Makanan dan minuman sekarang mengalami perubahan komposisi yang berbeda bila dibandingkan dengan zaman dahulu. Salah satu perubahan yang signifikan adalah kandungan gula yang ada. Banyak perusahaan dan pedagang sekarang menjual produk konsumsi dengan kadar gula yang tinggi, seperti minuman boba. Berdasarkan sebuah penelitian dari Min dkk., segelas minuman boba (473 mL) dapat mengandung 38 gram gula dan 299 kalori. Bila ditinjau menggunakan faktor Atwood, angka-angka tersebut telah memenuhi anjuran konsumsi gula harian bagi pria (38 gram) dan melebihi hingga 1,5 kali bagi wanita (25 gram) (Min dkk., 2016).Â
Tren konsumsi yang tinggi gula di zaman sekarang tentu menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa kalangan, khususnya kalangan kesehatan. Konsumsi gula yang berlebihan dapat memicu timbulnya berbagai komplikasi hingga penyakit bila tidak ditindak dengan baik, salah satunya adalah diabetes. Diabetes merupakan penyakit sistemik yang mempengaruhi cara tubuh mengatur kadar gula dalam tubuh. Diabetes terjadi akibat gagalnya tubuh dalam memecah gula yang masuk menjadi energi yang dapat dipakai untuk beraktivitas.Â
Mengutip artikel dari Australian Family Physician, prevalensi penyakit diabetes pada anak-anak di Australia telah meningkat hingga 27% dari tahun 1990 hingga tahun 2002. Selain itu, artikel ini juga menyebutkan bahwa sensitivitas insulin (yang berperan penting dalam memecah gula) menurun sekitar 30% pada masa pubertas. Ini menunjukkan bahwa diabetes sekarang telah menjadi penyakit yang umum (Tao dan Sabin, 2016).Â
Lalu bagaimana dengan kondisi diabetes di Indonesia? Menurut Indrahadi, banyak faktor yang berperan dalam ada tidaknya diabetes dalam seseorang. Usia, tekanan darah tinggi, obesitas, dan makanan tinggi kalori hanyalah beberapa dari banyak faktor. Dari 30.497 responden penelitiannya, 684 (2,24%) di antaranya (berusia >15 tahun) memiliki diabetes. Responden dengan tekanan darah tinggi memiliki angka prevalensi yang lebih tinggi, sekitar 7,98% (Indrahadi, 2021).
Penyakit diabetes bukanlah penyakit yang bisa dipandang sebelah mata. Diabetes dapat menyebabkan komplikasi yang serius, bahkan pada usia 30-an. Sebuah studi 20 tahun di Jepang menunjukkan bahwa 24% dari 1063 peserta studi mengalami kebutaan pada rerata usia 32 tahun. Studi lain selama 6,8 tahun mengindikasikan 3% dari 426 peserta studi memerlukan dialisis ginjal (cuci darah) pada rerata usia 35 tahun. Hal ini memperkuat status diabetes sebagai penyakit yang wajib diwaspadai. Oleh karena itu, orang tua dan remaja, serta anak-anak wajib memperhatikan konsumsi kalori harian mereka untuk meminimalisasi risiko terjadinya diabetes di kemudian hari.Â
Daftar Pustaka:
Min, J.E., Green, D.B. & Kim, L., 2016. Calories and sugars in boba milk tea: Implications for obesity risk in Asian Pacific Islanders. Food Science & Nutrition, 5(1), pp.38–45.Â
Tao, K.-T. & Sabin, M.A., 2016. Type 2 diabetes mellitus in children and adolescents. Australian Family Physician, 45(6).Â
Indrahadi D, Wardana A, Pierewan AC., 2021. The prevalence of diabetes mellitus and relationship with socioeconomic status in the Indonesian population. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 17(3), pp.103-112.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H