Mohon tunggu...
Nicho Kosip
Nicho Kosip Mohon Tunggu... Penulis - Nulis kalo mood-nya ngumpul :)

Lulusan Ilmu Komunikasi angkatan 2018 Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sejarah Awal Jurnalisme di Timur Tengah

22 September 2020   13:08 Diperbarui: 22 September 2020   13:13 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image: independent.co.uk 

Setiap negara tentu memiliki kisah awal jurnalisme yang berbeda. Di sini aku akan membahas sepenggal kisah sejarah jurnalisme di Timur Tengah. Agar kamu juga sedikit memahaminya, yuk langsung kita bahas saja.

Awal mula kisah jurnalisme di Timur Tengah dimulai dengan sejarah penerbitan surat kabar. Pada saat itu koran mulai muncul pada abad ke-19 dan menjadi tonggak berkembangnya jurnalisme di sana. Selama awal perkembangan jurnalisme di sana, Arab Saudi dan beberapa negara sekitarnya menjadi salah satu negara pelopor yang mengalami perkembangan pesat dalam hal jurnalisme dan menjadi pusat perubahan pada saat itu. 

Jurnalisme Media Timur Tengah

Media di Timur Tengah mulai mengalami kebangkitan dan bertumbuh akibat adanya hentakan perubahan yang ingin dicapai. Saat itu media Arab seperti di Mesir dan Tunisia mulai berada pada musim semi yang menunjukkan perubahannya. Tak hanya perubahan, bahkan pemurnian juga kerap kali menjadi kata kunci yang selalu digembor-gemborkan dua negara ini akibat adanya revolusi ketika adanya suatu kebebasan pers.

Orang Tunisia pada saat itu khususnya jurnalis memiliki rasa takut dan tidak bebas ketika berhadapan dengan polisi negara. Hingga pada akhirnya mereka bebas dari bekas rezim sekutu yang seolah menjadi momok pada saat itu. Demonstrasi media di Tunisia kemudian berhasil mengubah tim redaksi di televisi nasional dan surat kabar, sedangkan demonstrasi yang terjadi di Mesir berlangsung menyerukan pemilihan dewan pers baru untuk asosiasi media nasional mereka yang stagnan.

Wael Abul Saoud dari surat kabar Akhbar Alyoum mengatakan bahwa pemecatan pemimpin redaksi dapat membawa dampak baik untuk perubahan jurnalisme ke depannya. Ia mengatakan mantan pemimpin redaksi itu stasiun televisi nasional itu tidak akan mengkritik kinerja badan pemerintahan. Bahkan ketika dua minggu berlalu dari pemecatan itu, TV Nasional Tunisia masih di pengaruhi oleh rezim-nya dan menolak menyiarkan cerita korupsi Bin Ali dan sekutunya.

Jatuhnya Mubarak

Mubarak adalah kepala rezim redaksi yang membuat seluruh pemberitaan kepada rakyat Mesir kemudian menjadi bias. Sejak kemundurannya dari jabatannya, surat kabar Al-Ahram menerbitkan artikel permohonan maaf kepada rakyat Mesir atas pemberitaannya selama ini. Bahkan semua orang pada saat itu kagum bahwa koran Nasional Mesir yang selalu mengagungkan Mubarak, mengklaim bahwa "Mesir lahir pada hari ulang tahunnya".

Insiden ini pun kemudian ramai dan viral di Internet. Mulai dari klip video jatuhnya Rezim Mubarak, hingga kabar revolusi yang terjadi. Hingga TV Nasional Mesir dan, surat kabar, dan saluran pribadi mereka kehilangan kredibilitasnya di mata publik. Televisi pada saat itu kemudian menjadi sumber media informasi utama dan jurnalis bekas rezim akan melakukan sabotase berupa 'cuci otak' pada Mesir menjelang suasana pemilu.

Meskipun rezim tersebut sudah ditumpas, masalah terkait jurnalisme tak kunjung sampai di situ. Permasalahan lainnya datang dari khalayak yang tidak mampu mengakses berita atau informasi baik yang ada di koran maupun internet akibat banyaknya warga buta huruf. 

Munculnya Media Al-Jazeera

Dalam proses pemurnian yang sedang terus digencarkan, Wael dan Ammar mengakui bahwa revolusi tersebut membawa perubahan. Misalnya media Al Jazeera yang kemudian dapat diakses atau dinikmati oleh masyarakat timur tengah pada saat itu. Baik Arab, Mesir, maupun Tunisia dan sekitarnya. Reporter dan jurnalis Al Jazeera menjadi pelopor penulisan atau pembuatan berita yang terjadi di Mesir.

Seiring berjalannya waktu, gaya penulisan di Mesir kemudian terkesan lebih berani dalam pembuatan berita. Pemimpin oposisi juga sudah berani muncul di TV nasional dan acara-acara talkshow kemudian mengkritik mengenai perdana menteri. Hingga kemudian Ganoshi menjadi perdana menteri sementara, banyak media menolak menerima perintah dari siapa pun dan memutuskan untuk memilih sendiri tim editorialnya untuk mengelola stasiun dan surat kabar nasional.

Perkembangan Al-Jazeera

Tak dapat dipungkiri, media asal Arab ini membawa dampak atau perubahan besar terhadap perkembangan media di Timur Tengah. Hingga seiring berjalannya waktu, Al-Jazeera menjadi media pemberitaan yang populer di Timur Tengah. Kehadiran media ini kemudian dianggap sebagai sebuah 'gift' yang mendorong Al-Jazeera berperan sebagai media pemberitaan atau yang bebas. Hal tersebut dikarenakan masalah atau kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang kemudian menggerakkannya. 

Hingga akhir tahun 1990-an, Al-Jazeera kemudian mulai bergerak menunjukkan eksistensinya sebagai media pemberitaan di Timur Tengah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun