Mohon tunggu...
Humaniora

Garuda Kebhinekaan

20 November 2016   22:54 Diperbarui: 20 November 2016   23:05 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Garuda Pancasila merupakan simbol Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sudah dipikirkan matang-matang. Bukan hanya sekedar dari penampilan luar saja, tetapi kesatuan tubuh seekor garuda begitu mendalam.

Kepala garuda dengan matanya melihat ke hamparan alam yang begitu luas, mengendalikan tujuan burung untuk terbang. Mata ini bagai Jakarta sebagai pusat negara yang melihat berbagai potensi di alam sekitar. Jakarta bertugas memberi tahu daerah lain tentang hal yang dilihatnya dan mengatur kestabilan daerah lainnya.

Sayap garuda bertugas menggerakan tubuh sang burung. Sayap merupakan kebanggaan burung garuda. Tanpa sayap, burung tidak dapat terbang bebas menembus langit. Sayap ini bagaikan daerah-daerah di Indonesia yang mendukung kemajuan Indonesia. Tanpa dukungan pergerakan daerah-daerah ini, apa yang dilihat Jakarta tidak bisa terlaksana.

Jakarta merupakan jantung negara. Jakarta yang memompa semangat ke seluruh Indonesia. Daerah lain bak paruh dan kaki garuda, yang mengambil mangsa dan mencabik makanan demi dapat mencukupkan kebutuhan tubuh sang burung. Tanpa paruh dan kaki yang kuat, sang burung tidak dapat menjadi burung yang gagah dan kuat. Jantung memang merupakan sumber kehidupan, tetapi tanpa kaki, sayap, dan paruh yang kuat, garuda tidak akan menjadi burung yang terpandang. Mata sang burung bisa saja melihat harapan yang begitu besar, tetapi tanpa kemauan dan kerja dari anggota tubuh lainnya, harapan itu hanya akan menjadi angan dan kesia-siaan belaka.

Mari kita sebagai Warga Negara Indonesia menopang satu sama lain demi membangun kemajuan bangsa tanpa menyombongkan diri, tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain, tanpa menyisihkan yang terlihat lemah, tanpa merusak ikatan yang telah diciptakan Tuhan untuk hidup dalam persaudaraan yang kokoh dan damai sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun