Mohon tunggu...
NICHOLAS DJUNAEDI PUTRA
NICHOLAS DJUNAEDI PUTRA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Perkenalkan nama saya Nicholas seorang mahasiswa SMA kelas 3 yang sedang dalam proses pembelajaran dalam menulis artikel dimana saya ingin mengasah kerterampilan saya dalam memaparkan isi pikiran saya secara kritis dan terpadu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontravensi Pertanyaan Debat Cawapres Gibran Rakabuming Raka: Hanya Gimmick atau Memang Harus Diulik

31 Januari 2024   09:12 Diperbarui: 31 Januari 2024   19:14 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto illustrasi milik CNN Indonesia: (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20231207124522-617-1034096/elektabilitas-3-capres-cawapres-di-sulaw

Setelah itu pak Mahfud MD pun memberikan jawaban namun jawaban yang ia berikan pun tidak sesuai dengan context yang ditanyakan, dimana ia malah membahas mengenai ekonomi hijau sirkuler. Padahal yang dimaksud dengan greenflation adalah inflasi hijau dimana hal tersebut merupakan inflasi ekonomi yang disebabkan oleh transisi energy hijau. Pada saat ini memang sedang banyak negara yang sedang berlomba melakukan transisi energi hijau dan masalah inflasi  hijau telah kerap di temui didalam process tersebut.

Mendengar jawaban dari pak Mahfud, Gibran pun membuat gerakan seolah-olah kebingungan mencari sesuatu yang dimana ia katakana ia kebingungan mencari jawaban dari pak Mahfud yang melencong dari inflasi hijau ke ekonomi hijau.

Setelah itu, Gibran pun memberikan penjelasan dengan memberikan contoh aksi demo rompi kuning/yellow vest protest yang terjadi di perancis dimana demo tersebut disebabkan oleh penaikkannya pajak emisi sebagai bagian dari program transisi energy hijau yang didukuung oleh pemerintahan perancis.

Gibran menilai bahwa hal ini patut di pertimbangkan dan di kaji di Indonesia dimana masalah tersebut dapat menjadi rintangan besar yang akan datang mengingat bahwa negara kita sedang sangat mendukung pergerakan transisi energy hijau.

Hal ini pun tidak ditanggapi dengan baik oleh Mahfud MD merasa bahwa penjelasan dari Gibran juga lah mengawur. Pak Mahfud pun juga mengatakan bahwa Gibran hanyalah mengarang-ngarang dan mengaitkan hal dengan sesuatu yang tidak ada. Selain itu ia pun juga mengatakan bahwa pertanyaan yang diberikan Gibran adalah suatu yang recehan secara akademis dan oleh sebab itu tidak layak untuk ia jawab.

Dalam perihal pengalaman dan edukasi pak Mahfud MD dinilai sebagai salah satu cawapres yang paling senior dalam bidang politik dan akademis dimana ia pernah menempati berbagai jabatan mulai dari menjadi Menteri pertahanan, ketua makamah konstitusi, Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, dan juga sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Pak Mahfud MD pun juga memiliki gelar professor dimana ia dikenal aktif yang dalam mengajar di universitas-universitas terkemuka tanah air seperti UI (Universitas Indonesia), UGM (Universitas Gajah Mada), UNS (Universitas Sebelas Maret) dan masih banyak lainnya.

Tentunya hal ini telah membuat publik bertanya-tanya apakah benar seseorang yang dinilai memiliki pengalaman dan edukasi yang sangat tinggi tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan mengenai inflasi hijau?

Setelah kedua peristiwa ini banyak oknum yang berpendapat bahwa Gibran merupakan sosok yang sangat arogan dan tidak memiliki etika dimana ia kerap kali menyombongkan ilmu akademis nya dalam rangka membungkam lawan debatnya. Namun bukankah hal ini sesuatu yang sangat wajar dalam dunia perdebatan dimana kita harus mengadu ilmu dan gagasan terhadap para lawan kita.

Kilas balik ke momen sebelum semua ini terjadi, akar dari permasalahan saling menyerang ini berawal dari banyaknya kubuh koalisi calon legislatif partai paslon nomor urut satu dan tiga yang meremehkan Gibran sebagai cawapres yang kompeten dimana mereka menganggap bahwa Gibran hanyalah seorang bocah ingusan yang dapat berada di posisinya saat ini dikarenakan oleh dukungan dari anggota keluarganya.

Namun dengan tidak di duga Gibran malah menjadi primadona dalam debat-debat cawapres dimana ia berhasil menaikkan elektabilitas dan dukungan suara setiap debat yang diselenggarakan dimana ia berhasil memaparkan gagasan dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan penting untuk di ulik dan bukanlah hanya sekedar “gimmick”. Secara umur dan pengalaman dalam dunia politik mungkin memang Gibran terdengar seperti pendatang baru yang dimana ia hanya memiliki pengalaman sebagai walikota Solo selama satu periode dan memiliki umur yang masih sangat muda yaitu 37 tahun.

Gibran menempuh kebanyakan dari masa sekolahnya diluar negri dimana ia telah pindah ke Singapura untuk bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) di Orchid Park Secondary School, Singapura. Gibran pun juga mengambil kuliah di Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan melanjutkan lagi perjalanan studinya di University of Technology (UTS) Sydney Insearch, Sydney, Australia. Hal ini tentunya membuat Gibran unggul dalam segi akademik dimana ia menjalani edukasi yang lebih canggih dan modern di dalam instititusi pendidikan international yang terkemuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun