Mohon tunggu...
Nicho Kosip
Nicho Kosip Mohon Tunggu... Penulis - Nulis kalo mood-nya ngumpul :)

Lulusan Ilmu Komunikasi angkatan 2018 Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Memadu Padankan Elemen dan Teknik Penulisan Multimedia sebagai Kunci Jitu Jurnalisme Multimedia

25 Februari 2021   11:34 Diperbarui: 25 Februari 2021   11:42 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sampai dan membaca tulisan ini, rasanya kamu ingin mengetahui lebih dalam mengenai penulisan multimedia bukan? Nah buat kamu yang mencari hal tersebut, semoga tulisan ini dapat menjadi salah satu alternatif yang tepat untukmu.

Namun sebelum lebih jauh mengulas mengenai elemen dan teknik penulisan multimedia, alangkah lebih baiknya kita berangkat terlebih dahulu dari pembahasan dasar mengenai konteks kata "Multimedia".

Kata "Multimedia" tersusun dari kata "Multi" dan "Media" yang masing-masing kata tersebut mampu berdiri secara tunggal. Multi di sini berarti banyak, dan media memiliki arti sarana, tempat, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi (betterteachers.weebly.com). Berdasarkan pembedahan makna tersebut dapat dilihat bagaimana multimedia dapat dirumuskan sebagai suatu wadah yang di dalamnya terdiri atas beragam media yang kemudian disebut sebagai komponen atau elemen media pembentuk multimedia.

Elemen Multimedia

Membahas mengenai multimedia, sebenarnya juga telah saya singgung pada tulisan saya sebelumnya yang berjudul "Tak Banyak Diketahui, Ini dia Perbedaan Jurnalisme Online dan Multimedia". Untuk menjadikan sebuah jurnalisme sehingga mampu dikatakan "multimedia" tentu harus memiliki atau mencakup lebih dari satu elemen.

Dari sepengetahuan saya berdasarkan buku yang pernah saya baca, Multimedia di sini berarti mengintegrasi minimal 3 elemen media. Adapun elemen-elemen media yang dimaksud di sini diantaranya:

  1. teks
  2. video
  3. audio
  4. foto (gambar)
  5. infografik, dan masih banyak lainnya.

Elemen-elemen tersebut merupakan satuan komponen media yang memiliki karakteristik berbeda antara satu dengan yang lain. Dengan perbedaan karakteristik inilah yang akhirnya mampu menjadikan sebuah objek menjadi dapat disebut "multimedia".

Definisi Multimedia

McAdams dalam (Widodo, 2020) juga mengatakan bahwa dengan konsep multimedia yang menganut minimal 3 elemen. Televisi dan koran tidak dapat disebut sebagai multimedia dikarenakan hanya memuat 2 komponen atau elemen media saja. Dalam hal ini koran berisikan teks dan gambar, sedangkan televisi berisi video dan audio.

Sebagai elemen yang pada akhirnya membentuk sebuah identitas atau ciri profesionalitas, Deuze menganggap "logika" jurnalisme multimedia sebagai kelembagaan, organisasi, teknologi, dan adanya faktor budaya sehingga mampu mempengaruhi bagaimana berita jurnalisme diselesaikan dalam pengaturan konvergen (Dahlgren, 1996 dalam Deuze, Journalism Studies, Vol. 5 (2), 2004).

Sebelum pindah ke elemen logika jurnalisme multimedia, Deuze menawarkan sisi pragmatis definisi kontemporer jurnalisme multimedia. Pengertian multimedia dalam jurnalistik dapat dilakukan dengan dua cara:

  1. pertama sebagai bentuk penyajian paket berita di situs web dengan menggunakan dua atau lebih banyak format media, (tetapi tidak terbatas untuk) setiap elemen yang ada. Misal kata yang diucapkan dan ditulis, musik, gambar bergerak dan gambar diam, animasi grafis, termasuk elemen interaktif dan hipertekstual (Deuze, 2003a dalam Deuze, Journalism Studies, Vol. 5 (2), 2004).
  2. kedua sebagai file penyajian paket berita yang terintegrasi melalui media yang berbeda, seperti contohnya tidak terbatas pada situs web, newsgroup, Usenet, email, SMS, MMS, radio, televisi, teleteks, cetak koran dan majalah (Deuze, 2003a dalam Deuze, Journalism Studies, Vol. 5 (2), 2004).

Kunci dari pendekatan ini adalah memahami bagaimana konvergensi dilihat sebagai sebuah kolaborasi yang kurang lebih mulai terintegrasi sedikit demi sedikit dari yang ketika sebelumnya berbeda.

Definisi ini mungkin tampaknya kurang lebih mirip atau lebih cocok disandingkan dengan jurnalisme online (online journalism) atau dalam arti dapat dikatakan sebagai produksi konten berbasis digital, termasuk audio, video dan teks. (Deuze, 1999 dalam Deuze, Journalism Studies, Vol. 5 (2), 2004).

Perbedaan dari jurnalisme online dan multimedia terletak pada maksud atau tujuan dari jurnalisme itu sendiri. Jurnalisme online tidak didorong oleh konsep yang mengharuskan unsur "multimedia". Walau memang pada kenyataannya, berselancar di dunia digital dengan menggunakan berbagai media dapat dilihat sebagai suatu potensi baik, tetapi bukan mengarah pada elemen wajib yang perlu ditambahkan sebagai nilai jurnalisme online (Deuze, 2003a; Paul dan Fiebich, 2002 dalam Deuze, Journalism Studies, Vol. 5 (2), 2004).

Dalam kata lain jurnalisme online tidak sama dengan jurnalisme multimedia, dan untuk diskusi yang lebih umum tentang jurnalisme online, akhirnya banyak muncul sebutan cyberjournalism, e-journalism, atau jurnalisme internet.

Dalam praktik dunia kontemporer, wacana konvergensi untuk membuat praktik kepemilikan media silang dan karya berita multimedia semakin menjadi bagian dari jurnalisme kontemporer. Konvergensi akan konsep multimedia dalam jurnalisme di Eropa dan Amerika Serikat dapat dilihat memiliki 2 tujuan yaitu:

  1. Sebagai proses konvergensi yang sedang berlangsung pada praktik dan persepsi diri jurnalis, dan
  2. Untuk membentuk dan mempengaruhi munculnya seorang profesional identitas jurnalisme multimedia

Elemen-elemen ini harus dilihat sebagai suatu rekombinan, sebagaimana jurnalis membentuk dan dibentuk oleh berbagai konteks yang terlibat dalam karya berita multimedia (Lievrouw dan Livingstone, 2002). Tujuan Deuze menganggap jurnalisme multimedia sebagai sesuatu yang kompleks adalah untuk memberikan sintesis dari perdebatan dan pengalaman media yang sedang berlangsung. Banyak pihak akhirnya mengaplikasikan proses yang saling terkait seperti itu seperti komputerisasi, digitalisasi, konvergensi, dan multimedia di organisasi berita.

Demikianlah sedikit ulasan mengenai konsep multimedia dalam berbagai konteks yang ada. Semoga menambah wawasan kamu ya. :")

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun