Mohon tunggu...
Nicholas Oliver M
Nicholas Oliver M Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ini Oliver

XIE 20

Selanjutnya

Tutup

Nature

Relevansi Lingkaran Tahun Tanaman di Era Gaul

6 Oktober 2019   19:31 Diperbarui: 6 Oktober 2019   19:58 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selamat datang kembali di blog saya yang ke-2! Saya harap para pembaca tetap memiliki semangat yang tinggi dalam menggali ilmu pengetahuan yang lebih dalam lagi. Nah pada hari ini saya akan kembali membahas tentang "relevansi lingkaran tahun" terhadap zaman yang sudah modern ini. 

Apakah sebenarnya kita bisa benar benar menghitung umur dari pohon pohon yang kita jumpai hanya dengan melihat dari lingkaran yang pohon tersebut hasilkan? Atau apakah hal tersebut sudah tidak lagi menjadi relevan dan kita-pun harus mencari teknik baru lagi agar kita dapat mengetahui berapa umur pohon pohon tersebut? 

Saya akan mengupas hal tersebut dan memberi kalian pendapat pendapat yang saya memiliki tentang hal tersebut berdasarkan dari pencarian yang telah saya lakukan.

Lingkaran tahun sendiri terjadi pada tumbuhan berbiji belah atau dikotil. Jadi kalian tidak akan menemukan lingkaran tahun di tanaman yang berbiji tunggal atau yang biasa dikenal dengan sebutan monokotil. Jadi jangan merepotkan diri kalian dengan mencoba untuk mencari lingkaran tahun di tanaman seperti padi, jagung, pisang, sawit, kelapa, tebu, bunga anggrek, dan masih banyak lagi. 

Melainkan kalian bisa mencoba untuk mencari pada tanaman seperti pohon jati, manga, apel, jati, beringin. Disana kalian dapat menemukan lingkaran lingkaran tahun tersebut. 

Alasan mengapa hanya tanaman dikotil yang dapat memiliki lingkaran tahun karena lingkaran tahun dapat terjadi karena adanya pembelahan kesamping atau lebih dikenal pembelahan sekunder yang dilakukan oleh kambium. Sedangkan tanaman monokotil tidak bisa melakukan pertumbuhan kesamping atau pertumbuhan sekunder karena tanaman monokotil tidak memiliki kambium.

Hubungan antara lingkaran tahun dengan kambium sangatlah penting karena kambium berpengaruh pada pembentukan xylem dan phloem yang merupakan unsur pembentuk dari lingkaran lingkaran tersebut. 

Pada pertumbuhan sekunder kambium akan membentuk jaringan yang dinamakan xylem sekunder, dimana pembentukan ini ada di bagian dalam, sedangkan untuk bagian luar kambium akan membentuk jaringan yang bernama phloem sekunder. Hal ini dilakukan agar jaringan yang melakukan diferensiasi menjadi lebih sempurna. 

Lalu aktifitas aktifitas yang telah dilakukan pada pertumbuhan primer akan mulai berhenti dan nantinya akan mati karena sudah mencapai maksimal. 

Jaringan yang telah mati ini biasanya disebut dengan hati atau pith. Setelah pith kita bisa menemukan jaringan xylem primer yang mulai tedesak akibat adanya pembentukan xylem sekunder yang dilakukan oleh kambium. Sedangkan pembentukan kambium ke arah luar yang menjadi phloem sekunder akan berbatasan dengan cortex. Di perbatasan itu kita dapat menemukan phloem primer. 

Setelah cortex akan ditemukan lagi jaringan epidermis dibagian terluar yang telah mengalami perpecahan jaringan yang diakibatkan oleh pertumbuhan sekunder yang terjadi (diameter bertambah) dan akan membentuk jaringan pengganti yang disebut dengan hypodermis. 

Menurut Fitter dan Hay (1991) faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada umumnya dipengaruhi oleh 2 faktor utama. Yang pertama adalah faktor inernal yang berasal dari tanaman itu sendiri yang meliputi sifat gen dan hormon tumbuhan. 

Faktor kedua yang sering dikenal dengan sebutan faktor eksternal adalah pengaruh dari radiasi matahari, temperature, unsur hara dalam tanah, air, dan aktifitas dari makhluk hidup lainnya.

Bila kalian melihat batang batang pohon tersebut, dapat terlihat ada lingkaran yang berwarna coklat tua dan ada lingkaran yang berwarna coklat muda, dan ada juga lingkaran yang warna nya hitam sebagian. Alasan dibalik adanya warna warna tersebut adalah pada curah hujan yang terjadi setiap tahun. 

Di Indonesia terdapat 2 musim yaitu musim hujan dan juga musim kemarau. Pada musim hujan air yang dapat diserap oleh pohon pohon tersebut cenderung lebih banyak yang meyebabkan aktifitas pertumbuhan sekunder atau pembelahan kambium menjadi lebih cepat. 

Maka dari itu diameter akan bertambah lebih cepat pula dan warna cenderung lebih muda karena mereka berkecukupan. Sedangkan pada saat memasuki musim kemarau mereka akan mulai kekurangan air menyebabkan pertumbuhan yang terjadi harus diminimalisir. 

Maka dari itu pembelahan kambium atau pertumbuhan sekunder tidak akan cepat menyebabkan diameter hanya bertambah sedikit dan warna yang dapat dilihat cenderung lebih gelap atau tua karena mereka sedang kekurangan air. Lalu yang hitam? Yang hitam merupakan bekas luka bakar apabila mereka pernah terbakar akibat factor eksternal. 

Luka bakar tidak akan hilang namun akan tertimbun oleh lapisan yang baru lagi. Fakta menarik bagi kita bahwa sebenarnya kita bisa menghitung umur pohon tersebut dari jumlah lingkaran yang dihasilkan. 

Satu lingkaran yang berwarna coklat tua dan 1 lingkaran yang berwarna coklat muda sama dengan 1 tahun umur pohon tersebut. Atau mudahnya hitung saja lingkaran yang berwarna coklat tua tersebut.

Namun disinilah relevansi dari fakta yang telah ada tersebut mulai dipertanyakan dan diperdebatkan, dan pada kesempatan kali ini saya ingin mengutarakan pendapat saya bahwa pada era modern seperti ini sangat susah untuk mempercayai bahwa lingkaran tahun yang dapat kita temukan di pohon pohon tersebut merupakan umur asli dari pohon tersebut. 

Sekalilagi ini hanya pendapat saya, setuju atau tidaknya kalian menjadi pilihan kalian sendiri. Namun saya ingin memberi tahu alasan mengapa saya mengutarakan hal tersebut.

Alasan pertama saya kurang setuju akan perhitungan tahun dengan menggunakan lingkaran tahun karena pada era modern ini, cuaca di Indonesia sudah tidak lagi dapat diperkirakan. Berikut saya mengutip dari berbagai sumber yang membicarakan tentang perubahan iklim di Indonesia yang sudah tidak wajar. 

Pada berita yang terdapat di CNN, menurut hasil laporan PBB tentang perubahan cuaca dan pemanasan global 2019 menjadi tahun yang paling panas dalam periode 5 tahun dari tahun 2015-2019. 

Rata rata suhu nya menjadi yang terpanas dibanding tahun tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan pergeseran bulan basah dan bulan kering di seluruh daerah Indonesia. Hal ini tentu saja berpengaruh pada lingkaran tahun yang akan dihasilkan oleh pohon pohon yang berada di Indonesia. 

Oleh karena itu perhitungan lingkaran tahun akan bergeser pula dan besar kemungkinan akan terjadi kesalahan dalam menghitung lingkaran tahun tersebut. Ini menjadi alasan pertama mengapa perhitungan lingkaran tahun di era modern ini sudah mulai kehilangan relevansinya bagi kita para pengamat tumbuhan.

Selain daripada itu kita mulai mengamati bahwa sekarang banyak tanaman yang tidak mendapat unsur hara atau nutrisi yang tercukupi. Hal ini berakibat pada pertumbuhan tanaman yang tidak stabil adanya dan dapat berpengaruh pada lingkaran tahun, karena tanaman akan cenderung mengurangi aktifitas pembelahan akibat dari kurangnya nutrisi yang didapatkan dan hal tersebut berarti bahwa kita akan melihat lebih banyak lingkaran daripada yang seharusnya. Oleh karena itu, menghitung dengan menggunakan lingkaran tahun sudah mulai hilang relevansi nya.

Yang terakhir, pada era modern ini dunia sedang dihadapkan masalah yang sangat besar yaitu masalah pemanasan global atau bahasa kerennya adalah Global Warming hal ini disebabkan oleh meningkatnya efek rumah kaca yang berakibat pada lapisan ozon yang menipis dan mulai bolong bolong. Hal ini mengakibatkan radiasi atau sinar Ultraviolet dari matahari dapat masuk dengan mudah dan dalam jumlah yang lebih besar. 

Radiasi yang kita ketahui dapat merubah susunan genetik sebuah makhluk hidup. Hal tersebut dapat merusak gen dan merubah sifat sifat sel atau kebiasaan sel tersebut. Salah satu yang bisa terjadi di tanaman adalah fotodestruktif, kondisi ini terjadi dimana saking banyaknya radiasi mengakibatkan daun untuk menjadi rusak akibat sel sel didalamnya pecah. Hal ini berpengaruh pula pada pertumbuhan tanaman dan yang disoroti disini adalah pertumbuhan sekunder. Belum lagi bila tanaman tersebut terkena asap-asap yang mengandung zat zat beracun yang dapat mempengaruhi pula kondisi pohon tersebut.

Sekian blog yang saya tuliskan hari ini, pendapat saya bisa saja salah, disini saya sifatnya hanya ingin mengutarakan opini dan tidak ingin menyudutkan satu atau beberapa pihak. Saya mohon maaf bila terjadi kesalahan dalam penulisan atau cara penyampaian pendapat. Sampai berjumpa lagi di blog yang ke-3!

Daftar Pustaka

  1. Andi D. Y dan Musrizal. M.2009.Buku Ajar Pertumbuhan Pohon dan Kualitas Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin
  2. Anonim.2018.6 Pengaruh Radiasi Matahari Terhadap Tanaman. https://materiipa.com/pengaruh-radiasi-matahari-terhadap-tanaman
  3. Anonim.2013. Pertumbuhan Primer dan Pertumbuhan Sekunder pada Tumbuhan. http://ridwantask.blogspot.com/2013/04/pertumbuhan-primer-dan-perumbuhan.html?m=1
  4. Aris Kurniawan.2019. Pengertian Pertumbuhan Primer dan Sekunder Pada Tumbuhan Beserta Contohnya. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-pertumbuhan-primer-dan-sekunder/
  5. CNN.2019.Laporan Perubahan Iklim PBB: 2019 Jadi Tahun Terpanas. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190923121304-199-432939/laporan-perubahan-iklim-pbb-2019-jadi-tahun-terpanas
  6. Dewi ratna.2016.Cara Mudah Menentukan Usia Tumbuhan Berkayu. https://www.google.com/amp/s/m.merdeka.com/amp/pendidikan/cara-mudah-menentukan-usia-tumbuhan-berkayu.html
  7. Fitter A. H dan Hay R.1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
  8. Goldsworthy P. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropika. Yogyakarta: Gajah Mada Unviersity Press.
  9. Thojib, A.1998.Fisiologi Pohon Terapan.Kerjasama Fakultas Kehutanan Gajah Mada dengan Proyek Pendidikan dan Latihan dalam Rangka Peng-Indonesi-an Tenaga Kerja Pegusahaan Hutan. Yogyakarta.
  10. Zobel, B.1984. The Changing Quality of the Wood Supply. Wood Science Technology. Springer-Verlag18. Pp 1-17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun