Mohon tunggu...
Nicholas Lay
Nicholas Lay Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student

Senang main billiard

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mencapai Langit di Kanisius

13 September 2024   10:26 Diperbarui: 13 September 2024   10:38 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah bukanlah hanya sarana untuk memperoleh ilmu pelajaran yang tertulis atau sekedar peningkatan pengetahuan terhadap informasi lalu, sekarang, maupun nanti. Sekolah menjadi sarana utama untuk pengembangan diri dan karakter, menanam nilai-nilai yang akan berbunga untuk masa depan generasi muda.

Kolese Kanisius telah menjadi fasilitas pendidikan yang mendukung dengan tujuan tersebut. Dari awal sebelum calon siswa diterima maupun masuk, Kanisius telah memasang motto atau slogan "Give us a boy and we will give you man" yang berarti Kanisius akan menerima laki-laki yang masih bersifat kekanakan dan akan mengembalikan kepada orangtua sebagai seorang pria yang bertanggung jawab. Pernyataan ini bukan hanya sebagai slogan yang dipromosikan untuk mendapatkan lebih banyak pendaftar, namun merupakan sebuah prinsip yang dipegang erat oleh seluruh warga Kolese Kanisius. 

Dalam website Kanisius, tertulis "A home where discerning leaders are formed". Hal ini bermaksud bahwa Kanisius menjadi sarana dimana pemimpin yang mampu berdiskresi terbentuk. Membuktikan sesungguhnya Kanisius bukan hanya tempat siswa sekedar belajar di kelas dan mendengarkan guru, tapi juga tempat untuk membangun karakter seorang pemimpin yang dapat mengambil keputusan secara efektif. Pembuktian ini tidak hanya terdapat pada tulisan maupun slogan, namun aksi nyata yang dilakukan oleh Kanisius untuk merealisasikan misi ini adalah melalui Ignatian Leadership Training.

Ignatian Leadership Training atau disingkat dengan ILT adalah sebuah ajang dimana calon Kanisian melalui sebuah pelatihan untuk membentuk karakter dan jiwa seorang Kanisian yang tangguh, disiplin, dan memegang erat nilai-nilai Ignatian. Ini bukanlah ajang siswa belajar ilmu pengetahuan umum seperti yang dilakukan sekolah biasanya, namun sarana pembentukan karakter. Penulis sendiri pernah berpartisipasi dan menjadi peserta dalam kegiatan ini. Dimana penulis didorong untuk menjadi versi diri terbaik. 

Dari hari pertama, kedisiplinan sudah ditanam, memastikan datang tepat waktu, mendengarkan dan menghormati orang yang berbicara. Seluruh calon siswa diberikan tugas yang sangat berat dan harus dikerjakan dalam waktu kurang dari 12 jam. Hal ini merupakan pembentukan mental dan kompetensi calon siswa. Tugas-tugas yang tidak dikerjakan atau pelanggaran yang dilakukan akan dihukum, bahwa semua tindakan akan ada konsekuensinya. Selain tugas-tugas, calon siswa melalui rangkaian kegiatan yang mendorong kondisi fisik mereka hingga melampaui batas diri mereka. Semua acara yang dirancang memiliki tujuan untuk menanamkan nilai-nilai seorang pemimpin, baik itu kolaborasi dan kerjasama, kompetensi, hati nurani, kejujuran, komitmen, dan banyak lagi. 

Hasil dari kegiatan Ignatian Leadership Training ini adalah formasi yang awalnya calon siswa masih kurang kompeten, tidak bertanggung jawab, menjadi seorang siswa yang layak disebut sebagai Kanisian dan pemimpin. Penulis telah melalui ILT dari awal hingga akhir, mendapatkan banyak sekali pelajaran dan nilai-nilai yang dihidupi selama proses pembelajaran di Kolese Kanisius. Satu motto yang penulis teladani adalah dari John F. Kennedy, "Don't pray for easy lives. Pray to be stronger men." Hal ini memiliki makna yang sangat kuat bahwa jangan mengharapkan atau mendoakan hidup yang lebih mudah, melainkan berdoalah menjadi pribadi yang lebih tangguh. Penulis memperoleh kata-kata mutiara ini dari proses pelatihan ILT, dan dipegang erat hingga sekarang.

Walau pembelajaran di kelas juga sangat penting, tapi tanpa integritas karakter, nilai tidak ada artinya. Nilai-nilai luar biasa yang tercapai oleh siswa-siswa Kanisius bukan berasal dari pembelajaran tradisional di kelas, namun hasil dari karakter dan kepribadian Kanisian yang terbentuk selama bersekolah di Kanisius. Sekali lagi membuktikan bahwa sekolah bukan hanya tempat untuk belajar pengetahuan biasa tapi menjadi sarana penting untuk membentuk kepribadian dan pengembangan karakter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun