Mohon tunggu...
NICHOLAS DJUNAEDI PUTRA
NICHOLAS DJUNAEDI PUTRA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Perkenalkan nama saya Nicholas seorang mahasiswa SMA kelas 3 yang sedang dalam proses pembelajaran dalam menulis artikel dimana saya ingin mengasah kerterampilan saya dalam memaparkan isi pikiran saya secara kritis dan terpadu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontravensi Pertanyaan Debat Cawapres Gibran Rakabuming Raka: Hanya Gimmick atau Memang Harus Diulik

31 Januari 2024   09:12 Diperbarui: 31 Januari 2024   19:14 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sistem demokrasi politik Indonesia seorang pemimpin negara akan dipilih dengan menggunakan metode pemilihan umum (pemilu) dimana masyarakat akan memilih calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang diusung oleh partai politik negara.

Sebuah eleksi presidensi dilakukan setiap lima tahun sekali dimana  bedasarkan ketentuan pasal 7 UUD NRI 1945 setiap presiden dan wakil presiden yang terpilih akan mendapatkan masa jabatan lima tahun per periode dengan batas maksimal kedudukan jabatan selama dua periode jika kembali dipilih oleh masyarakat.

Bedasarkan ketentuan pasal 222 UUU pemilu, makamah konstitusi (MK) menentukan bahwa partai ataupun gabungan partai yang hendak mengusung calon presiden dan wakil presiden harus memenuhi perolehan kursi DPR sebanyak 20% atau syarat perolehan suara dalam pemilu legislatif sebelumnya sebesar 25%.

Tentunya, tidak semua partai dapat meraih hal tersebut secara independent yang membuat para partai politik untuk membuat koalisi. Pada pemilu tahun 2024 ini, ada 3 capres dan cawapres yang telah diresmikan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) yaitu pasangan calon (paslon) nomor urut satu yaitu Anies Baswedan bersama dengan wakilnya Muhamin Iskandar, paslon nomor urut dua Prabowo Subianto dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka dan paslon nomor urut tiga yaitu Ganjar Pranowo dan Mohammad Mahfud Mahmodin.

Debat presidensi merupakan sebuah ajang yang diselenggarakan secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setiap masa pemilu dimana para capres dan cawapres dapat beradu gagasan dan beragumen terhadap satu sama lain dalam ajang debat dengan tujuan memaparkan kompetensi, visi dan misi yang dimiliki oleh para paslon. Konsep dari debat capres dan cawapres telah ada sejak tahun 1999 dan telah diterapkan secara resmi sejak tahun 2004. Sejak saat itu debat presidensi pun telah menjadi suatu ajang yang sangat di tunggu-tunggu oleh masyarakat dimana debat dapat menjadi sebuah media pembantu dalam membuat pertimbangan pengunaan hak suara pilih bagi para masyrakat yang menyimaknya. Dikarenakan oleh betapa pentingnya debat presidensi mempengaruhi citra public sang tokoh paslon capres maupun cawapres, kebanyakan dari mereka pun berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam ajang debat yang di selenggarakan oleh KPU setiap masa pemilu tersebut.

Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas mengenai serangan-serangan pertanyaan yang dilontarkan oleh pasllon wakil presiden nomor urut dua terhadap lawan-lawannya pada ajang debat cawapres 2024 yang sedang hangat diperbicarakan dan didiskusikan oleh banyak orang. Belum lama ini, masyarakat telah digemparkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang dilonatarkan oleh paslon wakil presiden nomor urut dua yaitu Gibran Rakabuming Raka pada debat cawapres yang membuat para lawan debatnya bungkam. Peristiwa ini pertama terjadi pada debat cawapres kedua yang berangsung pada 21 januari 2024 dimana Gibran melontarkan pertanyaan mengenai bagaimana cara ataupun langkah yang akan diambil untuk menaikkan peringkat negara kita dalam SGIE terhadap paslon cawapres nomor urut satu yaitu Muhamin Iskandar atau yang kerap disapa dengan Gus Muhaimin.

Gibran menyatakan bahwa ia merasa Gus Muhaimin seharusnya mengerti topik ini dengan baik dikarenakan ia merupakan ketua dari partai PKB. Partai PKB (Partai kebangkitan Bangasa) merupakan sebuah partai yang banyak terlibat dalam organisasi islam terbesar Indonesia yaitu NU, dimana partai PKB didirikan oleh para kiai petinggi NU yang tentunya membuat partai PKB smenjadi salah satu partai yang paling menguasai ilmu dalam dunia agama islam.

Namun Gus Muhamin tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut dan malah menyebutkan statement “terus terang saya ngak paham SGIE itu apa dan saya tidak pernah mendengar SGIE itu apa?” Dengan menyatakan ini Gus Muhaimin pun mengugurkan kesempatannya untuk menjawab dan malah bertanya balik kepada Gibran. Gibran pun akhirnya memberikan penjelasan bahwa SGIE adalah singkatan dari State of the Global Islamic Economy yang merupakan sebuah laporan tahunan yang menyangkut ekonomi syariah mulai dari makanan dan minuman halal, farmasi halal, kosmetik halal dan produk ekonomi syariah lainnya yang tentunya sangatlah penting bagi Indonesia mengingat bahwa kita adalah negara dengan penduduk islam terbanyak di dunia. Setelah mendengar penjelasan dari Gibran, Gus Muhaimin pun barulah dapat menjawab pertanyaan tersebut dan memberikan gagasannya.

Peristiwa ini pun tentunya menjadi sebuah kontroversi yang menggemparkan dunia politik tanah air dimana banyak pihak yang memiliki pendapat yang berbeda-beda. Berberapa kubuh mengatakan bahwa itu hanya lah sebuah taktik untuk membungkam musuh dengan ilmu akademik dimana tidak semua orang akan mengerti singkatan ataupun kata ilmiah dari suatu permasalahan dan itu bukanlah hal yang penting karena yang penting adalah pengetahuan dan kapabilitas dalam menyelesaikan masalah inti di dalamnya. Namun juga ada berberapa kubuh yang beropini bahwa hal akademis juga perlu diketahui dengan baik karena mereka ini akan menahkodai sebuah negara yang tentunya bukanlah hal yang mudah dan hal akademis akan sering kali di temukan dalam permasalahan ekonomi global.

Peristiwa serupa pun terjadi lagi pada debat cawapres ketiga yang diselenggarakan pada 21 januari 2024 dimana Gibran Kembali lagi melontarkan pertanyaan yang mencenangkan. Ia bertanya kepada paslon cawapres nomor urut tiga yaitu Mohammad Mahfud Mahmodin yang kerap dikenal dengan nama pangillan Mahfud MD mengenai greenflation. Pada debat kali ini sang moderator pun mengingatkan Gibran untuk memberi penjelasan akan singkatan ataupun kata asing, dengan demikian ia pun memberikan penjelasan bahwa green flation adalah inflasi hijau.

Setelah itu pak Mahfud MD pun memberikan jawaban namun jawaban yang ia berikan pun tidak sesuai dengan context yang ditanyakan, dimana ia malah membahas mengenai ekonomi hijau sirkuler. Padahal yang dimaksud dengan greenflation adalah inflasi hijau dimana hal tersebut merupakan inflasi ekonomi yang disebabkan oleh transisi energy hijau. Pada saat ini memang sedang banyak negara yang sedang berlomba melakukan transisi energi hijau dan masalah inflasi  hijau telah kerap di temui didalam process tersebut.

Mendengar jawaban dari pak Mahfud, Gibran pun membuat gerakan seolah-olah kebingungan mencari sesuatu yang dimana ia katakana ia kebingungan mencari jawaban dari pak Mahfud yang melencong dari inflasi hijau ke ekonomi hijau.

Setelah itu, Gibran pun memberikan penjelasan dengan memberikan contoh aksi demo rompi kuning/yellow vest protest yang terjadi di perancis dimana demo tersebut disebabkan oleh penaikkannya pajak emisi sebagai bagian dari program transisi energy hijau yang didukuung oleh pemerintahan perancis.

Gibran menilai bahwa hal ini patut di pertimbangkan dan di kaji di Indonesia dimana masalah tersebut dapat menjadi rintangan besar yang akan datang mengingat bahwa negara kita sedang sangat mendukung pergerakan transisi energy hijau.

Hal ini pun tidak ditanggapi dengan baik oleh Mahfud MD merasa bahwa penjelasan dari Gibran juga lah mengawur. Pak Mahfud pun juga mengatakan bahwa Gibran hanyalah mengarang-ngarang dan mengaitkan hal dengan sesuatu yang tidak ada. Selain itu ia pun juga mengatakan bahwa pertanyaan yang diberikan Gibran adalah suatu yang recehan secara akademis dan oleh sebab itu tidak layak untuk ia jawab.

Dalam perihal pengalaman dan edukasi pak Mahfud MD dinilai sebagai salah satu cawapres yang paling senior dalam bidang politik dan akademis dimana ia pernah menempati berbagai jabatan mulai dari menjadi Menteri pertahanan, ketua makamah konstitusi, Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, dan juga sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Pak Mahfud MD pun juga memiliki gelar professor dimana ia dikenal aktif yang dalam mengajar di universitas-universitas terkemuka tanah air seperti UI (Universitas Indonesia), UGM (Universitas Gajah Mada), UNS (Universitas Sebelas Maret) dan masih banyak lainnya.

Tentunya hal ini telah membuat publik bertanya-tanya apakah benar seseorang yang dinilai memiliki pengalaman dan edukasi yang sangat tinggi tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai inflasi hijau?

Setelah kedua peristiwa ini banyak oknum yang berpendapat bahwa Gibran merupakan sosok yang sangat arogan dan tidak memiliki etika dimana ia kerap kali menyombongkan ilmu akademis nya dalam rangka membungkam lawan debatnya. Namun bukankah hal ini sesuatu yang sangat wajar dalam dunia perdebatan dimana kita harus mengadu ilmu dan gagasan terhadap para lawan kita.

Kilas balik ke momen sebelum semua ini terjadi, akar dari permasalahan saling menyerang ini berawal dari banyaknya kubuh koalisi calon legislatif partai paslon nomor urut satu dan tiga yang meremehkan Gibran sebagai cawapres yang kompeten dimana mereka menganggap bahwa Gibran hanyalah seorang bocah ingusan yang dapat berada di posisinya saat ini dikarenakan oleh dukungan dari anggota keluarganya.

Namun dengan tidak di duga Gibran malah menjadi primadona dalam debat-debat cawapres dimana ia berhasil menaikkan elektabilitas dan dukungan suara setiap debat yang diselenggarakan dimana ia berhasil memaparkan gagasan dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan penting untuk di ulik dan bukanlah hanya sekedar “gimmick”. Secara umur dan pengalaman dalam dunia politik mungkin memang Gibran terdengar seperti pendatang baru yang dimana ia hanya memiliki pengalaman sebagai walikota Solo selama satu periode dan memiliki umur yang masih sangat muda yaitu 37 tahun.

Gibran menempuh kebanyakan dari masa sekolahnya diluar negri dimana ia telah pindah ke Singapura untuk bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Orchid Park Secondary School, Singapura. Gibran pun juga mengambil kuliah di Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan melanjutkan lagi perjalanan studinya di University of Technology (UTS) Sydney Insearch, Sydney, Australia. Hal ini tentunya membuat Gibran unggul dalam segi akademik dimana ia menjalani edukasi yang lebih canggih dan modern di dalam instititusi pendidikan international yang terkemuka.

Berbicara soal etika, menonjolkan ilmu dalam sebuah debat bukanlah suatu pelanggaran etika karena umur bukanlah lagi sebuah tolak ukur untuk menentukan ilmu dan kompetensi yang dimiliki oleh seseorang dimana memiliki umur yang muda bukanlah berarti kita tidak dapat menjadi lebih baik ataupun memiliki lebih banyak ilmu daripada yang lebih tua.  Mengingat bahwa banyak dari calon legislative dari partai koalisi lawan Gibran yang seringkali menyerukan dukungan untuk prestasi dan gerakan kemajuan anak muda, hal ini tentunya sangat bertentangan dengan visi tersebut dimana ia sebagai seorang anak muda kerap dianggap remeh dan di tentang oleh lawan-lawannya yang merasa lebih senior.

Melihat Gibran yang dianggap remeh, banyak sekali kalangan anak muda yang mempertanyakan ke profesionalitas para cawapres maupun capres dalam berdebat dan memandang lawannya. Mengingat bahwa Indonesia sedang menuju visi dan misi Indonesia emas 2045 dimana 70% masyarakat kita akan berada pada usia produktif 15-64 tahun, suara dan gagasan dari para generasi muda pun sangat penting untuk kita dengarkan, dimana generasi anak muda lah yang akan menjadi generasi penerus bangsa kedepannya.

Menjelang masa pemilu yang akan datang sebentar lagi, saya ingin mengingatkan semua orang untuk berbijaksana dalam mengunakkan hak suara pilih kita dengan menjadi seorang pemilih yang cerdas. Tentukanlah pilihanmu bedasarkan penilitian dan pengamatanmu sendiri dan janganlah memilih bedasarkan janji ataupun imbalan, karena kita lah penentu masa depan bangsa kita. Kita pun juga harus selalu ingat untuk menghormati satu sama lain dan menerima hasil pemilu terlepas dari siapapun yang akan memenangkannya

Di dalam dunia ini tidak ada orang yang sempurna dan semuanya tentu memiliki kekurangan dan kelebihan namun dengan bersatu dan merangkul satu sama lain saya percaya bahwa kita dapat menuju Indonesia yang lebih baik dalam kedepannya terhindar dari siapapun yang akan memimpin negara kita karena dengan bekerjasama lah kita dapat menjadi versi terbaik dari diri kita. Mari kita sukseskan pemilu 2024 dengan damai dan professional demi menuju Indonesia yang lebih baik kedepannya.

Daftar Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun