Penggambaran watak Koh Apui ternyata jauh berbeda dari apa yang ada di pikiran Martin, Koh Apui adalah orang yang 'renyah' dalam bicara dan nasionalis. Ia menunjukkan kecintaannya dengan memperlihatkan Lambang Negara Indonesia (Burung Garuda) yang sudah usang dan hendak ia ganti dengan yang baru. Ia mengatakan bahwa tiap tahun ia menggantinya dengan yang baru adalah untuk mengingatkannya agar selalu cinta tanah air.
"Karena biasa saya suka lupa, kalau saya ini orang Indonesia. Apalagi di luar sana, banyak orang bilang kami ini orang Cina, padahal kita ini orang Indonesia", ~Koh Apui
Sebuah hal yang cukup membuat hati bergetar adalah bagaimana keresahan yang diucapkan oleh Koh Apui. Bagaimana ia merasa masih adanya pengelompokan di Indonesia terutama terkait SARA. Padahal dengan jelas, tegas, dan gamblang ia mengatakan bahwa "Saya ini orang Indonesia".
Burung Garuda lama milik Koh Apui itu, akhirnya diberikan kepada Martin supaya di pasang di rumahnya. Sebuah pemahaman baru akhirnya juga didapatkan oleh Martin. Ia akhirnya sadar bahwa Koh Apui yang sebelumnya ia gambarkan dengan citra negatif ternyata adalah orang yang baik. Bahkan Martin pun mengatakan bahwa Koh Apui lebih Indonesia dari pada dirinya.Â
"..... Biar kau juga paham apa itu NKRI dan maknanya dari Pancasila", Kata Koh Apui pada Martin ketika memberikan Burung GarudaÂ
Sebuah hal yang cukup miris dan seharusnya membuat kita tertegun adalah ketika kita bangsa Indonesia masih merasa terpecah karena adanya sebuah perbedaan. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Namun, akankah kita masih menganggap perbedaan sebagai suatu 'bencana' atau sebagai sebuah keindahan dalam 'keanekaragaman'.
Indonesia adalah negara yang kaya dan indah, baik dalam hal sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Penggambaran yang ada dalam film ini divisualisasikan dengan sangat halus. Mulai dari penggunaan bahasa daerah khas Palopo, hamparan sawah yang hijau membentang, makam orang Kristiani, Gereja, taman makam pahlawan, patung Bunda Maria, hingga di adegan terakhir ketika sudah hampir magrib dan Martin mengingatkan Hasyim untuk salat.
"Matanya memang sipit, tapi tetap lapang tawa hatinya. Sama jek kau, kulitmu boleh hitam, tapi hatimu harus tetap merah putih!" ~Hasyim pada Martin.
Film yang cukup sederhana namun dapat menjadi pembelajaran berharga bagi yang menontonnya. Saya pribadi merasa menjadi semakin paham dan cinta dengan perbedaan di Indonesia. Ternyata mencintai Indonesia dapat dilakukan dengan cara sederhana. Misalnya menerima dan menghargai perbedaan yang ada dan menganggap bahwa semua yang ada adalah campuran warna yang menjadikan Indonesia ini indah.Â
Salam.