Film Aum! tidak hanya menampilkan adegan-adegan dramatis yang menggugah, tetapi juga memperlihatkan proses wawancara dengan berbagai tokoh utama, sutradara, dan produser yang memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan yang ingin disampaikan oleh film tersebut. Wawancara-wawancara ini memberikan pandangan mendalam kepada penonton tentang pemikiran dan visi di balik karya seni ini. Namun, di saat penonton berpikir bahwa semua sudah berjalan sesuai rencana, plot twist yang tak terduga terjadi. Ketika kru film tengah berada dalam sesi wawancara dengan Linda, pintu ruangan tiba-tiba diketuk.Â
Dengan terkejut, mereka membukanya hanya untuk menemukan Panca muncul dengan gagahnya, mengenakan seragam TNI AD. Tanpa kata-kata, ia segera menangkap Linda dan kawan-kawannya, mengubah atmosfer yang tadinya tenang menjadi tegang. Akhir yang tidak terduga ini bukan hanya mengejutkan penonton, tetapi juga memberikan penutup epik yang memunculkan berbagai pertanyaan dan interpretasi baru tentang pesan yang ingin disampaikan oleh Aum!.
Setelah berhasil menangkap Linda, anggota kru lainnya segera mengambil langkah-langkah untuk menyelamatkan diri dan bersembunyi dari kejaran pihak berwenang. Adegan terakhir yang ditampilkan kepada penonton menunjukkan Dodi dan Paul, dua kameramen yang telah dengan teliti mendokumentasikan seluruh proses produksi film.Â
Dari situ, dapat disimpulkan bahwa keduanya berhasil menghindari penangkapan oleh TNI dan mungkin saja dapat melanjutkan proses produksi film tersebut. Selain itu, terdapat kemungkinan bahwa sifat tegas dan tegas yang dimiliki oleh Panca dapat disebabkan oleh latar belakang pendidikan dan pengalamannya di militer, yang mungkin memperkuat kepribadiannya dan membuatnya lebih berani dalam menghadapi situasi sulit.
Evaluasi dari film ini ditunjukkan pada terdapatnya pergeseran dari inti cerita menuju adegan wawancara pasca produksi, yang mungkin menimbulkan kebingungan bagi penonton. Meskipun suasana patriotik yang dipancarkan telah berhasil meresap pada penonton, rasa kecewa muncul ketika film tiba-tiba berhenti pada menit ke 25.00. Selain itu, karakter Bram yang menggambarkan Adam (Kakak Satriya) mampu menampilkan tingkat kepercayaan diri yang luar biasa dalam adegan wawancara pada menit ke 25.35. Hal ini menambah dimensi karakter yang menarik bagi penonton, meskipun berakhir dengan ketidakpuasan karena durasi film yang singkat.
Karya film yang dibuat oleh Bambang 'Ipoenk' K.M. belum meraih ketenaran yang luas di kalangan masyarakat, sehingga penonton sering merasa kesulitan dalam mengikuti alur maju-mundur ceritanya. Meskipun demikian, film ini menunjukkan inovasi yang menarik, yaitu penggunaan judul untuk setiap segmen sebagai petunjuk, seperti yang tampak pada menit ke 25.03 dengan penulisan "Bagian 1 Pertunjukan" dan "Bagian 2 Perjalanan". Namun, banyak orang yang tidak memahami simbolisme dialektika yang tersirat dalam film tersebut, terutama bagi mereka yang kurang familiar dengan konsep tersebut.
Berikutnya, terdapat evaluasi terhadap dua adegan penting dalam film yang menarik perhatian, yakni adegan tarian tradisional pada menit ke 9.20 dan adegan tarian macan pada menit ke 19.36. Kritik muncul karena kurangnya narasi yang dapat menjelaskan lebih lanjut mengenai kedua adegan tersebut. Penonton hanya benar-benar memahami makna dari kedua adegan tersebut setelah sutradara, Panca, memberikan penjelasan mengenai dialektika yang terkandung di dalamnya. Ditambah lagi, kedua adegan ini diatur di tengah-tengah adegan masa kini, yang semakin membingungkan alur cerita bagi penonton.
Film Aum! hadir sebagai suatu terobosan yang menyegarkan dalam industri perfilman Indonesia, menyuguhkan kepada penonton kesempatan yang langka untuk mengamati tidak hanya hasil akhir sebuah film, tetapi juga seluruh proses kreatif yang terlibat dalam pembuatannya.Â
Melalui pendekatan inovatif ini, penonton dibawa masuk ke dalam realitas yang menggambarkan kompleksitas serta tantangan yang terkait dengan proses produksi film, yang membutuhkan dedikasi, kerja keras, dan ketekunan yang tinggi. Harapannya adalah dengan paparan langsung ini, penonton akan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam dan menghargai upaya serta karya dari para pembuat film dan sineas di Indonesia. Meskipun tema politik menjadi titik fokus utama dalam film ini, namun alur ceritanya dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berat dan masih mampu dinikmati oleh penonton yang mungkin tidak begitu tertarik pada film-film sejarah yang penuh dengan semangat patriotisme.
Sumber: Sejati, S. (2019, Juni). Implikasi Egosentris dan Spiritual Remaja dalam Mencapai Perkembangan Identitas Diri. Jurnal Ilmiah Syi'Ar, 19, 103-126. DOI:10.29300/syr.v19i1.2269
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H