Pengemudi motor terhebat
  "Belum jago bawa motor kalau belum jatuh" kata kata yang dikatakan padaku oleh Surya, guru lesku yang memiliki rambut coklat kemerah-merahan dan badan cukup berisi, orang yang mengajarkanku cara mengendarai motor. Harus diketahui bahwa aku dan Surya memiliki perbedaan umur yang cukup jauh yaitu 15 tahun dirinya kelahiran 1988 dan aku kelahiran 2003. Aku bertemu dengan Surya di tempat kursus les bimbel, Surya memang dikenal dekat dengan murid-muridnya dan walaupun aku hanya diajar oleh selama 1 tahun aku dan Surya langsung dekat, bersama seorang murid lainnya bernama Stephen.
Surya sering bercerita tentang masa-masa dirinya masih bersekolah, bagaimana suasana sekolah baginya sangat berbeda jika dibandingkan dengan suasana sekolah sekarang. Katanya dulu segala permasalahan antara pria diselesaikan dengan kepalan tangan, tentu saja berbeda dengan sekarang dimana kita diajarkan untuk tidak memukul karena hanya akan menimbulkan lebih banyak masalah. Surya memang dikenal sebagai petarung yang hebat di sekolahnya dengan nama panggilan "Angmo" yang kata dirinya berarti si rambut merah.
Aku belajar membawa motor akhir" kelas 7, bukan karena aku mau sok jagoan tapi karena saat itu aku rasa sudah waktunya bagi seorang lelaki untuk bisa mengendarai motor. Tak hanya karena itu, aku juga tidak ingin merepotkan Ibuku yang harus mengantarku ke kursus les atau pergi bersama teman, dan tentu saja aku juga tidak ingin teman-temanku merasa direpotkan karena selalu harus memboncengku.
Cerita aku jatuh dari motor sebenarnya tidak terjadi saat aku baru belajar, anehnya kejadian ini terjadi saat aku sudah merasa jago membawa motor. Mungkin kejadian itu memang terjadi untuk mengingatkanku untuk tidak merasa terlalu bangga pada diri sendiri. Kejadian ini terjadi saat aku sudah masuk kelas 8, lebih tepatnya saat pertengahan semester 1 sekitar bulan September. Aku ingat karena hari itu aku ada rencana ditraktir makan oleh temanku sebut saja Bedu.
Hari itu sebelum pergi ke acara ulang tahun Bedu, aku harus kursus dahulu karena hari itu aku memang memiliki  jadwal untuk les bimbel, tempat kursusku pada waktu aku kelas 8 bukanlah kursus yang sama dengan saat aku bertemu dengan Surya. Hari itu mendung dan jujur saja aku sempat berpikir untuk membatalkan semua jadwal hari itu karena aku yakin, apabila saat dalam perjalanan hujan turun maka kacaulah nasibku tetapi pikiran tersebut aku abaikan karena tidak ingin melewati acara ulang tahun temanku.
Dalam perjalanan ke kursus lesku.. benar saja pemikiranku yang tadi, hujan turun dan aku basah. Tentu saja saat itu aku langsung panik dan takut karena itu pertama kalinya aku kehujanan saat mengendarai motor, singkat cerita aku sampai dengan selamat ke tempat kursus les , aku merasa seperti pengemudi motor paling hebat di dunia ini. Aku mengeringkan tubuhku terlebih dahulu baru mulai belajar, hujan berhenti setelah aku sampai memang sepertinya itu adalah sebuah kesialan yang tiba-tiba datang tanpa alasan.
Setelah menyelesaikan semua tugas yang diberikan oleh guruku, aku meminta izin untuk pulang lebih awal karena ada tugas kelompok. Ya, aku berbohong karena aku tahu jika aku bilang ingin pulang lebih awal karena ingin pergi ke acara ulang tahun, aku akan dibebankan dengan tugas tambahan. Setelah mendapat izin untuk pulang lebih awal aku bergegas membereskan tasku dan keluar les untuk pergi ke acara ulang tahun Bedu, setelah naik ke motor aku langsung menancap gas dan mengebut. Belum jauh setelah aku pergi dari les bilang saja sekitar 50 meter tiba-tiba mulai hujan deras, lebih deras dari yang sebelumnya aku rasakan saat dalam perjalanan ke les. Saat itu yang ada dalam pikiranku ada 2 hal yaitu, cepat-cepat agar aku dapat sampai tidak terlalu telat dan bahwa diriku sudah bisa membawa motor dibawah hujan karena aku selamat pada hujan yang sebelumnya.
Pemikiran seperti itu adalah yang membawa celaka pada diriku. Diriku yang terlalu percaya diri tidak memelankan motor, awalnya segala hal berjalan dengan lancar sampai ada polisi tidur yang aku tidak lihat karena kacamataku yang tertutup hujan. Sampai akhirnya aku lihat setelah berjarak sekitar 5 meter dari polisi tidur tersebut, aku memencet rem mendadak dan motorku terjatuh dan aku terbawa oleh motorku. Aku tidak merasakan apa-apa dan tidak bisa berpikir apa-apa, rasanya seperti segalanya berhenti dan hanya hujan yang bergerak.
Sampai akhirnya ada seorang pria yang mungkin tukang parkir aku lupa, berteriak, membantu aku berdiri dan mendorongkan motorku ke pinggir jalan. Aku juga dibantu oleh seorang Ibu-ibu pemilik laundry yang menyuruh diriku untuk masuk ke tokonya, dimana aku diberi perawatan awal agar luka milikku bersih dan tidak terjadi infeksi. Setelah diriku tenang aku baru mulai merasakan rasa sakit dan perih pada tangan dan kakiku.
Aku menelpon Ibuku dan memberi kabar bahwa aku telah mengalami apa yang Ibuku takut-takutkan apabila aku membawa motor saat sedang hujan. Ibu panik dan menanyakan bagaimana itu bisa terjadi, setelah menjelaskan segalanya Ibu langsung menjemputku naik mobil, motorku dibawa oleh pembantu yang bekerja di rumahku. Aku dibawa ke rumah sakit dan diberi perawatan lebih lanjut lagi, kata dokter luka aku cukup parah dan banyak. Mendengar itu Ibuku melarang diriku untuk lanjut pergi ke acara makan-makan Bedu, tapi tentu saja aku tetap ingin pergi. Setelah berdebat yang cukup lama dengan Ibu, akhirnya aku diperbolehkan untuk pergi setelah diberi salep oleh dokter.
Sesampainya diriku ke tempat makan-makan, semua temanku terkejut melihat luka-luka pada tubuhku. Pertanyaan menyerbu diriku, aku menceritakan segalanya pada mereka sampai jelas. Setelah mereka mengerti, kita langsung mulai makan dan melupakan kekhawatiran yang baru saja kita bicarakan
Aku rasa ini cerita yang cukup biasa, tapi pengalaman ini tetap akan ku ingat sampai mati. Kenapa? karena pengemudi motor paling hebat pada saat itu jatuh karena hujan dan kesombongan pada dirinya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H