Pancasila sebagai dasar filsafat dan pedoman dalam pelaksanaan ketatanegaraan, tentu hal terkait kebebasan beragam sudah sangat terjamin secara hukum di bangsa ini.

Tak hanya itu, hal mengenai kebebasan beragama dipertegas lagi di dalam Pasal 29 UUD NRI 1945 yang bila diinterpretasikan secara gamblang menyebutkan bahwa negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu. Hal mengenai kebebasan beragama dalam kaitannya dengan Hak Asasi Manusia juga dengan jelas diatur di dalam Pasal 28E Ayat (1). Dengan ini, kebebasan beragama menjadi hak konstitusional setiap orang di Indonesia yang wajib diberikan oleh pemerintah. Namun, Indonesia sebagai negara yang berketuhanan mendefinisikan kebebasan beragama salah satunya dengan mewajibkan warganya untuk memeluk agama dan menolak praktik penyebaran ateisme dan/atau agnostik. Di sisi lain, konstitusi negara sekuler seperti Amerika Serikat membebaskan warga negaranya untuk memeluk agama apa pun, maupun tidak memeluk agama sama sekali. 

Secara keseluruhan, perkembangan kepercayaan dari zaman prasejarah sampai masa kini tidak sesuai dengan pandangan Kristiani. Sejak zaman Paleolithikum sampai Zaman Perunggu, manusia menganut kepercayaan animisme dan dinamisme yang berorientasi kepada eksistensi roh-roh. Ini jelas bertentangan dengan pandangan Alkitabiah sebab roh dari orang yang sudah meninggal tidak akan tinggal tetap di dunia dan berkelana untuk menghantui manusia. Roh dari orang-orang percaya yang sudah meninggal akan berada di surga sampai pada Penghakiman Yesus di mana orang percaya akan diberi tubuh kekekalan. Tak hanya itu, praktik keagamaan pada zaman tersebut juga dapat dikategorikan sebagai penyembahan berhala yang jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab. Fakta bahwa mereka menyembah roh-roh nenek moyang dan bukan Allah sendiri sudah menyalahi salah satu hukum dari 10 Hukum Taurat yang berbunyi, "Jangan membuat bagimu patung." 

Di era ini, agama Kristen sudah berkembang lebih pesat sebagai hasil dari globalisasi yang menyebabkan cepatnya arus informasi. Hal ini diharapkan dapat mempermudah seluruh orang percaya untuk bersekutu bersama dan menumbuhkan iman mereka di dalam Kristus. Namun seiring terjadinya perkembangan, ternyata ada sejumlah isu baru yang timbul dan menyebabkan keresahan pada kehidupan masyarakat. Kehadiran trilogi kerukunan umat beragama dan peraturan yang mengatur mengenai kebebasan beragama tentu diharapkan dapat mendatangkan kebaikan bagi masyarakat. Namun, eksistensi sejumlah oknum yang minim toleransi dan menggunakan agama sebagai dalih untuk memancing perpecahan tidak dapat dihindari. Beberapa waktu yang lalu, seorang content creator dengan kanal Youtube yang bernama Zavilda TV mengunggah sejumlah video kontroversial yang mengundang cerca dari banyak orang. Pada video-video tersebut, Ia mendatangi orang-orang tertentu dan menawari mereka untuk mengenakan hijab. Kita dengan jelas dapat melihat ekspresi para orang tersebut yang merasa tidak nyaman dan kesal setelah dipaksa berulang kali. Tak hanya itu, Ia juga menyampaikan permintaannya dengan narasi dan sudut pandang yang merendahkan dan mengobjektifikasi perempuan.

Ia menggunakan alasan keagamaan sebagai justifikasi dan motif dari aksinya tersebut. Padahal agama eksis sebagai sarana bagi semua orang untuk menunjukkan kasih dan ketentraman, bukan ketakutan dan teror. (Mulia, 2020; Devi, 2022). Ia telah jatuh dalam salah satu dari tujuh dosa mematikan, yaitu pride atau kesombongan. Sama halnya dengan orang-orang Farisi, Zavilda merasa bahwa dirinya paling paham dan mengerti tentang spiritualitas dan agama sehingga menimbulkan kecongkakan di dalam hatinya. Timbulnya kompleks superioritas mendorong dirinya untuk menceramahi dan menghakimi orang lain karena Ia merasa bahwa dirinya lebih baik, pantas, dan suci dibandingkan lawan bicaranya. Padahal hanya Allah yang pantas dan memiliki hak untuk menentukan keberdosaan seseorang, bukan seorang manusia yang fana dan terbatas. Zavilda lupa, beragama adalah perjalanan spiritualitas yang bersifat eksklusif. Artinya, hal tersebut hadir dalam relasi dua arah antara satu individu dengan Tuhannya, sehingga hanya bisa dilakukan oleh individu terkait (Devi, 2022). 

Bahkan sebagai seorang wanita, Zavilda tampak tidak peduli dengan maraknya objektifikasi tubuh perempuan, bahkan menjadi salah satu pelakunya. Ia menyuguhkan konten yang dibumbui dan dibalut dengan nuansa sensual seolah wanita hanyalah sebuah objek yang bisa diperlakukan semena-mena tanpa martabat. Dengan adanya budaya patriarkial serta seksisme yang masih kental di bangsa kita, tubuh perempuan acap kali diobjektifikasi sebagai sarana untuk meraup uang sebanyak-banyaknya. Perempuan dijadikan objek hegemoni dan kontrol ideologi berkepala dua, patriarki dan kapitalisme (Devi, 2022). Setiap tubuh yang ada dimiliki oleh individu tersebut, maka itu setiap perempuan memiliki kendali dan hak penuh atas tubuhnya tanpa perlu intervensi dari pihak mana pun (Benedicta, 2011).

Di tengah segala kekacauan yang terjadi ini, peran Roh Kudus sangat teramat kita butuhkan. Saat Tuhan Yesus naik ke surga, Ia mengutus Roh Kudus untuk turun ke dunia dan berdiam di hati setiap orang. Dengan begini, pribadi Allah akan selalu bersama dan menemani kita dalam kondisi apa pun. Kini semuanya bergantung pada apakah kita mau menerima dan mendengar-Nya atau tidak. Di dalam kehidupan manusia, Roh Kudus menginsafkan manusia akan dosa. Tak hanya itu, Ia juga mendiami orang percaya, menguduskan orang percaya dari ikatan dosa, menjadi sumber penghiburan bagi orang percaya, dan memperlengkapi orang percaya (Sumiwi, 2018). Bila hati kita sebagai pusat restorasi gambar Allah bisa tergerak, dan mau menerima serta sadar akan keberdosaan kita, maka kehidupan spiritual kita dapat dituntun untuk berkembang dan mengalami transformasi spiritual. 

Kehidupan spiritual yang bertumbuh akan menyebabkan seorang individu mengalami transformasi spiritual, yakni kondisi saat semua aspek esensial yang menyusun kehidupan manusia dipusatkan kepada Allah menuju keserupaaan dengan Kristus. Saat seseorang sudah mengalami transformasi spiritual, Ia dapat mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan raga serta mengasihi sesama seperti mengasihi dirinya sendiri. Hal ini tidak hanya akan membawa kebaikan pada diri sendiri, namun kita juga dapat menjadi saluran berkat bagi sesama serta garam dan terang dunia. Bila kita dapat mengasihi sesama seperti diri sendiri, maka sudah pasti kita mengerti cara untuk memelihara dan menciptakan kerukunan antarumat beragama. 

Untuk menciptakan kerukunan antarumat beragama, diperlukan kerja sama dan usaha dari seluruh anggota masyarakat. Rasa toleransi dan saling memiliki harus terus dibiasakan sejak belia. Seluruh umat beragama harus memiliki rasa hormat dan saling menghargai antara satu sama lain. Selain cara-cara umum seperti menghargai ibadat umat beragama lain, hal ini bisa dibiasakan dari konsep-konsep paling sederhana seperti hak kebebasan berpendapat. Walaupun memang benar bahwa semua orang berhak menyampaikan dan mengekspresikan opini mereka, namun opini yang disuarakan tersebut jangan sampai bersifat menyinggung dan berpotensi memantik pertikaian. Masyarakat juga dapat membiasakan diri mereka untuk mengadvokasikan pendapat dan perkataan mereka menggunakan diksi yang sopan, dan bukan dengan pembawaan yang provokatif. Segala bentuk ejekan atau agresi tidak bisa dibenarkan dalam kondisi apa pun. Namun, satu hal yang harus kita ingat adalah untuk tidak melakukan generalisasi pada agama tertentu oleh karena ulah suatu oknum yang berusaha memicu perpecahan.

Untuk mencapai keserupaan dengan Kristus, maka kita harus mengusahakan segala sesuatu untuk bertumbuh secara spritual dan mengalami transformasi spiritual. Bila kita memiliki hasrat dan kerinduan untuk menjalankan kehendak Allah dalam hidup dan mendengar suara Roh Kudus yang tingal di dalam hati kita sebagai pusat restorasi gambar Allah, maka kita akan dituntun menjadi pribadi yang lebih baik. Kita dapat membiasakan diri kita untuk rutin membaca Alkitab, bersekutu dan beribadah, serta berserah sepenuhnya kepada Allah. Lama kelamaan, kita akan mengalami transformasi posisi, pengudusan, dan spiritual yang membawa kita untuk menerima anugerah keselamatan, sebagaimana yang sudah digambarkan dalam ordo salutis. 

Kepercayaan merupakan suatu hal krusial yang sudah lama menjadi bagian dari peradaban manusia. Bersamaan dengan komponen dan aspek yang lain, kepercayaan akan membentuk budaya yang menjadi identitas bagi suatu komunitas. Seiring berjalannya waktu, sistem kepercayaan juga menjadi lebih bervariasi dan beragam yang tentu saja membawa sejumlah isu bersama dengan perkembangan tersebut. Kita harus memastikan bahwa isu-isu yang ada tidak menjadi penghambat bagi bangsa kita untuk bergerak ke arah yang lebih baik. Persatuan dan kesatuan NKRI tidak boleh dibiarkan hilang dan menjadi suatu hal yang asing. Dalam menghadapi berbagai rintangan yang ada, seluruh manusia Indonesia harus bekerja sama dan membina kerukunan sehingga tujuan bisa tercapai dengan lebih efektif, dan lingkungan yang sejahtera serta tentram bisa terealisasikan. 

Sebagai seorang pelajar Kristen, kita harus mampu menanggapi perkembangan sistem kepercayaan dengan bijak. Sebagaimana yang pernah dikatakan dalam Efesus 5:16, hari-hari ini adalah jahat. Bila kita tidak dapat memposisikan diri kita dengan baik, maka kita dapat dengan mudah terlibat dalam konflik dan jatuh dalam dosa, khususnya terkait konflik antarkelompok. Oleh sebab itu, kita perlu pedoman dan bertindak menurut kehendak Tuhan karena Ia tahu segala hal yang terbaik bagi kita. Dengan begitu, kita dapat menjalani kehidupan remaja secara positif dan sehat, serta menimba ilmu sebanyak-banyaknya guna mengelola sumber daya dan menghadirkan pemerintahan Kerajaan Allah di dunia. 

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab : Keluaran 20 : 4

 : Efesus 5:16

Bahan ajar : Slide PAKBP (Peran Roh Kudus dalam Kehidupan Orang Percaya Masa Kini); Slide PAKBP (Transformasi Menuju Keserupaann dengan Kristus)

Are we wired to believe in a higher power? (n.d.). BBC Teach. https://www.bbc.co.uk/teach/are-we-wired-to-believe-in-a-higher-power/z74xkmn

BAB I PENDAHULUAN. (n.d.). Retrieved December 26, 2020, from http://digilib.unimed.ac.id/7958/4/10%201103171021%20%20BAB%20I.pdf

Benedicta, G. D. (2011). Dinamika Otonomi Tubuh Perempuan: Antara Kuasa dan Negosiasi atas Tubuh. MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi, 16(2). https://doi.org/10.7454/mjs.v16i2.4963

Denova, R. (2019, October 17). Monotheism in the Ancient World. World History Encyclopedia. https://www.worldhistory.org/article/1454/monotheism-in-the-ancient-world/

Devi, J. F. V. (2022, August 31). Kontroversi Zavilda TV dan 4 Pelajaran yang Bisa Kita Ambil. Magdalene.co. https://magdalene.co/story/kontroversi-zavilda-tv-dan-4-pelajaran-yang-bisa-kita-ambil

dhwty. (2020, January 22). Polytheistic Religion: How Pantheons Reigned in the Ancient World. Www.ancient-Origins.net. https://www.ancient-origins.net/history-ancient-traditions/polytheistic-religion-0013182

DPR RI. (2016). J.D.I.H. - Undang Undang Dasar 1945 - Dewan Perwakilan Rakyat. Www.dpr.go.id. https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945

Ika. (2018, August 23). Mahfud MD Tegaskan Indonesia Bukan Negara Agama | Universitas Gadjah Mada. Www.ugm.ac.id. https://www.ugm.ac.id/id/berita/16888-mahfud-md-tegaskan-indonesia-bukan-negara-agama

In Their Footsteps: Human Migration Out of Africa | National Geographic Society. (n.d.). Education.nationalgeographic.org. Retrieved November 14, 2022, from https://education.nationalgeographic.org/resource/their-footsteps-human-migration-out-africa/

Kepercayaan Zaman Mesolitikum - Tanjung Pinang Pos. (2020, November 8). Tanjungpinangpos.co.id. https://www.tanjungpinangpos.co.id/kepercayaan-zaman-mesolitikum/

MKRI. (2015, July 23). Perlindungan terhadap Kebebasan Beragama | Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Www.mkri.id. https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11505#:~:text=Konstitusi%20Indonesia%2C%20yakni%20UUD%20

Park, H. (2020, May 25). WHAT GODS DID THE NEOLITHIC PEOPLE WORSHIP. Historical Park. https://ipark.bg/en-US/Age/Item/377?module=NeolithicAndChalcolithic#:~:text=Neolithic%20people%20worshipped%20the%20sun

Peoples, H. C., Duda, P., & Marlowe, F. W. (2016). Hunter-Gatherers and the Origins of Religion. Human Nature, 27(3), 261--282. https://doi.org/10.1007/s12110-016-9260-0

Pusdatin. (2021, July 15). BPIP :: Begini Hubungan Pancasila dan UUD 1945. BPIP :: Begini Hubungan Pancasila Dan UUD 1945. https://bpip.go.id/berita/1035/823/begini-hubungan-pancasila-dan-uud-1945.html#:~:text=Pancasila%20merupakan%20dasar%20filsafat%20negara

Raditya, I. N. (2022, August 24). Isi Butir-Butir Pancasila Sila 1, 2, 3, 4, 5 dan Penjelasannya. Tirto.id. https://tirto.id/isi-butir-butir-pancasila-sila-1-2-3-4-5-dan-penjelasannya-f5Mw

Sumiwi, A. R. E. (2018). Peran Roh Kudus dalam Kehidupan Orang Percaya Masa Kini. JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO, 1(1). https://doi.org/10.46929/graciadeo.v1i1.19

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun