Beberapa penelitian telah menimbulkan kekhawatiran signifikan tentang konsumsi minyak bijian, terutama yang tinggi asam omega-6, seperti minyak kedelai. Minyak ini banyak terdapat dalam berbagai makanan olahan dan sering dipasarkan sebagai alternatif yang sehat. Namun, bukti menunjukkan bahwa minyak ini dapat memiliki efek merugikan pada kesehatan otak, yang berpotensi menyebabkan berbagai masalah neurologis.
Sebuah studi dari Universitas California, Riverside, menyoroti bahwa diet tinggi minyak kedelai dapat menyebabkan perubahan genetik di otak. Penelitian tersebut menemukan bahwa minyak kedelai berkontribusi pada fungsi neurologis seperti autisme dan penyakit Alzheimer. Dicatat bahwa minyak berbasis biji mengganggu fungsi normal gen yang terlibat dalam proses penting otak, termasuk produksi oksitosin, hormon yang sangat penting untuk ikatan sosial dan regulasi emosional.
Selain itu, minyak kedelai telah dikaitkan dengan peningkatan neuroinflamasi. Studi menunjukkan bahwa konsumsi minyak ini menyebabkan kerusakan oksidatif di otak dan memicu respons inflamasi yang dimediasi oleh mikroglia sel imun di sistem saraf pusat. Peradangan kronis merupakan penyebab yang dikenal untuk penyakit neurodegeneratif, sehingga konsumsi minyak bijian secara teratur dapat meningkatkan risiko kondisi tersebut.
Minyak bijian sebagian besar terdiri dari asam linoleat (LA), yaitu asam lemak omega-6. Asam Linoleat dapat menyebabkan ketidakseimbangan yang mempromosikan peradangan di seluruh tubuh. Ketidakseimbangan ini sangat mengkhawatirkan bagi kesehatan otak karena asam lemak omega-3 (yang ditemukan dalam ikan) memainkan peran penting dalam menjaga fungsi neuron.
Tingkat asam linoleat yang tinggi dapat memicu respons neuroinflamasi dan mengganggu fungsi kognitif. Studi telah menunjukkan bahwa asupan LA yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif dengan mempromosikan jalur inflamasi di otak. Hal ini menunjukkan adanya hubungan langsung antara konsumsi minyak bijian yang tinggi dan hasil kesehatan mental yang negatif.
Aspek lainnya adalah stres oksidatif yang disebabkan oleh minyak bijian. Ketika dipanaskan selama memasak atau diproses secara industri, minyak berbahan dasar biji dapat menghasilkan produk sampingan berbahaya yang merusak struktur seluler. Kerusakan oksidatif ini sangat merusak neuron, yang sangat rentan terhadap stres oksidatif karena aktivitas metabolik mereka yang tinggi.
Dalam studi hewan, diet kaya minyak berbahan dasar biji mengakibatkan kerusakan oksidatif yang signifikan pada jaringan otak dibandingkan dengan mereka yang diberi lemak sehat seperti minyak kelapa atau lemak babi. Temuan ini menunjukkan bahwa mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh ganda dari minyak bijian mungkin tidak sebaik yang diperkirakan sebelumnya.
solusinya
Menjaga apa yang dimakan.
Meningkatkan asupan asam lemak omega-3 terutama eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA). Lemak tersebut memiliki sifat anti-inflamasi yang dapat mengimbangi efek proinflamasi dari asam omega-6 yang ditemukan dalam minyak bijian. Mengonsumsi ikan berlemak (seperti salmon dan makarel), biji rami, biji chia, dan minyak alga dapat membantu mengembalikan keseimbangan antara asam lemak omega-3 dan omega-6 dalam diet.
Menggunakan minyak yang lebih sehat.
Pilihlah minyak masak yang lebih stabil dan kurang rentan terhadap oksidasi. Minyak seperti minyak zaitun, minyak alpukat, dan minyak kelapa yang lebih jarang menghasilkan senyawa berbahaya saat dipanaskan. Minyak tersebut juga mengandung nutrisi bermanfaat yang mendukung kesehatan otak.